Ahok.Org – Basuki Tjahaja Purnama mengakui omongannya kerap terlalu pedas. Wakil Gubernur DKI Jakarta mengaku terpaksa tegas menghadapi warga yang sulit diatur.
Menurut Basuki, dia memang kerap bicara dulu, baru berpikir. Namun saat ini, porsinya sudah pas; antara bicara dan berpikir sudah bisa bersamaan.
“Saya akui omongan saya terlalu pedas. Tapi orang yang kenal saya, sekarang saya sudah lebih jinak; dulu lebih pedas,” kata Basuki saat bertemu dengan Jakob Oetoma di kantor Kompas, Jumat (10/5/2013).
“(Sekarang) saya sudah milih kata-kata. Gaya saya emang bikin orang mau mukul aja. Dari (zaman) sekolah, kalau orang ngeliat gaya saya, mau main tabok aja karena nantangin. Kalau dulu saya ngomong dulu baru mikir, sekarang saya pas. Antara ngomong ama mikir sama waktunya.”
Pria yang akrab disapa Ahok ini pun menuturkan ketika dia bertemu para PKL di pelataran Museum Fatahillah, Kota Tua, Jakarta Barat. Saat itu, dia baru menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
“Saya datang, nanya KTP mana, Pandeglang. Maaf saja, enggak bisa. Anak sendiri aja belum kebagian,” cetus Basuki.
Mantan Bupati Belitung Timur ini mengaku dia lebih suka berterus terang ketimbang memberi harapan, dan itu berbeda dengan politisi saat ini.
“Kelemahan saya, saya ngomong terus terang. Kalau politisi lain, ya nanti Ibu, nanti kita coba aturkan, kita sesuaikan, biar enggak ribut sama orang di lapangan. Kalau saya enggak,” tuturnya.
“Itu kelemahan saya atau kelebihan saya, saya enggak tahu, ha-ha…,” ujarnya sambil tertawa.
Dia juga menyebut marahnya dia tidak sampai kesurupan atau marah-marah. Marahnya, kata dia, ibarat ibu memukul anaknya yang tidak bisa dikasih tahu. Dipecut di paha, tetapi setelah itu akan diberi obat.
“Tapi orang memanfaatkan luka pecut di paha ini melanggar HAM, gitu loh. Dua sisi yang jadi masalah. Ini mau kita apakan orang seperti ini, ya kita pecut dengan dibina karena sudah terlalu bebal,” imbuhnya.[Kompas.com]
Ga salah ko Ahok, semoga kewarasan kita semua, bisa menular semakin luas.
Memang kadang kadang harus pake jurus dewa mabok. Asal jangan ikutan.. mabok. He he he..
jadi pemimpin memang harus tegas kalo tidak mana bisa pimpin bawahannya yang begitu banyak dinas dinas, apalagi di jakarta cukup beraneka ragam permasalahan ada aja.
Lebih baik ngomong gamblang, apa adanya Pak..yang penting niatnya TULUS…dari pada ngomong manis tapi ngak ada “action” nya atau cuma ABS doang ke atasan… Memang untuk mendobrak “Budaya” yang halus-halus tapi ndablek ya perlu karakter kayak Bapak…Salam…Go..JB
Yang berkoar belum tentu juga warga yang dukung J – B ketika pemilu kemarin Pak…Pendukung incumbent kale…jadi biarin aja…pepatah bilang : anjing mengonggong kafilah tetap berlalu… memang gaya yang lama kan maunya kaya gitu…Salam
betul,kita uda muak dgn yg manis didepan tapi bau tai dibelakangnya.mendingan yg apa adanya a ya a,b ya b ga ada antara a dan b.hajar aja yg blg antar a dan b
ini dia kiat “out of box” itu. Sepele namun luar biasa populis, merakyat.
http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/2133/1/gebrakan.jokowi-basuki
Kalau di pewayangan, Basuki Ahok adalah Antasena, anaknya Bima. Ia selalu berbicara apa adanya, tanpa basa basi, demi menegakkan sesuatu yang dianggapnya benar.
Maju terus pak ahok!! Semua rakyat mencintai Pak Jokowi dan Pak Ahok. Semoga sehat selalu dan siap selalu mengemban tugas untuk melayani masyarakat luas. We love you.
Harus bertindak begitu pak basuki.
Semoga sukses.
Memang harus begitu Pa’Basuki tegas
and discipline. Wacapres on 2019 !!!!