Ahok.Org – Peringatan Tragedi Mei 1998 dilakukan forum keluarga korban bersama Komisi Nasional Perempuan. Mereka menggelar Napak Reformasi di makam korban Tragedi Mei 1998 di TPU Pondok Rangon.
Dalam peringatan ini, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama juga hadir. Politisi Gerindra yang karib disapa Ahok itu didampingi Walikota Jakarta Timur Krisdianto.
Keluarga korban sudah tiba sejak pukul 11.00 WIB. Setengah jam kemudian, Ahok tiba di TPU Pondok Rangon. Dengan kemeja merah jambu dan kaca mata cokelat, Ahok melakukan peletakan batu pertama pembangunan Prasasti Jarum dan Benang yang terletak di hadapan 113 makam tanpa nama korban Tragedi Mei 1998.
“Saya berterima kasih kepada Bapak Ahok. Akhirnya, ada unsur dari negara yang bisa peduli dengan Tragedi Mei dengan prasati Jarum Benang,” kata Ketua Komnas Perempuan Yuniarti Huzaifa, Minggu (18/5/2014).
Simbol jarum dan benang dipilih sebagai tanda harapan dari para keluarga korban agar negara dapat menjahit luka lama dan menatap hidup baru.
Sementara, Ahok dalam sambutannya mengatakan, aktivitas ini harus terus menerus dilakukan. Gunanya agar peristiwa sejarah ini tidak begitu saja dilupakan.
“Ini bukannya dalam rangka dendam dengan mereka mereka yang melakukan itu. Tapi, ini sebagai tanda agar tidak terjadi lagi,” ungkap Ahok.
Ia mengatakan, tidak ada orang yang mati sia-sia. Sekali pun mati dalam peristiwa Mei 1998. Menurutnya, para korban memiliki andil dalam kondisi pemerintahan saat ini.
“Semua pejabat yang ada hari ini, kami semua berhutang budi kepada anak-anak dan keluarga para korban. Saya kira tanpa ada peristiwa Mei 1998, nggak ada Ahok jadi Wagub DKI,” tandasnya.
Acara dilanjutkan dengan peletakan batu pertama oleh Ahok dan Yuniarti. Setelah itu, Ahok menandatangi sebuah pernyataan perjuangan di lokasi yang sama. [Liputan6.com]
Video:
Sedikit share peristiwa Mei 1998. Ketika itu saya masih 3 tahun bekerja dan kantor saya persis disamping kampus Trisakti, ruangan kantor saya dibagian belakang. Waktu itu saya masih sendirian diruangan, belum punya teman kerja. Setelah makan siang, pimpinan saya memanggil saya utk bersiap2 pulang. Saya yg waktu itu tidak tahu ada keributan-keributan diluar sana, dengan bingung bertanya kenapa disuruh pulang, sementara jam pulang masih lama. Pimpinan hanya menjawab, segera berkemas2 dan pulang. Dengan gugup saya mengikuti perintah pimpinan. Ternyata, setelah keluar ruangan lorong-lorong kantor sudah sepi, teman-teman lain sudah pulang. Puji Tuhan pimpinan masih menuntun langkahnya untuk mengecek karyawannya yg satu ini, kalau tidak saya tidak tahu apa yg akan terjadi dengan saya ….
Keluar dari gedung kantor, semua diarahkan ke pintu samping karena pintu gerbang utama di tutup. JL. S. Parman, Jakarta Barat sepi dan banyak tentara berjaga2. Kemudian saya mengikuti yang lain keluar lewat pintu samping. Saya tinggal diseberang kantor, tapi JPO tidak dapat dilewati penuh orang berdiri disana, tidak dapat naik dan tidak dapat turun. Akhirnya saya harus jalan kaki agak jauh lewat kolong bawah jalan tol, (alan tikus), yang tembus ke seberang (sekarang kantor polisi Tanjung Duren, Jakarta Barat).
Beberapa hari kemudian, setelah peristiwa tersebut mereda. Aktivitas mulai berjalan sedikit normal. Mahasiswa saya menemukan sekitar 2 atau 3 buah selongsong peluru sepanjang jari tangan di halaman kantor saya. Dan ditunjukkan ke saya. Sampai sekarang, mahasiswa saya tersebut masih menyimpannya sebagai kenangan peristiwa 1998.
Semoga para korban Mei 1998 diterima disisi Tuhan dan keluarga selalu diberikan ketabahan dan kekuatan melalui semua ini. Seperti kata Pak Ahok, mereka tidak meninggal sia-sia. mereka adalah para pahlawan. GBU
Halo Cornelia,
Apakah bersedia berbicara dengan saya tentang masalah itu?
salam hormat jayanto
Mantap pak Ahok.
Lanjutkan perjuangan dan program2 bapak untuk kebaikan negara Indonesia tercinta ini