Angin Segar di Balaikota

17
179

Ahok.Org – Sudah 23 tahun Galih bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Balaikota Jakarta. Selama itu pula, dia belum pernah dijenguk pimpinan langsung di ruang kerjanya. Rabu (17/10), dia girang menyambut kehadiran Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama.

Basuki berkeliling dari lantai 18, menyusuri lantai demi lantai, ruang demi ruang, hingga ke lantai 2 gedung Balaikota Jakarta. Di setiap ruang, dia menyapa dan bersalaman dengan para pegawai yang menyambut antusias. Para pegawai sibuk memotret atau meminta foto bersama.

”Saya enggak inspeksi, saya jalan-jalan saja. Jadi boleh, dong, foto-foto. Ayo sini ibu-ibu dulu. Setelah itu, bapak-bapak,” ujar Basuki, yang berkeliling sejak pukul 08.00.

Kunjungan itu seperti angin segar bagi para pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Mereka merasa mendapat dorongan semangat dari pimpinan baru, yang nilainya melebihi materi.

”Paling tidak, kami merasa dimanusiakan. Jika ada masalah kesejahteraan, itu lumrah. Tetapi, jika pimpinan menyapa, menyalami, dan menepuk pundak kami, itu sudah luar biasa artinya. Ini lebih berarti dari bantuan uang Rp 10 juta,” kata Galih, anggota staf Biro Umum.

Ruangan Biro Umum berada di lantai 6. Biro itu bertugas mengurus surat masuk dan keluar. Suasana menjadi cair saat Basuki berkunjung.

Bety, juga anggota staf Biro Umum, menyampaikan hal senada. Baru kali ini, sejak dia bekerja, dikunjungi wakil gubernur. Kunjungan wakil gubernur sebelumnya dilakukan secara acak. Kebetulan Biro Umum belum pernah disinggahi wakil gubernur.

Basuki juga menanyakan tugas para pegawai, fungsi ruangan-ruangan, dan melihat seperti apa kondisinya. Penerangan ruangan pun tak luput dari pengamatannya.

Penghematan

”Pesan Pak Gubernur jelas, yaitu penghematan. Pak Gubernur tidak mau ada ruangan kosong. Semua harus diukur berapa banyak kerja orang itu, berapa besar kapasitas ruangan yang diperlukan. Setiap meter harus dihitung,” ujar Basuki.

Menurut dia, Pemprov DKI berkantor di atas tanah yang harga per meter persegi paling mahal di Indonesia. Di deretan Balaikota ada Istana Wakil Presiden, Kedutaan Besar Amerika Serikat, dan Perpustakaan Nasional. Penghematan mutlak diperlukan supaya anggaran bisa dialihkan ke program yang lebih bermanfaat.

Gubernur Joko Widodo menginginkan dinas-dinas berkantor di gedung Balaikota. Masih banyak ruang kosong yang bisa dimanfaatkan. Dengan demikian, bisa dilakukan penghematan listrik, air, dan telepon.

”Kalau rapat, jangan pakai lampu terus. Hemat energi, manfaatkan celah-celah jendela yang ada,” kata Basuki.

Pemanfaatan kantor dinas

Di bekas kantor-kantor dinas yang berada di luar Balaikota, Basuki menuturkan, bisa saja dibangun apartemen sederhana sewa. Dengan begitu, warga Jakarta bisa tinggal di tengah kota dengan biaya sewa terjangkau.

Selain penghematan, penataan ulang ruangan juga akan dilakukan jika perlu. Ruangan- ruangan di Balaikota yang terlalu besar bisa dikecilkan.

”Ruangan saya terlalu besar,” ujar Basuki.

Hal senada disampaikan Basuki saat mengunjungi ruang kerja sekretaris daerah di lantai 4. ”Ternyata ruangan sekda seluas ini, ya. Nanti, kalau dinas- dinas pindah, ruangannya tidak boleh lebih besar dari ruangan sekda. Saya dengar ada kantor kepala dinas yang lebih luas dari ini,” ujar Basuki disambut tawa para pegawai.

