Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mendukung pergantian nama Jalan Prapatan, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, menjadi Jalan Usman-Harun. Namun, kata dia, pergantian nama jalan akan membuat perusahaan-perusahaan yang beroperasi di kawasan tersebut harus mengubah seluruh dokumennya yang terkait dengan alamat jalan.
“Oke-oke aja, cuma kalau secara bisnis mungkn sedikit repot. Semua perusahaan harus ganti kartu nama,” kata pria yang akrab disapa Ahok ini di Balaikota Jakarta, Jumat (28/2/2014).
Namun, kata Ahok, Pemerintah Provinsi DKI tidak khawatir kebijakan penamaan jalan itu akan merenggangkan hubungan dengan investor dari Singapura. “Enggak ada masalah, kita negara yang berdaulat,” ujarnya.
Kopral Anumerta Harun Said bin Muhammad Ali merupakan salah satu dari dua anggota Korps Komando Operasi (KKO) —kini disebut marinir— yang ditangkap Pemerintah Singapura pada saat Indonesia dan Malaysia terlibat konfrontasi sengit.
Bersama anggota KKO lain, Usman Djanatin, keduanya dihukum gantung oleh Pemerintah Singapura pada Oktober1968 dengan tuduhan menaruh bom di pusat kota Singapura pada 10 Maret 1965. Jenazah keduanya dibawa ke Tanah Air dan dimakamkan di TMP Kalibata.
Perubahan nama jalan tersebut tertuang dalam Keputusan Gubernur Nomor 758 Tahun 2013. Rencananya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo meresmikan nama Jalan Prapatan menjadi Jalan Usman-Harun pagi ini, tetapi batal. [Kompas.com]
nyusahin orang kalau jalan kota di rubah2, mesti ganti ktp, ganti kop surat ganti segala hal yang pakai alamat, ujung2nya warga kena peres duit nya, kalau mo buat nama buat pahlawan pas waktu peresmian jalan baru atau tol baru aja dah, jangan aneh2 deh, yang di atas mah kagak susah, yang dibawah selalu kena peres yang katanya ujung2nya oknum oknum
SETUJU!! Jangan Ganti nama jalan tapi siapkan untuk jalan yang baru termasuk TOL,kita harus hemat, berilah contoh dari NEGARA untuk hemat, jgn membuat keputusan yang membuat RAKYAT tidak hemat (karena terpaksa!). PIKIRKAN KEMBALI!!. Pak Ahok biasanya realistis kok skarang kagak realistis.
@law: kalau Pak Ahok tdk mendukung, malah menjadi URUSAN. Sensitive soalnya.
@.mawar. Kan ada solusinya, seperti kata akun “lovmata” dan “jangan menunda”, bagus tuh komen mereka. Dukung iya itu betul, cuma bukan tuk ganti nama jalan yg sudah ada, ongkosnya besar bagi warga di sana, kalau daerah itu ada historisnya, ya kan bisa pakai patung atau gedung baru(hall, sport center, perpus dll) di daerah itu dan masuk wisata sejarah, pemprov kan banyak duit tuk bikin gedung/musium Usman-Harun iya kan?!
sorry, seharusnya sy comment yg lengkap. Sy setuju dng pendapat anda dan yang lainnya. Comment diatas hanya utk kalimat terakhir.
Pak Jokowi, kenapa sekarang ini sedang mode, banyak sekali nama jalan akan diubah2 ? Siapa pe-lobby’nya? Kalau spy untuk dikenang, bisa saja misalnya dibuat taman baru, atau Taman Lawang diubah namanya jadi TAMAN USMAN-HARUN atau dibangun TUGU/PATUNG Usman-Harun, jadi generasi penerus bisa melihat SOSOK/KARAKTER WAJAH USMAN-HARUN, sy kira hal ini akan lebih bermanfaat buat generasi muda, daripada setiap nama jalan yg sudah dikenal berpuluh-puluh tahun, namanya diganti. Bukannya tdk menghormati PAHLAWAN, tapi masih banyak cara menghormatinya. Hal ini membantu juga warga yg tinggal disitu utk tdk merubah alamatnya/kartu-namanya.