Ahok.Org – Senja menjelang, Basuki Tjahaja Purnama mulai bisa bernafas lega. Setidaknya aktivitas hari itu bisa diselesaikan dengan segera. Itulah masa ketika ia memiliki waktu yang relatif sela untuk berbincang segalanya: tentang dirinya, kesukaannya, rahasianya, termasuk mimpi-mimpinya, dalam suasana yang menyenangkan. Bila mood-nya lega, maka segalanya lebih terbuka, perbincangan lebih lancar, lebih spontan, dan penuh tawa. Itulah ciri khas Basuki, Wakil Gubernur DKI Jakarta, yang biasa disapa dengan nama Ahok.
Di ruang kantornya yang nyaman dan luas di salah satu sisi balaikota, pertemuan ini dilakukan. Ia duduk di kursi kerjanya, sementara tim staf ahli ada di seberang mejanya, tak jauh dari sofa tamu dan meja makan pada sisi lainnya. Ruangan tak bersekat, sehingga segala sesuatu yang terjadi di tempat itu berlangsung transparan. Baginya, segala sesuatu yang berurusan dengan kantor harus diselesaikan di kantor, bukan di rumah, kafe, atau di restoran. Mungkin sebagai strategi untuk menghindarkan fitnah.
“Risiko jadi politisi. Ada yang senang ada yang tidak. Itu biasa. Makanya lebih baik jaga,” ujarnya spontan. Sepiring pepaya potong dihidangkan kemudian. Selanjutnya, berbagai kisah menarik disampaikan hingga ia berada di jabatan ini. Sebuah kisah perjuangan yang tidak mudah yang kini diceritakan dengan ringan, meski ia sadar takmudah untuk lalui semua rintangan. “Setiap ada harapan, pasti ada jalan,” katanya. Tentu tak menampik kenyataan bahwa di balik jalan itu teramat banyak cobaan.
Bukan soal gampang mengorek sisi terdalam Ahok. Sepertinya ia telah berhasil menata hatinya. Cairnya suasana pembicaraan itu tak secair hidupnya untuk meraih semuanya. Kesusahan sehari biarlah untuk sehari,” ia ungkapkan prinsip. Berbagai masalah yang dialaminya setiap hari selalu berbeda, dan ia tak ingin membuatnya jadi drama. Hari esok selalu bawa masalah baru, jadi jangan pernah bawa masalah kemarin di hari ini. “Prinsip ini membuat hidup kita lebih tenang,” tuturnya. Wajahnya yang senantiasa dirawat dengan produk Shisheido dan krim malam itu terlihat bersinar-sinar.
Menjadi politisi peralihan besar. Perjalanannya amat panjang dan tak pernah terbayangkan. Ahok, 48 tahun, lelaki keturunan Tionghoa, besar di sebuah kampong di Belitung Timur, yang barangkali nama daerah itu tak akan terekam andaikata Andrea Hirata tak menuliskan novel Laskar Pelangi yang melegenda. Ambisinya yang besar untuk melayani masyarakat telah mengubah biduk kehidupannya sebagai Ketua Majelis Gereja di Jakarta yang juga pengusaha di pertambangan. Ditambah pengalaman pahit sebagai kaum minoritas dan sebagai pengusaha yang acap berkonflik dengan kekuasaan yang korup telah membangkitkan emosinya.
“Untuk membuat perubahan, aku harus masuk dalam system pemerintahan,” ujarnya dengan nada berapi-api. Ia lantas mengemukakan filosofi yang ditanamkan orangtuanya sejak kecil: Orang miskin jangan lawan orang kaya, orang kaya jangan nantang pejabat. Untuk mengubah system yang korup ia harus masuk dalam system, tidak bisa dilakukan dari luar system. “Aku harus jadi pejabat untuk mengubah kondisi ini.”
Jelas pilihannya bukan hal yang populer. Ia ditentang anggota majelis gereja yang masih beranggapan bahwa dunia politik adalah dunia yang jauh dari agama. Namun ia bersikukuh karena melayani masyarakat adalah esensi kemanusiaan. Dari Jakarta ia kembali ke Belitung, bersaing dan berhasil masuk sebagai anggota DPRD Belitung Timur. Hanya perlu waktu 7 bulan, ia berhasil terpilih sebagai Bupati di tengah mayoritas penduduk muslim (93 persen) . Harapan yang bertaburan (untuk mewujudkan system jaminan sosial di Bangka Belitung) membuat ia meninggalkan jabatan Bupati dan mencalonkan diri sebagai Gubernur Bangka Belitung. Sayang gagal.