Menurut Sekretaris Daerah Fadjar Panjaitan, sudah ada standar ruangan kerja untuk PNS dari tingkat terendah hingga tertinggi, yaitu eselon. ”Ada standarnya untuk pejabat eselon setingkat kepala dinas, deputi gubernur, dan asisten sekda. Nanti akan kami beri tahukan standar itu kepada Pak Wagub. Kalau ada ruang kerja pejabat eselon yang melebihi standar, akan kami sesuaikan,” ujarnya.

Berdasarkan penghitungan Basuki, penggunaan ruang- ruang di Balaikota secara maksimal serta penghematan biaya listrik, air, dan telepon, APBD DKI Jakarta bisa dihemat hingga 20 persen. Jika APBD 2013 sebesar Rp 44 triliun, lebih dari Rp 8 triliun yang dihemat bisa digunakan untuk pelaksanaan program-program lain. Jika perkiraan 20 persen meleset, 10 persen pun sudah bagus, Rp 4 triliun.

Selesai berkeliling, Basuki membawa wartawan ke ruang kerjanya. Ruangan itu memang terlihat luas dan lapang. Ada meja makan bundar berwarna coklat dengan sejumlah kursi. Di seberangnya ada kursi untuk menerima tamu. Di sudut terdapat meja kerja. Tersedia pula ruang untuk istirahat dan toilet.

”Masuk saja. Kalau mau ambil gambar, silakan,” katanya.

Basuki menuturkan, penting bagi warga mengetahui seperti apa kondisi ruang kerja dan rumah dinas pejabat. ”Ya sudah, saya makan dulu, ya. Lapar. Setelah ini bisa wawancara,” ujarnya.[kompas cetak]

