Ahok.Org – Penggunaan kapal isap produksi (KIP) untuk kegiatan penambangan di lepas pantai atau laut lebih merusak, bila dibandingkan dengan kapal keruk, yang pernah dilakukan pada zaman Belanda maupun PT Timah beberapa waktu lalu. Terutama dalam hal cara kerja dari proses penambangan, hingga pembuangan tailing yang menimbulkan dampak pencemaran.
“Bukan berarti tidak boleh memanfaatkan potensi tambang yang terkandung di laut, namun harus dipikirkan dampak kerusakan ekosistem di laut dan pencemaran lingkungan yang ditimbulkannya,” ungkap anggota DPR RI asal Bangka Belitung Basuki T Purnama dalam kunjungan reses di Kecamatan Manggar, didampingi lima mahasiswa Universitas Paramadina kepada bangkapos.com, Sabtu (23/4/2011).
Kegiatan penambangan timah di laut Bangka Belitung sudah dilakukan sejak zaman Belanda maupun PT Timah, dengan menggunakan kapal keruk. Cara kerja penambangan dengan menggunakan kapal keruk menurut Basuki atau akrab disapa Ahok ini, tidak separah dampak kerusakan lingkungannya bila dibandingkan dengan KIP.
Ia menggambarkan cara kerja kapal keruk, hanya pengeruk dasar laut yang mengandung timah, lalu proses pemisahan antar pasir dan batu dengan timah, lalu tailing dibuang ke laut.
Sedangkan KIP melalui proses pengeboran, pada ujung pipa terdapat saluran untuk penyemprotan dengan menggunakan air, setelah itu baru dihisap melalui saluran pipa lain dan diproses pemisahan di atas kapal dan limbah dibuang ke laut.
“Kalau sudah dibor, lalu disemprot pakai air otomatis air jadi keruh dan seperti lauran kanji, lalu baru dihisap. Pada saat seperti larutan kanji bercampur lumpur, planhton pun akan mati, ikan pun lari dari situ. Apalagi ada zat kimia. Kalau kapal keruk seperti orang nyakul, begitu mangkuk mengeruk pasir langsung ditarik keatas dan diproser diatas kapal. Kalau pun terkena karang, tidak berlangsung lama hanya sebentar, lalu turun kembali ke laut. Kalau kapal isap, karang yang berada disekitar pipa penghisap, sudah terkena semburan air kanji bercampur lumpur pada saat pengeboran,” tutur Ahok anggata DPR RI dari Partai Golkar ini.
Ia menjelaskan negara Thailand sebagai perancang dan memproduksi KIP untuk penambangan timah, sudah meninggalkan teknologi KIP karena merusak dan menimbulkan pencemaran yang luar biasa. Lalu KIP dari Thailand ini di beli oleh pengusaha tambang timah, untuk kegiatan penambangan di laut Bangka, baik itu di lokasi izin usaha pertambangan (IUP) yang yang dikeluarkan pemerintah daerah maupun IUP PT Timah.[BangkaPos 24/4/11]
sudah saatnya kerusakan laut diwilayah perairan bangka belitung dihentikan…sudah banyak kerusakan yang ditimbulkan… kasihan nasib para nelayan dan para pelaku prikanan lain yang umumnya di dominasi nelayan kecil, mari kita berfikir buat keberlangsungan masa depan anak cucu…jangan hanya mementingkan kepentingan pribadi… terutama manusia yang rakus dan tamak!!!!! (SAVE OUR SEA…)
Tambahan pak. Secara operasional perbedaan antara KIP dan KK adalah dalam hal mobilisasi..hasil pengamatan pergerakan KIP di kawasan wisata rebo diduga mobilisasi KIP sekitar 14 km/jam diukur dengan menjalankan motor tempel dipandu GPS Garmin 60)..jadi tidak heran kalau siang tidak kelihatan dari pantai saat malam ada di tepi pantai..belu lagi diameter pipa isap sktr 500 kubik/jam (prakiraan)bandingkan dengan TI sekitar 4-5 kubik/hari)
AMBIL INFORMASI BERIMBANG DAN BENAR. JANGAN HANYA MENDENGAR DARI MULUT KE MULUT. LIHAT CARA KERJA KIP, BARU DISIMPULKAN. wawasan anda harus ditambah lagi ya….. jangan asal ngomong, nanti kelihatan BODOHNYA.
saudara rian… bisa minta info untuk cara kerja KIP? terima kasih
Dalam melakukan aktifitas penambangan dilaut, KIP selalu mengikuti prosedur perijinan yang telah ditetapkan oleh dinas pertambangan daerah operasi,seluruh KIP memiliki kemampuan menambang pasir dilaut dalam sehingga tidak ada kehidupan bawah laut termaksuk terubukarang yang terganggu.