Sistem Rujukan Berjalan, Pasien RS Berkurang

5
225
kartu Jakarta Sehat - Foto Viva.co.id

Ahok.Org – Mulai berjalannya sistem rujukan, membuat pasien rumah sakit (RS) pengguna Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang biasanya melonjak tajam hingga 500 ribu orang, kini jumlahnya mulai menyusut. Sebab, pasien yang selama ini selalu bertumpu di rumah sakit, kini sudah bisa ditangani puskesmas.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Dien Emmawati mengatakan, setiap bulannya terjadi penurunan pasien pengguna KJS yang langsung ke rumah sakit. Karena masyarakat sudah mengetahui bahwa harus melalui puskesmas sebelum dirujuk ke rumah sakit. “Sistem rujukan sudah mulai berjalan, jadi pasien yang langsung ke rumah sakit sudah berkurang,” kata Dien, Jumat (29/3).

Berdasarkan data dari Dinkes DKI Jakarta pada November pasien pengguna KJS yang berobat di puskesmas mencapai 331 ribu dan 91.393 pasien ke rumah sakit. Sementara pada Desember yakni sebanyak 494 ribu di puskesmas dan 148.459 di rumah sakit. Pada Januari 521.549 pasien di puskesmas dan 42.035 di rumah sakit. Di bulan Februari, jumlah pasien yang berobat ke rumah sakit menurun tajam yakni hanya 1.984 pasien dan 237.949 di puskesmas.

“Dari data tersebut terlihat setiap bulannya pasien yang berobat ke rumah sakit menurun. Alur pelayanan memang harus seperti itu, pasien berobat dulu ke puskesmas, jika bisa ditangani oleh dokter puskesmas maka langsung ditangani, tetapi jika maka dirujuk ke RSUD,” jelas Dien.

Dien menambahkan, di Jakarta terdapat 147 rumah sakit swasta maupun milik pemerintah. Sebanyak 92 rumah sakit telah bekerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta untuk melayani pasien KJS. Setidaknya dari 92 rumah sakit tersebut terdapat 7.989 tempat tidur di kelas tiga yang bisa digunakan. Program KJS ini hanya melayani warga miskin dan rentan miskin yakni sebanyak 4,7 juta warga.

Dikatakan Dien, masyarakat saat ini telah menyadari bahwa harus menggunakan rujukan untuk berobat. Kartu yang disebar saat ini baru 3.005, sementara warga yang belum menerima kartu bisa hanya menggunakan KTP dan kartu keluarga saja. “Persyaratan berobat hanya membawa KTP dan KK, serta berobat melalui puskesmas, kecuali dalam keadaan darurat bisa langsung dirawat di rumah sakit,” jelasnya.

Selama 2013 ini, sebanyak 1,9 juta kasus telah ditangani, artinya sudah mencapai 60 persen dibandingkan pada posisi 2012. Agar sistem rujukan bisa berjalan dengan baik, pihaknya juga bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).[BeritaJakarta]

Alur Penggunaan Kartu Jakarta Sehat

5 COMMENTS

  1. Saya apresiasi keaktifan Dinkes DKI dalam mencermati perkembangan KJS terutama mengenai pendataan, karena data yang akurat akan mendukung policy yang diambil pimpinan yang menyangkut sdm kesehatan (dokter dan pembantu), sarana dan prasarana (gedung, peralatan medis, peralatan administrasi spt komputer alat tulis menulis),faktor penunjang (gaji dll). Jangan lupa sistim dan prosedur agar selalu disempurnakan dan tutup celah-celah untuk perbuatan negatip. Insya Allah maksud dan tujuan KJS akan tercapai. Selamat bekerja Dinkes DKI.

    • saya mendengar beberapa dokter muda yang sedang lakukan praktek di puskesmas yang tidak hentinya melayani pasien dipuskesmas yang sehari rata rata sesi pagi saja harus melayani pasien lebih dari 60 pasien per dokter muda,bahkan harus jaga malam,besoknya tidak diberi libur dan harus bekerja seperti biasa menerima pasien lagi sampai jam 1500,begitu lelahnya,namun mendengar sopir busway sekarang gajinya sangat tinggi hampir 7 juta,bandingkan kalau dokter muda ini lulus dan jaga di puskesmas hanya terima gaji 3.5 juta,dimana keadilannya?apakah selama ini gara DKI macet sopir busway begitu kekurangan yang akan melamar,bandingkan dokter harus menghabiskan hampir 6.5 tahun kuliah dan praktek untuk bisa lulus jadi dokter,malah kadang masih dianggap tidak serius menangani pasien,mohon Bpk Ahok dapat menanggapi masukan ini,agar dokter muda ini tidak cemas akan masa depan mereka dibandingkan sopir busway.
      sebenarnya sopir busway cukup diberi insentif disiplin yang tinggi yang dikaitkan ketepatan waktu dalam perjalanan per ruter,tidak boleh terlalu cepat/lambat sebagai faktor perkalian insentifnya,jangan gaji diberi yang super tinggi

      terima kasih

      • jangan banding2kan sopir bus way dengan doktermuda tapi coba liat kedepannya,dokter muda akan semakin berpengalaman untuk mengobati pasien dan semakin banyak ilmu yg peroleh dari kerja yg dilakukan dipuskesmas, sedang sopir hanya menjalankan rute yg sudah di tentukan sampai mereka bosan sendiri.sama sama mengabdi tp siapa yg lebih diuntungkan

  2. dinkes mestinya juga fokus ke arahan pembinaan warga menjaga dan merawat kesehatan, misal bersih pangkal kesehatan, cuci tangan sebelum makan. makanan dan minuman yang bikin tambah sehat, apapun yang penting tambah sehat. kalo sehat khan produktif.

  3. Selamat ya Dinkes, kerja keras anda sudah menyakinkan para pengguna kJS, semoga menjadi percontohan untuk propinsi lain mengikuti keberhasilan DKI, go jokohok..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here