17 COMMENTS

  1. Dooh… ngemil mulu si bos kita yg rajin ma’em ini, hehehe… ;D
    ga papa deh, drpd ‘ngemil’ yg laen… ehmmm.. apaan tuh ya? 😉
    .
    sekedar usul nih bos, klo bisa lampu2 utama yg sering dipakai utk kerja diganti dgn lampu LED saja, sudah ada yg dijual dipasaran sini, memang harganya rada mahal tapi penghematan listriknya besar (5W LED Lamp lebih terang drpd 5W TL/FL dan putihnya takkan pudar/lebih redup stlh lewat 1 tahun), jarang putus/mati ga spt lampu TL/HE itu yg klo sering dinyalain/matiin keseringan malah bakal sering putus-koil/mati, dan instant nyala di voltase apapun (100-240VAC), dst.
    Analoginya sama spt keputusan membeli motor 4-tak (4-stroke) atau 2-tak (2-stroke), yg pertama harganya jauh lebih mahal tapi lebih murah/irit bahan bakar dan ga perlu oli samping/campur, yg terakhir kan situ semua dah pada tau makanya ga ada produksi mobil 2-tak lagi: boros bensin dan oli samping/campur, berisik kayak kaleng rombeng (bunyinya mirip kayak bini tetangga ane klo ga dapet setoran wajib penuh dr lakinya lagi tiap bulan tua), makanya harganya lebih murah (meski ga se-rombeng itu harganya buat kelas motor balap).
    Ane aja stlh pake LED lamp, ga mau pake TL lagi stlh liat rek listrik turun drostis gitu 9 bulan lalu, ga nyanka, 5@ LED Lamp bisa gantiin 20W TL ane, and sbg lampu baca 5W LED lamp terangnya lebih dari cukup brow.
    Era LED telah datang, BalaiKota juga perlu beradaptasi dgn era LED modern ini, lagian duwit kas DKI triliunan ini, ga berasa lah dibanding ane yg musti mikir2 dulu mo ganti semua lampu TL dgn LED Lamp di rumah ane.
    .
    Kedua, kurangi pemakaian AirCon/AirConditioner (disini disebut AC [Alternating Current], salah sebut tapi ya udahlah dah terlanjur salah sebut kelamaan :)) yg sangat boros listrik itu! Ganti dgn Exhaust Fan (atau Ventilator) saja, yg gunanya membuang/mengganti udara lama (yg berisi CO2 dan panas/lembab) dan pengap dari dalam ruangan/gedung dgn yg baru (yg berisi O2 dan dingin) dan segar dari luar ruangan/gedung. Saya sendiri tak pernah pakai AirCon, dan sudah nyaman dgn ventilators/exhaust fans ini, apalagi jauh lebih irit listrik drpd aircon. Exhaust Fan 30cm-width konsumsi daya rata2 sekitar 40W saja (dgn modif variable fan speed saya sendiri/DIY bisa lebih rendah s/d 10W utk putaran fan terendah yg feasible), bandingkan penghematannya dgn AirCon 1/2PK or 330-350W yg terendah dayanya, inipun masih banyak yg bilang kagak dingin (gimana mo ‘dingin’/segar, CO2 buangan ente diisep lagi sama ente, kan muter2 doang disitu aliran udaranya, kec. ente buka jendela – tapi ga ada yg setolol itu kan klo pake AirCon? apalagi cuma 1/2PK kapasitasnya, lebih ga dingin lagi lah).
    Silakan pilih sendiri, ingin menghirup udara ‘kalengan’ ala AirCon (CO2 ente hirup lagi) atau hidup lebih sehat dgn ventilator/exhaust fan (pasokan O2 segar terus masuk ke ruangan menggantikan CO2 buangan anda).
    Coba dulu, baru komen, sebelum bilang cara ventilator/exhaust fan gak ‘dingin’. Penyakit lazim orang maniak AirCon kan ogah stay diluar ruangan lama2 krn katanya lebih panas (ya ente badannya lebih anget diluar ruangan krn sebenernye ente kedinginan di dalam ruangan AirCon, makanya otomatis bandan ente ngangetin lebih panas buwat ngimbangin dinginnya AirCon), padahal itu cuma halusinasi/perasaan aja krn badan dia yg sbnarnya lebih panas bukan hawanya.
    Coba dia pake ventilator/exhaust fan saja. ga bakal kena penyakit akut ‘galur-pading’ (ogah keluar krn panas-dingin) model AirCon spt itu, ente bakal bebas pergi kemana saja tanpa perlu takut kena penyakit halusinasi konyol itu lagi.
    Ingat, yg ditarik masuk ventilator bukan cuma supply O2 segar saja tapi juga dinginnya udara luar gedung, apalagi kalo abis ujan, brrrr….! Ditambah CO2 yg bikin sensasi ‘panas’ ikut dibuang keluar gedung/ruangan, tambah dingin dehh sensasinya…
    .
    Ketiga, ruangan2 yg bisa ‘dihemat’ (spared) oleh bos Ahok bisa digunakan utk gudang/ruangan sementara/tetap, jadi ga perlu beli lagi keluar gedung kalo cuma butuh ATK (alat tulis kantor) yg habis contohnya (hemat ongkos jalan), bisa buwat ruangan server database pemda DKI (utk kep. pemda sendiri [internet CCTV/SpyCam recorded files, dst klo udah linked online ke Kelurahan2 DKI] dan warga yg dilayani, bisa link online dgn Server PU utk proyek2 jalan/transportasi DKI agar ga perlu dateng ke PU cuma buwat liat peta proyek ‘rahasia’ PU dan DKI yg ga boleh ditampilkan di website PU), atau ruang display rencana tata kota atau presentasi tambahan/diperluas utk lebih banyak pemirsa, ruang ASI (spt yg diusulkan Ahok sendiri), asrama buat PNS pemda yg wajib standby di gedung balaikota shg bisa dipanggil Gub/WaGub setiap saat dibutuhkan (sekretaris misalnya, jangan parno ya asumsinya ;)), sewakan ke KPK kalo perlu (katanaya lagee butuh gedung baru ‘kan, klo deket kan tinggal kerek/katapel tikus korup ke sebelah ga perlu jauh2 lagi) shg urusan dgn KPK juga lebih dekat/mudah (“Bang Samad, minta sadapannya lagi di kantor kelurahan X 3 biji donk. OK, thank u brow!”), dst.
    kalo masih ada ruang/space lega di bawah bisa disewain buat smcm food court/pujasera, jadi bukan cuma buwat orang2 pemda/balaikota saja tapi juga warga sekitar (kalo boleh didatangi warga umum lho, katanya balaikota milik warga/boleh didatangi warga umum).
    .
    Semua pendapatan dari sewa tsb diatas dimasukkan saja dlm anggaran cadangan taktis kas pemda (diawasi DPRD/warga tapi ga perlu ngatur2 segala soal penggunaanya, dan ga perlu minta persetujuan DPRD dulu krn cuma dana cadangan bukan APDB/PAD utama), jadi klo bisa ga perlu ‘hutang budi’ lagi dgn rekanan proyek kalo kurang dana proyek dgn adanya dana cadangan taktis ini – independensi mutlak klo mo beres tuntas segala rencana proyek ‘idaman’ warga dan guberneer (gubernur pioneer, bukan gub. meneer).
    .
    Oaaahhh…. cape…
    Dah abis idenya neh, ane mo tidur sekar…. Zzzzz..Zzzz…