“Dulu sempat kecewa ketika gagal, tapi sekarang merasakan hikmahnya,” kini ia sudah bisa tertawa. Kegagalan itu sempat membuat ia kembali bekerja sebagai pegawai lagi di perusahaan tambang, sebelum akhirnya bangkit lagi masuk ke politik, meski dengan bendera partai berbeda. Seperti elang yang sedang berdiam menanti paruhnya tumbuh untuk bisa terbang lebih tinggi, ia mengibaratkan dirinya. “Aku masuk politik karena memperjuangkan system jaminan social, kesehatan, hari tua, dan kematian. Dan ternyata aku adalah orang yang percaya mujizat.”
Terlepas dari ambisi dan kerja kerasnya, peran Veronica Tan, istrinya, tak bisa dilepaskan. Ia mendukung penuh apa yang dilakukan oleh suaminya. Kadang kalimat-kalimat spontan Vero-lah yang telah membawa biduk kariernya kini. Salah satu yang diingat adalah kata-kata Vero, “Cita-cita tertinggi politisi tentunya mau jadi presiden. Kalau ingin jadi presiden kamu harus jadi gubernur di DKI dulu, bisa nggak,?” Siapa sangka kata-kata yang disampaikan sambil lalu itulah yang menjadikannya kini. “Ahok adalah orang yang gigih, agresif, tak pernah menyerah untuk mencapai apa yang diinginkannya,” Vero memberikan gambaran atas suaminya.
“Aku nggak percaya teori takdir. Bagiku manusia itu punya pilihan, bukan robot yang mau masuk neraka atau surga, tapi saat kamu pilih kamu harus ambil keputusan kamu mau percaya atau enggak.”
Begitulah Ahok. Ia tipe lelaki yang tidak mengenal abu-abu. Baginya hitam atau putih, win or loose. Harus ada ketegasan. Begitu pula dengan prinsip kepemimpinannya. Pikiran, hati, mulut, dan tindakan harus sama. Segala keputusan diambil karena keyakinan hatinya untuk mendapatkan yang terbaik. Satu hal yang menjadi karakternya adalah gayanya yang keras dan tanpa kompromi. Semakin banyak perlawanan, ia semakin tegak menyuarakan kebenaran. Seperti tertulis di pesan blackberry messenger-nya: Taat konstitusi bukan konstituen. Hal itulah yang membuat ia banyak “dimusuhi”, sekaligus menjadi harapan besar negeri ini di tengah kecamuk korupsi. Selama ini ia dikenal sebagai pejabat yang bersih, transparan, profesional. Beberapa penghargaan telah diraih karena sikapnya.
Bagi orang yang telah lama mengenal Ahok, gaya bicaranya kini sedikit lebih halus, dibandingkan sebelumnya. Selain pengaruh Jokowi, juga ada kesadaran pada dirinya bahwa segala hal yang terlalu keras justru akan membuang banyak energi. Ia memang selalu menginginkan segala hal yang penting bisa dilakukan dengan cepat. “Kalau ada orang bertele-tele argumentasi, dia gak sabaran. Intinya, kalau mau berhubungan dengan dia harus cepat, tepat, dan to the point. Dia nggak sabaran,” salah satu staf ahlinya yang tidak mau disebut namanya memberikan catatan. Meski mudah marah, Ahok cepat melupakan.
Situasi itu untungnya tak terasakan dalam beberapa kali pertemuan. Ingatan yang tersisa hanyalah tawa renyahnya yang hangat dan begitu banyak cerita lucu yang disampaikan. “Meredam amarahnya mudah, jangan sampai buat dia marah. Segalanya harus beres dan tertata. Dan jangan sampai perutnya kosong,” Vero, yang sudah dinikahi Ahok 15 tahun lalu, memberikan resepnya. Itu sebabnya, selalu ada buah papaya atau pisang yang harus ada di dekatnya.
