Evaluasi Ahok untuk Sistem Parkir Berbayar

10
299

Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, penerapan sistem parkir berbayar belum sempurna. Setelah pelaksanaan ujicoba, pihaknya bakal melakukan uji tender pengelola sistem parkir berbayar.

“Kekurangannya cuma belum tender (pengelola) saja. Kalau sudah tender, kan bisa langsung kerjasama dengan bank dan menerapkan e-money, tidak lagi pakai koin. Harusnya nanti masyarakat enggak perlu tukar koin, langsung dengan e-money,” kata Basuki, di Balaikota, Selasa (7/10/2014).

Apabila pengelola parkir berbayar sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Pemprov DKI dan bank, maka lanjut Basuki, ia bisa mengetahui transaksi uang di sana. Kemudian, melalui CCTV (kamera pengintai) yang terpasang di mesin meteran parkir, pihaknya dapat melihat pemasukan uang, nomor pelat polisi yang parkir di bahu Jalan Sabang, dan lainnya.

Salah satu keluhan Dinas Perhubungan DKI dalam menerapkan sistem parkir berbayar di Jalan Sabang karena masih banyaknya pedagang kaki lima (PKL) yang berdagang dengan menggunakan mobil. Mereka biasanya berdagang seharian dan tidak membayar parkir.
“(Pedagang mobil -red) itu nanti digeser pelan-pelan. Mereka juga harus tetap bayar parkir meter,” kata pria yang akrab disapa Ahok itu.

Pemprov DKI bakal memasang mesin meteran parkir di seluruh Jakarta. Bahkan, pada 2016 mendatang rencananya seluruh ruas jalan sudah terpasang alat setinggi 170 centimeter itu. Mesin parkir seharga Rp 200 juta per unit nya itu rencananya juga akan dipasang di Jalan Juanda, Jalan Kelapa Gading, dan Pasar Baru.

Adapun metode pembayaran parkir pada alat yang diimpor dari Swedia itu menggunakan uang koin pecahan Rp 500 dan Rp 1. 000. Untuk sekali parkir, pengguna motor dibebankan Rp 2.000 per jam dan mobil dikenakan biaya Rp 5.000 per jam. Dishub DKI pun merekrut juru parkir di sana untuk membantu mensosialisasikan dengan warga, dan mendapat gaji sebesar 2 kali nilai upah minimum provinsi (UMP) Rp 2,4 juta menjadi Rp 4,8 juta.

Selama dua pekan penerapan sistem parkir berbayar, pendapatan yang masuk ke dalam kas daerah mencapai Rp 7 juta per harinya. Pendapatan ini meningkat 12 kali lipat dari parkir manual yang hanya sekitar Rp 500.000 per harinya. [Kompas.com]

10 COMMENTS

  1. Halo pak Ahok

    Kalo bisa pembayaran parkir meter, tol, pajak, bea cukai, sim, stnk lewat sms banking dan sms pulsa saja biar lebih efisien.

    Pak Ahok lobi wajib semua dirut bank di DKI untuk bisa menyukseskan program pembayaran lewat sms banking dan sms pulsa.

  2. Pasang juga di semua Alfamart/Indomart /7 Eleven/Restoran/Bank2/ATM2/TempatPemakaman Umum dan tempat2 yang selama ini uang parkir hanya masuk ke kantong preman2.

    • bro, sepertinya itu tdk bisa. krn tanah tersebut masi di lahan nya si mini mart. mk nya yg ambil si premannya. biasanya pihak mini mart “terpaksa” kerja sama dgn tu preman dgn dalih kerja sama keamanan

  3. Saran pak. Untuk perpanjangan SIM atau pembuatan SIM baru dikaitkan dgn pembayaran asuransi sosial BPJS selama 5thn umur SIM. jadi biaya pembuatan sim ditambah biaya asuransi bpjs 5thn. Kalau berani mengendarai kendaraan pribadi brarti wajib memiliki insurance kecelakaan lalu lintas. Kalau merasa berat bayar bpjs selama 5thn, tidak perlu buat SIM, naik umum. Di negara maju polisi lalu lintas berhak menilang pengemudi bila tidak memiliki driving license dan proof of insurance.

  4. Halo pak Ahok

    Sistem parkir meter dilengkapi dg asuransi jadi mobil dan motor tidak hilang dan tidak rusak saat diparkir.

    Tarif parkir mobil di USA itu $2 – $3 per jam per mobil.

    Kalo bisa tarif parkir dinaikkan biar pengendara menggunakan bus dan kereta dalam bepergian

    Tarif parkir motor rp12.000/jam/motor
    Tarif parkir mobil rp25.000/jam/mobil
    Tarif parkir bus rp36.000/jam/bus
    Tarif parkir truk rp50.000/jam/truk

  5. Oya pak Ahok

    Di Amerika itu sudah populer sekali program konverter mobil bensin dan mobil diesel menjadi mobil elektrik atau yang dikenal dg mobil bertenaga listrik.

    Harapan rakyat, pak Ahok undang aja 10-20 orang teknisi ahli dari Amerika untuk mengajari dishub untuk mengkonvert semua mobil di DKI menjadi tenaga listrik agar menghemat APBN

  6. Pak Muhammad, when you want to convert from fuel based car to electric car, you also need to calculate the cost of electricity and the cost of environment. Since a lot of Indonesia’s electricity is fuelled by coal, the impact on environment is not so great, but I do not know about the save from buying gas compared to pay more electricity.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here