    • LED 5 watt tidak seterang LHE 5 watt, saya sudah pakai dan bandingkan kok, untuk mendapat terang setara LHE 5 watt maka butuh LED sekitar 10 watt, TAPI INI BUKAN BERARTI konsumsi daya LED 10 watt adalah 10 watt, malah konsumsinya bisa lebih hemat dari LHE 5 watt 🙂 cmiiw

      • yakin? bandingin dgn merek yg sama (merek P dgn merek P, misalnya)?
        yg ditulis di lampu adalah konsumsi input dayanya dlm watt, bukan output.
        Jadi yg dimaksud ‘hemat’ disini, dgn input watt yg sama, intensitas cahaya yg dikeluarkan (dlm Candela/Cd unit) lebih terang lampu LED daripada lampu TL/LHE.
        Dng merek P, anda tak perlu mengira2 lagi berapa input watt dan output candela sebuah lampu miliki, bahkan efisiensi terang/dayanya (Cd/W) – ini yg penting (utk watt kecil LED pemenangnya, klo watt gede > 20W TL yg menang, apalagi LED punya masalah dgn panas/watt tinggi, makin panas makin pendek umurnya).
        Tidak spt lampu abal2an pd umumnya, konsumsi input watt banyak tidak ditulis (kalaupun ditulis, ngaco/asal tulis/tidak jelas) shg lampu yg nyala-terang nya cuma setara 5W ternyata konsumsi input dayanya malah 7-11 Watt (gunakan meter catok/clamp meter buat ukur arus penggunaan sebenarnya, baru ga bisa diboongin tulisan abal2an lagi).