Kegarangan Ahok ini pasti akan kalau ada orang miskin datang minta bantuan, pasti dia tak tegaan. Padahal belum tentu benar. Sifat ini menurun dari ayahnya. Begitu juga bila ia berada di rumah. Soal ini hanya soal pembagian peran. “Di rumah saya yang dianggap galak, sementara Bapaknya dianggap yang baik,” Vero tertawa. Bagi Ahok, inilah yang terbaik. Ia tak ingin kehilangan kedekatannya dengan ketiga anaknya: Nicholas, Nathania, dan Daud. Seringkali, ia selalu mandi di kantor sebelum pulang, sehingga sesampai di rumah ia sudah segar dan siap bermain perang-perangan dengan anak terkecilnya. “Itu suasana yang sangat menyenangkan. Segala stress hilang,” katanya dengan nada empuk seorang bapak.
“Aku mensyukuri semua yang kujalani. Aku selalu puas. Sudah cukup pernah merasakan kekurangan-kelebihan,” ungkapnya tersenyum. “Kalau dilihat dari mukaku pasti aku happy. Aku bisa mengurus banyak orang.”
Hal terbesar yang menjadi perhatiannya pula adalah urusan olahraga dan istirahat cukup. “Aku pernah sakit lever, kena hepatitis, turunan dari bapak. Selama itu aku disuntik berkali-kali sehingga hepatitisnya jadi tak aktif. Sejak itu aku selalu menjaga kesehatan. Tidur cukup,” katanya. Untuk itu, ia selalu menghipnotis pikirannya setiap kali menjelang tidur, membayangkan sesuatu yang indah – yang sayangnya dia tak mau ungkapkan – dan kemudian ia terlelap. Begitulah, ia selalu mencari jawaban dari segala persoalan. Pengalaman hidupnya selama ini selalu menunjukkan bahwa di balik segal a persoalan pasti ada jawaban. Di balik kesusahan ada kebahagiaan yang diselipkan.
Salah satu kunci kebahagiaannya adalah hidupnya yang disiplin dan teratur.
“Aku adalah makhluk pagi,” tuturnya, lalu membeberkan jadwalnya yang rutin dan terjadwal rapi. Setiap hari, alarm tubuh membangunkannya tepat pukul 04.40. Meditasi sebentar. Lalu menuju ruang olahraga berukuran 4 x 4 yang sengaja dibuat untuknya. Ruang itu terletak di lantai 3, dengan jendela besar yang dibuka, dan terlihatlah pemandangan laut dan angina yang menerpanya dalam setiap gerak senam jantung dan stretching yang dilakukannya. Cermin besar yang diletakkan supaya gerakan strechingnya lebih sempurna.
Ia selalu melakukan tiga puluh menit olahraga dengan hitungan gerakan sampai seribu kali untuk mengangkat kaki. Sembari menunggu keringat kering, ia duduk di kursi yang disediakan di sana, sambil membaca alkitab: sebuah kebiasaan yang dilakoninya sejak puluhan tahun lalu yang dianggap sebagai cara untuk menurunkan emosinya. Tepat pukul 7 pagi, ia menengok ikan koi dan pohon-pohon anggreknya sebelum berangkat ke kantor. Ia biasa tiba di kantor pukul 7.30-7.45, dan langsung memulai seluruh kegiatannya. Bila Sabtu tiba, ia akan mengisinya dengan berenang bersama anak-anaknya.
“Aku orang rumahan. Surgaku di rumah. Sendiri. Diam. Membaca. Berpikir. Itulah aku,” katanya. Menepis anggapan bahwa ia suka dengan keramaian, pencitraan, dan selalu berada di garda depan pemberitaan di media. “Aku tak suka basa-basi, tak suka pencitraan,”ujarnya. Itu sebabnya ia santai saja menanggapi banyak pro dan kontra yang ditujukan padanya. “Yang jelas niatku hanya satu: melayani masyarakat. Itulah tujuan hidupku, tak lain selain itu,” kali ini ia bicara dengan nada tegas dan cepat.
“Andai aku dilahirkan kembali, aku selalu ingin jadi diriku sendiri. Aku tahu kekuatan dan kelemahanku dari dulu,” tuturnya. Kekuatannya adalah kemudahan dalam bergaul, beradaptasi, mau belajar, kerja keras, dan dengar nasihat orang lain. “Kelemahanku temperamental, emosional.. Aku juga egois, I win you loose. Kalau aku lahir lagi, aku mau jadi aku yang lebih baik,” kata-katanya meluncur ibarat di sebuah bilik pengakuan dosa.
