BTP – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP telah resmi mendaftarkan pasangan calon dari kader partai, Pramono Anung dan Rano Karno, ke Komisi Pemilihan Umum atau KPU Jakarta. Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengungkapkan alasan partainya mengusung duet kader partai banteng itu maju di Pilkada Jakarta.
Menurut dia, pertimbangan utama PDIP mengusung Pramono-Rano lantaran partai memprioritaskan kader internal. “Intinya PDIP utamakan kader,” katanya saat dihubungi, Rabu, 28 Agustus 2024.
Sebelumnya mengusung Pramono, PDIP digadang-gadang bakal mengusung mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan. Dia diketahui sempat datang ke kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro Nomor 58, Jakarta Pusat.
Di sana, Anies sempat berdiskusi dengan Rano. Namun, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memutuskan untuk menduetkan kadernya sendiri di Pilgub Jakarta.
Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengatakan, penunjukan Pramono-Rano oleh PDIP ini mengindikasikan bahwa partai banteng mengutamakan kadernya. “Artinya persoalan kalah atau menang itu adalah hasil dari suatu kerja-kerja politik di ujung,” katanya saat dihubungi, Rabu, 28 Agustus 2024.
Terlebih lagi, Adi melihat adanya kecenderungan dari PDIP di pelbagai pertarungan politik, yang menjadikan kader sebagai pemain utama. Ia mengungkapkan, keputusan mengusung kadernya sendiri di Jakarta ini tidak mengherankan. “PDIP sering disebut sebagai partai kader, kan,” ucapnya.
Selain itu, Adi mengatakan bahwa PDIP ingin menunjukkan tidak terbuai dengan elektabilitas tinggi yang dimiliki oleh sosok Anies Baswedan. Ia menyebut kemungkinan PDIP menang di Pilkada Jakarta menjadi lebih besar jika mengusung Anies.
“Tapi bagi PDIP itu bukan hal penting ternyata. Karena untuk apa usung Anies, orang luar (partai), yang tak bisa, misalnya, diminta komitmen untuk memperjuangkan PDIP di masa mendatang,” katanya.
Adi juga menilai, adanya perbedaan pandangan antara partai banteng dengan Anies. Menurut dia, batalnya PDIP mengusung Anies karena partai tersebut menganggap iman politiknya berbeda.
“Karena memang konfrontasi politik di Pilkada 2017 sepertinya meninggalkan bekas luka yang sampai hari ini belum dihilangkan,” ujarnya. [Tempo.co]