        • sedikit tambahan sblm ada yg ‘protes’…
          Merek lampu “P” menggunakan satuan ‘Lumen’ utk ukuran intensitas cahaya. Baik Candela maupun Lumen adalah satuan intensitas/terang cahaya yg diakui SI (standar internasional).
          Analoginya spt satuan temperatur: Celcius, Kelvin, dan Fahrenheit. Terserah u mo pake yg mana, ketiganya diakui standar internasional.
          .
          Cara yg benar dlm representasi produk lampu listrik/elektronik adalah: input lampu = input daya listrik dlm satuan Watt atau VA (Volt x Ampere), dan output lampu = output terang cahaya dlm satuan Lumen (Lm) atau Candela (Cd).
          Jadi, kalau ada produk lampu listrik yg tulis/bilang outputnya dlm satuan Watt dan bukan dlm satuan lumen/candela, hati2 saja – bisa jadi produk abal2an (dapat dikecualikan apabila menggunakan kata ‘terangnya kira2 setara dgn lampu [baru] Y watt merek X’ shg jelas yg dirujuk produk mana sbg pembanding ukuran spy tidak salah penilaian – tapi tetap lebih baik gunakan standar yg umum digunakan teknisi dunia spt yg telah diterangkan diatas).
          Kasus yg sering ditemukan, sbg contoh: lampu TL/LHE bermerek aneh2 yg terangnya setara dgn lampu TL/LHE baru 5W merek “P” tapi konsumsi input dayanya lebih besar sekitar 7-11 Watt, ada yg berani nulis di lampunya tapi ada juga yg tidak (cuma volt dan Hz saja kalaupun ditulis) – konsumen hanya tahunya dari ukuran lampunya saja yg mirip ukuran 5W (tapi aslinya makan 7-11W).
          Jadi kalo sampe lebih terang sedikit dari standar terang lampu TL/LHE 5W pada umumnya (pakai merek “P” yg pakai standar dunia juga boleh), bisa jadi input dayanya minta 7-11W, bukan 5W spt yg dikira/tertera di lampu (recheck dgn clamp meter dianjurkan).
          Apalagi mengingat lampu LHE ini sering ‘dibenerin’ tukang lampu, jadi bisa kacau standarisasinya, casing sama persis ukuran 5W tapi lampunya dah ganti ukuran 11W atau seadanya yg bisa pas masuk casing lampu/dus, parahnya tetap tertulis 5W di casing, trus dipak lagi dgn dus lampu yg mudah didapat/dijual bebas di pasaran ‘gelap’.
          Setau ane, merek “P” ga produksi ukuran 5W lagi tapi 8W skrg dgn ukuran casing yg sama persis – setidaknya dia lebih jujur, minta input daya 8W ya tulis 8W, bukan 5W spt merek abal2an laen (yg aslinya malah minta 11W input dayanya).
          .
          So be careful when comparing things, must be apple by apple, and not anything else.

    • Oiya.. baru inget kata temen ane di grinpis (greenpeace) soal glabal-warming effect.