Ia pun sudah menyiapkan rencana lainnya. “Nah, nanti kalau nanti umurku 70 tahun, aku membayangkan aku akan menjadi motivator. Berbagi pengalaman hidupku selama ini dan bisa memberikan inspirasi untuk generasi bangsa ini.” Matanya menerawang. Pipinya bersinar, tertimpa cahaya lampu yang meneranginya. Di luar rembulan mengintip dari balik jendela. Ia membayangkan kemashuran (basuki) cahaya purnama.[Majalah More – Feb 2014]
Selamat, semoga menjadi contoh dan motivator bagi yang lain.
Sukses selalu. Berusaha, menerima dan berserah kepadaNya.
GBU.
im proud of you pa basuki go ahead and get up stand up stand up for your right
di tunggu umur 70 tahun nya pak..
Maju tak GENTAR Hadapi masalah INDONESIA pak AHOK, SAYA YAKIN N BERDOA agar Bapak Bisa Berada di TAHTA NEGARA memimpin INDONESIA,
Pak Ahok seusia anakku no. 4. Usia yang masih sangat produktif. Semoga panjang umur sehingga semua cita-cita, pengabdian kepada bangsa Indonesia ini tercapai kiranya. Tidak perlu nunggu sampai umur 70 thn, sekarangpun anda sdh jadi motivator bagi anak-anak muda yg peduli pada kemajuan bangsa ini. GBU
Siang Koh,
Usul Koh, Lokalisasi PSK pake sistem ky LP (Lembaga Pemasyarakatan). PSK yang dah dibina dilepas kemasyarakat tp dah gak kerja jd PSK, awal pake sistem Bebas Bersyarat, klo tetep nerusin profesi tangkep lagi, pidanakan.
Oh ya tempat lokalisasi pake tempat pembinaan PSK di Dinas Sosial saja, jd tempat2 resmi lain ditutup saja.
Pasti sip Koh, soalnya sekarang para PNS dinas Sosial pd mkn gaji buta tanpa target atasi masalah sosial.
hari.
Ahok memiliki sifat pemimpin, jarang terjun langsung ke rakyat tetapi semua keadaan rakyat diketahuinya, melalui orang2 kepercayaannya. Oleh karena itu dia memilih pegawai2(camat lurah) yang bener2 pro rakyat dan jujur, bukan seorang yg hanya mempercayai bawahannya (seperti pejabat pada umumnya). Tidak ada seorang pemimpin yang dapat menyelesaikan sendiri/dihadapi sendiri setiap permasalahan rakyat, apalagi rakyat Indonesia, khususnya Jakarta yg majemuk. Hanya karena minoritas yg menyebabkan dia terhambat, dan tergantung rakyat Indonesia apakah kita ingin memberikan dia kesempatan, seorang minoritas untuk memimpin negara ini
kekurangan bukanlah menjadi suatu halangan dalam menggapai tujuan hidup, yang pasti berbuat akan membuahkan hasil… selamat berjuang Pak Basuki Cahaya Purnama (Ahok). Tuhan selalu menyertai disegala perjalananmu.. Amin.
Terima kasih Tuhan, sudah mengirim Pak Ahok untuk Jakarta yg lebih baik.
Semoga ke depan untuk Indonesia yg lebih baik,Tuhan selalu menerangi jalan mu Pak Ahok tidak ada yg mustahil Gbu.
selamat berjuang pak ahok utk indonesia..bapak punya mimpi yang besar utk melayani masyarakat yang lebih luas lagi Tuhan pasti membuka jalan dengan cara-Nya, sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil..gbu
Pak Ahok terus terang saya kagum atas semangat Anda untuk menegakkan KEADILAN Sosial bukan sekedar “bantuan sosial” nah saya usul agar bapak berjuang untuk menerapkan tolok ukur lain untuk perhitungan PBB bukan NJOP karena (pertama)sejatinya ketika kita membayar PBB itu kita TIDAK sedang menjual tetapi sedang MENEMPATI jadi tidak cocok dengan nilai jual. Kedua, dengan NJOP yang nilainya terus naik sementara diusia pensiun penghasilan pasti menurun/anjlok maka PBB itu secara tak langsung adalah MENGUSIR warga negara dari tanah dan rumah yang telah dihuni/dimilikinya karena lama kelamaan pasti dia akan tak sanggup bayar. Coba lakukan studi banding ke Jepang. GBU dan terimakasih.
