Ahok.Org – Basuki Tjahaja Purnama mendapatkan ide dari Animal Planet untuk mengatasi para pedagang kaki lima (PKL) yang sulit ditertibkan. Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta itu, cara pengerahan petugas dalam jumlah besar yang didahului dengan surat peringatan tidak efektif.
Basuki mengungkapkan, dari acara Animal Planet, ia mendapat inspirasi teknik macan menangkap rusa.
“Kamu pernah nontonin Animal Planet, enggak? Macan kalau mau nangkap rusa itu tidak pernah nyerbu rusa yang lagi dalam satu kelompok gede. Tapi, dia intai yang mana yang lagi sendirian di pinggir,” katanya di Balaikota Jakarta, Rabu (11/6/2014).
Menurut pria yang akrab disapa Ahok itu, teknik itulah yang rencananya akan ia terapkan dalam penertiban PKL. Nantinya, petugas akan menertibkan PKL secara bertahap dalam skala kecil dan akan dilakukan secara tak terduga.
“Patrolinya tidak usah naik mobil gede, tapi mobil kecil aja. Begitu ada yang jualan, ya kita langsung jarah aja (barangnya). Bikin mereka kacau aja. Kami teror mereka kalau cara jualannya seperti itu,” jelasnya. [Kompas.com]
Pak Basuki cobalah sedikit bijak dalam menggunakan jargon atau istilah, jangan sampai tujuan anda yang benar dan baik bagi masyarakat banyak ternodai oleh kesalah pahaman orang awan dengan jargon atau isitilah istilah anda seperti : “yang sendirian dipinggir” atau “jarah”.
=========
Atau ini adalah kesalahan redaksi dalam memberikan narasi berita akibat inteprestasi yang dangkal ya….
setuju. Mohon lebih bijak Pak. Salam…Go Jb
Setuju, Pak Ahok nggak perlu menggunakan kata2 yg bisa di-salah artikan/di plintir oleh orang2 yg ingin memperkeruh suasana. Pakailah istilah yg sederhana dan tegas.
Saya mengerti hukum belum dijalankan dengan benar sekarang ini, mungkin nanti kalau Pak Jokowi jadi RI 1, baru bisa merubah semuanya ini ,terutama disisi pembuat undang2(DPR) dan penegakan Undang2 (Hakim2), lewat perekrutan orang2 yg berkwalitas dan berintegritas(jujur).
buat gua istilah apapun ga masalah. klo mau kritik2, yg pantas di kritik bukan istilah yg di pakai pak ahok, tapi si pkl yg tetep ngeyel, n nggak mau matuhin ketertiban umum.
yg penting pas nangkepinya nggak pake gebuk.
PKL bisa marak lagi, biasanya dimulai dari 1 atau 2 PKL yang bandel atau tidak puas berjualan di lokasi yang telah ditentukan… Umumnya PKL satu atau 2 ini tidak akan digubris oleh Satpol PP kita (bisa jadi juga udah diselipin duit “mungkin” ngak nuduh sih).. Sikap ini yang kadang bikin PKL-PKL akan jadi bertambah setiap harinya, setelah itu baru marak…kalau dari awal Satpol PP kita sudah tegas, tidak ada toleransi bagi yang langgar aturan, pasti mereka tidak akan berani coba-coba…begitu lihat ada PKL di wilayah yang dilarang…angkut dagangannya.. proses orangnya di tipiring…Atau perlu juga satpol PP di mutasi antar wilayah… karena kalau satpol PP yang terlalu lama pegang satu wilayah, disana pasti sudah ada “pos-pos” tempat dapatkan duit…adakan rotasi wilayah penugasan mungkin bisa mengurangi Satpol PP berkolusi dengan kordinator PKL setempat..dan bisa juga buatkan pinalti keras untuk Satpol PP yang sudah tidak bisa “dibina” yaitu jadi penjaga hutan lindung di ke Pulauan Seribu… kalau perlu yang paling terpencil dan jarang didatangi orang kalau masih mau jadi PNS DKI. Kalau tidak ya..berhenti saja…Mudah-mudahan berguna..SAlam..Go..JB
PKL memang harus ditindak tegas. Tp tolong nanti Satpol-nya jangan kembali ke asal memakai pentungan ya, Pak. Pentungan sudah ditiadakan oleh Pak Jokowi, itu harus di pertahankan.
Terima kasih.
Saran Pak Ahok untuk PKL cara yang paling efektif menurut saya adalah DENDA Pembeli, jadi PKL dibuat zona (Studi kasus pemkot Bandung) cukup denda 1-2 orang pembeli trus Fotonya dipublikasikan maka besok dan seterusnya dijamin gak akan ada lagi yang berani beli diluar zona PKL.
Maju terus Pak Ahok
jangan lupa, bisa jadi PKL itu ada bandarnya. Big Boss nya. Gak semua milik sendiri. Coba diselidiki juga, dan ditindak.
sangsi sosial, hukum bersihkan got, dinding corat coret, bersih2 statiun busway, sampe hukuman cambuk, sdh harus diberlakukan.
Digantung di monas aja para PKL yang semena-mena… biar kapok dan ga pakai ribet
Wartawan abal-abal pake bahasa jurnalis bukan provokator..
.