      pengurangan pemakaian AirCon yg memakan banyak energi listrik juga berkontribusi dalam pengurangan dampak pemanasan global (global warming effect reduction), karena mesin kondensor yg bertugas melepaskan panas di luar gedung itu bukan hanya melepaskan komponen panas dari dalam gedung tapi ditambah panas dari mesin kondensor itu sendiri plus panas dari motor kipas. Ini sebabnya, exhaust/ventilator fan juga efisien dlm emisi panas buangan (cuma dari motor kipas krn tdk pakai motor kondensor), cuma sedikit sekali kontribusi panasnya bagi lingkungan sekitar (kalo ada yg pernah pegang casing motor kondensor kulkas/aircon dan motor fan yg lagi kerja/aktif minimal pasti ngerti deh maksud ane).
      FYI, dulu warga China kebanyakan pakai kipas angin/exhaust fan sbg penyejuk ruangan shg tidak dianggap sbg negeri kontributor global-warming, tapi skrg berhub. tingkat ekonomi meningkat pesat dekade ini maka sebagian besar warganya di kota besar kena penyakit kota besar yg pd umumnya lebih banyak pakai aircon dibanding kipas angin dan efek ini ternyata menular ke pedesaan juga, shg skrng China juga dianggap negeri yg punya kontribusi thd global-warming krn saking banyaknya yg pakai aircon saat ini – spt penyakit menular layaknya, satu pake yg laen ikut pake tanpa mikir panjang kenapa koq skrg jadi panas banget hawanya padahal udah masuk musim ujan harusnya saat ini.
      Sekedar bahan renungan saja…
      .
      Jadi balaikota DKI bisa memberikan contoh positif bagi warga dunia, bukan hanya warga Jakarta, jika bisa mulai mengurangi pemakaian jumlah AirCon di gedungnya dan menggantinya dgn exhaust/ventilator fan yg lebih efisien baik dari segi konsumsi daya listrik dan emisi panas buangannya, tinggal diatur saja penempatan exhaust fan yg pas agar arah aliran udara efektif shg semua ruang dapat aliran udara bersih segar (mode exhaust/tarik-keluar) atau memastikan agar aliran buangan udara maksimal bisa langsung keluar gedung tanpa terhalang (mode inhaust/dorong-masuk). Kita bahkan bisa mengurangi jumlah exhaust fan dgn desain aliran udara yg optimal agar dapat mengaliri semua ruangan dlm gedung dgn sedikit exhaust/ventilator fan (bisa konsultasikan dgn saya atau ahli lain soal aliran udara dlm ruang ini – computer ‘overclocker’ mungkin ngarti banget soal dinginin object sedingin mungkin tapi blon tentu efisien dlm caranya, terbukti banyak desain pendingin/fan+casingnya yg aneh2 tapi mengabaikan pola aliran udara dlm computer-case shg menghabiskan banyak biaya pembuatan dan energi dlm proses pendinginan objectnya – meski akhirnya ada juga beberapa o/c-er yg mau belajar dan mengamati efek aliran udara ini, shg bisa didapat efek pendinginan yg benar2 efisien dari segi manapun – ane ga bicara soal ‘extreme overclocking’ ya, ini mah biaya barang+energi ga soal buat dia, termasuk pemakaian nitrogen cair yg mahal sekali biaya maintenancenya).
      .
      Dan ini mungkin agak basi tapi ada koneksinya, bagi kebanyakan PNS pemda terutama yg di kelurahan, exhaust fan akan membantu sekali dlm hal membuang asap rokok yg sering mereka hisap waktu jam kerja.
      kalo pake aircon kan bakal semaput binti modar kalo ngrokok dlm ruangan (kayak Homer Simpson aja idiotnya, dah dilarang eh masih dicobain juga sampe semaput), makanya dilarang merokok dlm ruangan apalagi yg ber-AirCon. Ngertos, bapak2 yg hobi ngerokok di kalurahan? Oiya lupa, dah dilarang juga ya… meski masih kadang dilanggar juga, spt biasa klo ga ada ‘polisi’ lewat.
      .
      Kalo masih ada duwit lowong/nganggur sekitar 1 T lah, boleh dibelanjain buat panel-surya/solar-cell module, bos. jadi ga perlu tergantung lagi sama PLN lagi alias self-sufficient building dlm hal energi listrik, baik sbg listrik utama/cadangan/tambahan.
      Memang rada mahal modulenya, tapi makin banyak yg beli modul solar-cell ini maka harga produk bisa lebih murah krn biaya produksi bisa ditekan jika massal produksi/pesanannya, apalagi kita berada di daerah tropis yg selalu terpapar sinar matahari, solar-cell mah cucok ameer buwat kita, bos.
      Jepang dan Jerman aja mau susah2 pasang solarcell banyak2 biar dapet tambahan energi listrik padahal negara non-tropis, masa kita cuma diam saja membiarkan energi matahari yg bersinar full HOT 100% terbuang sia2 setiap harinya?
      Kalo setengah saja gedung2 BUMN/BUMD DKI bisa pakai solar-cell ini baik sbg listrik backup/tambahan atau utama, maka kedepannya harga produk bisa ditekan dan kalau perlu disubsidi agar warga DKI bisa membeli dgn harga terjangkau shg Jakarta bisa near-fully “Go Green” di masa depan (kan Solar-Cell tidak termasuk penghasil polutant spt halnya BB fosil?).
      Atap gedung balaikota yg tipe dek (bener ga sih? ane cuma bisa dapet poto ronsennya doang, itupun cuma pinggang kebawah yg jelas), cucok beeng buwat dudukan solarcell panel yg aman/stabil, klo perlu dinding luar yg bukan jendela ditutupi panel surya ini agar maksimal input coveragenya, bisa 1/2 dari bag. atas gedung yg sering terpapar sinar matahari terus, atau seluruhnya tertutup panel surya (minus jendela+pintu) klo mau.
      Ini gedung balaikota DKI ato BPPT ya? 😀
      Gedung BPPT aja ga segitu haiteknya, padahal statusnya biro utama pengusung penerapan teknologi tinggi di NKRI…
      Ya ane ga perlu malu lah, kan bukan TaZ yg lagi mimpin BPPT saat ini… ;D
      .
      Ato klo yakin Jakarta sering masuk angin, banyak angine gitu, bisa pasang juga kipas generator listrik besar di atap gedung sbg pangganti atau tambahan alternatif panel surya, setidaknya baru balaikota DKI yg rada gila pasang kipas gajah di atap gedung (blon ada di dunia kan?), lumayan, sudah terbayang pemasukan besar dari tiket masuk pariwisata ke gedung balaikota DKI, hehehe… ;D
      .
      Gedung balaikota “Go Green + Hi-Tek”? Ini baru berita dan berita baru!
      Mau mulai sbg balaikota ‘Go Green’ pertama di Indonesia, pak ahok? So, why wait?!
      Start right now! (ato mungkin taon2 akhir ya bos? dana ga pernah cukup buwat program haitek, spt biasa… :))