Bekerjalah sesuai dengan kebenaran Firman, tak ada sesuatupun yang sanggup melawan-Nya, meskipun kita harus dibenci dan di caci.
I love pak ahok, sangat menginspirasi. Teruslah bekerja, teruslah berjuang, teruslah bermimpi, teruslah berdoa, Tuhan akan menolong semua yang bapak inginkan, harapakan dan doakan. Semoga di usia 70 thn, saya msh bisa melihat pak ahok dengan segala ketegasan, kebijaksanaan dan kearifannya. Salam untuk bu vero sebagai penolong yang luar biasa
kalau dilahirkan kembali tiba2 tukar badan seru kali ya pak ahok badannya pak jokowi,pak jokowi badannya pak ahok klo marah2 kan jadi lucu soalnya kurus kering tapi meledak2…msh pada takut nggk ya kyk film surrogate,tapi nggk tau jabatannya ikut ketuker apa nggk klo jabatannya tetep makin lucu dong…
Pak Ahok , saya sangat kagum dengan pak ahok, saya sangat suka dengan kepemimpinan bapak, terus berjuang untuk rakyat, saya yakin apa yg sudah diperbuat bapak , Tuhan akan selalu menjaga bapak dari orang2 yang tidak suka bapak. Terima kasih Tuhan Engkau telah mengirimkan orang yang baik kedunia ini yang mau melayani rakyatnya dan tidak haus akan kekuasaan. Semangat melayani y pak , dan salam hangat untuk keluarga . Jbu always .
Yth Bpk Ahok, Ibu Susi Pujiastuti
PASAR SENTRA PRODUK IKAN (Ikan Segar Tawar/Laut)
Kita sering mendengar hasil produksi ikan akhir2 ini di Indonesia berlimpah, sdl karena dampak kebijakan ke Maritiman (Pengelolaan hasil laut) oleh kementrian Perikanan & Kelautan, hasil laut (tangkapan ikan) maupun hasil budidaya ikan air tawar yg melimpah tanpa dukungan pasar yg baik tentunya tidak dapat mensejahterakan nelayan dan masyarakat perikanan.
Untuk mendukung pemasaran tsb. bisa melalui Ekspor maupun melalui Perdagangan Dalam Negeri.
Sebagai Negara Maritim, tentunya masyarakat kita sudah ahli dan banyak mengenal produk dan olahan ikan dibandingkan negara lain (ada Pepes Ikan, Ikan disayur, Ikan Pindang, Ikan Asap, Ikan Gulai yg belum tentu ada diNegara lain), dengan jumlah penduduk yg besar konsumsi produk ikan tentu akan lebih besar, asalkan kualitas produk ikan dijaga tetap baik sampai konsumen.
Pemasaran Ikan didalam Negeri tentunya harus didukung Pasar yang baik dan memadai, baik pasar mandiri yg dikelola Swasta, maupun Pasar milik PEMDA melalui PD Pasar Jaya.
Disetiap Kota Besar di Indonesia mempunyai daya serap yang tinggi terhadap produk ikan, tinggal dukungan Pemerintah untuk menciptakan sentra-sentra perdagangan ikan, selain tempat2 pelelangan ikan yg telah ada namun masih kurang mumpuni.
Salah satu Pasar yg terkenal menjual produk ikan di Jakarta adalah Pasar Kramat Jati yg letaknya strategis dipinggir Jln.Raya Bogor Km.12 Jaktim, untuk itu perlu dukungan PEMDA agar Pasar tsb. dapat ditingkatkan menjadi sentra perdagangan Ikan Laut dan Ikan Air Tawar terbesar di Jakarta, agar kualitas produk yg dijual lebih baik, produknya lebih variatif, serta harganya bisa lebih murah dan terjangkau.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat, semoga masukan ini dapat bermanfaat.
Viva Pak Ahok, viva Ibu Susi P, viva Jakarta