Perjalanan Ahok, dari Pulau Timah ke Ibu Kota

6
100

Ahok.Org – “Suatu saat, anak saya ini akan jadi bupati,” kata Indra Tjahaja Purnama, seorang pria keturunan Tionghoa di Desa Manggar di pelosok Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Indra mengatakannya di hadapan sejumlah pejabat di daerah tersebut kira-kira 40 tahun lalu. Di masa itu, cita-cita Indra tersebut seperti pungguk merindukan bulan. Sesuatu yang sulit dicapai di masa itu karena dia merupakan warga negara minoritas.

Ketika itu, putra Indra bernama Basuki baru berusia lima tahun. Bocah kecil yang akrab disapa Ahok itu kemudian menempuh pendidikan SMA dan perguruan tinggi di Jakarta. Setelah lulus kuliah, Ahok kembali ke Manggar untuk menjadi pebisnis.

Di tengah perjalanan, Ahok memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Awalnya dia bergabung dengan partai politik baru Partai PIBĀ  (Perhimpunan Indonesia Baru) sebelum menjadi wakil rakyat di DPRD Kabupaten Belitung Timur. Cita-cita Indra pun terwujud ketika Ahok terpilih menjadi Bupati Belitung Timur pada tahun 2005.

Laju karier Basuki Tjahaja Purnama seolah tidak terbendung. Meskipun sempat gagal ketika bertarung di pemilihan gubernur Bangka Belitung, Ahok akhirnya menjadi wakil rakyat Belitung Timur di tingkat nasional. Ia terpilih sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Golkar. Tak lama kemudian, Ahok hijrah dari Gedung Parlemen RI dan mendampingi Joko Widodo (Jokowi) untuk memimpin DKI Jakarta.

“Ternyata harapan bapak saya ketika ngomong sama letkol-letkol itu jadi kenyataan. Abang saya benar jadi bupati,” kata Basuri Tjahaja Purnama, adik Ahok, dalam perbincangan santai dengan Kompas.com, pertengahan Februari 2014.

Basuri yang kerap dipanggil Yuyu menceritakan, pelantikan Ahok menjadi bupati kala itu cukup menghebohkan. Selain karena pemilihan kepala daerah Kabupaten Belitung Timur adalah pemilihan langsung kepala daerah kedua di Indonesia, Ahok adalah bupati pertama dari etnis Tionghoa. Etnis ini berjumlah 30 persen dari populasi di “Pulau Timah” tersebut.

Saat memimpin Belitung Timur, Ahok membuat sejumlah gebrakan. Salah satunya, dia memusatkan kantor pemerintah Kabupaten Belitung Timur. Dengan demikian gedung rumah sakit umum daerah, kantor bupati, DPRD, dan instansi pemerintah berada dalam satu kawasan.

Selain itu, Ahok juga membangun jalan hotmix di perkampungan sehingga penyaluran logistik berjalan lancar. Yang paling diingat, Ahok adalah inisiator berobat gratis bagi warga.

“Abang saya itu orangnya keras, tegas, persis ayah saya. Dia itu berani mempertahankan hal yang dianggap benar,” kata Yuyu.

Baru 19 bulan menjabat sebagai bupati, Ahok tidak puas. Dia menganggap kewenangannya sebagai bupati sangat terbatas, terutama dalam menerapkan kebijakan umum. Ia pun mengundurkan diri dari bupati dan mencalonkan diri jadi Gubernur Bangka Belitung.

“Dia enggak mikir kali ya, penduduk di Belitung berapa sih, enggak sebanyak di Bangka. Ternyata benar kan, dia kalah. Dia itu cuma menang di Pulau Belitung, di Bangka suaranya kecil,” ujar Yuyu.

Sejenak, pria kelahiran Manggar, 29 Juni 1966 itu menepi dari panggung politik dan menekuni kembali usaha tambangnya. Namun, rupanya saat itu Ahok memupuk kepercayaan diri.

Tahun 2009, ia terjun menjadi calon anggota legislatif dari Partai Golkar dan terus menjadi anggota DPR RI hingga pertengahan 2012. Melalui berbagai dinamika politik, Ahok memutuskan keluar dari Partai Golkar dan bergabung dengan Partai Gerindra untuk dicalonkan sebagai Wakil Gubernur DKI mendampingi Jokowi dari PDI Perjuangan.

Ahok sempat ingin bertarung melalui jalur independen, tetapi tidak mendapat dukungan. Jalan hidup Ahok kembali berkata beda. Meskipun sejumlah kalangan menentang, kebanyakan dengan alasan etnis dan agama yang dianut Ahok, pasangan Jokowi-Basuki terpilih menjadi pemimpin Ibu Kota.

Basuri menyadari bahwa ketegasan Ahok membuat kakaknya itu menjadi incaran lawan politik. Basuri sempat mengingatkan sang kakak agar lebih halus dalam berkata-kata. Dia menambahkan, Ahok mengatakan dia siap mati demi membela konstitusi.

“Saya lihat enggak ada yang berubah dari abang saya. Ya, emang begitulah dia, Ahok. Saya juga enggak berharap dia berubah,” kata Basuri. [Kompas.com]

6 COMMENTS

  1. Hebat pak ahok ini sy jadi sangat terinspirasi, dengan keterbatasan tetapi bisa membuktikan dirinya menjadi yang terbaik, 1000 : 1 joss shalut saya, angkat topi, jempol 4 kaki tdk cukup

  2. Pencalonan Capres Cawapres JOKOWI & CHAIRUL TANJUNG sebaiknya diumumkan Bu Mega 2 (dua) minggu sebelum PILEG 9 April 2014…supaya PDIP bisa dapat cukup suara di PARLEMEN buat dukung pemerintahan JOKOWI & CHAIRUL TANJUNG….JOKOWI jangan dipasangkan dg Jusuf Kalla, krn nanti kasihan Jokowi terlalu ewuh pakewuh dg seniorititas JK. Broavo JOKOWI + CT…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here