  2. begitu banyak program pak jokowi dan pak basuki,tp ko saya ga denger program buat guru honorer yang ada di dki,tolong dong pak di perhatikan juga nasib guru honorer yang sudah lama mengajar di sekolah negri,yang hanya mendapat gaji jauh di bawah umr di dki.klw pun toh guru honorer susah menjadi pns,kenapa ga di pake sistem kontrak aja dengan penghasilan sama dengan upah pegawai2 buruh pabrik sesuai standar umr DKI.guru honorer jg pekeja jg pak… ko mendapat gaji yang sangat jauh berbeda……mohon pak jokowi dan pak ahok bs memperhatikan gaji guru honorer….trima kasih

    • lha nanti guru honorer di kontrak pada demo minta penghapusan sistem kontrak…kesian pak gub/wagub ketambahan masalah. kalo nurut saya yah guru honorer wajib mengikuti aturan menjadi pns secara umum, hanya yg kita harapkan pendaftaran pns kali ini harus bersih supaya memiliki kesempatan yang sama. cmiiw

  3. Masukan aja :
    1. Berdayakan PNS dengan baik, jangan keseringan pake outsource pihak lain, contoh bagian IT kalo bisa dikelola sendiri oleh PNS yg berlatar IT, jgn sampai sertifikasi keahlian di sana hanya untuk kenaikan pangkat dan gaji, tapi ada proyek IT ternyata di kerjakan pihak lain..memalukan dan pemborosan !
    2. Semua dinas sebaiknya menyatu dengan balaikota dan semua ruangan dipakaikan cctv, serta sistem logging tamu harus jelas supaya kualitas pelayanan bisa terjamin dan terkontrol. Jangan sampai mau ketemu kepala dinas x harus janjian dulu dengan sekretarisnya si y pake amplop berisi pula. Dan semua perijinan wajib diketahui gub/wagub supaya biaya dan proses transparan tanpa pungli yg masuk ke kantong pribadi kepala dinas.
    3. Jika bisa semua sudut kota Jakarta dipasang CCTV seperti di SG, memang mahal dan mungkin bertahap, supaya tingkat kriminal bisa ditekan dan penegakan disiplin dan hukum penduduk bisa ditingkatkan seperti di SG.
    4. Sterilkan jalur busway selama minimal 12 jam masa operasi tidak peduli jalur publik macet separah apapun tetap harus steril 99% termasuk dari mobil pejabat dan aparat tni/polisi, kecuali mobil ambulan dan pmk, tanpa sterilisasi jalur busway jgn harap banyak yg mau pindah ke busway.
    5. Ajak provider telco utk membantu bekerjasama mengurangi biaya komunikasi antara pusat hingga kelurahan, bisa berupa imbal balik pengurusan ijin yg cepat dan transparan tanpa pungli, saya yakin telco siap membantu jalur komunikasi yg murah bahkan gratis jika perlu.
    6. Sebenarnya kendaraan di jakarta banyak yg masuk dari daerah buffer sepeti bekasi, tangerang, bogor dan depok, coba buat jalur mrt/monorail melalui kerjasama dengan jalur tol yg sudah ada, sehingga mengurangi volume kendaraan yg masuk ke jakarta.

    semoga diliat dipelajari…sukur sukur dijalankan.
    thx

  4. pak jangan lupa ke sekolah2 negeri pak … tolong bisa diingatkan …. bagi para mereka Dinas Pendidikan and kepala sekolah dan guru sampai penjaga sekolah..
    UNTUK MENGGUNAKAN DANA BOS DAN BOP yang sebenar2-nya WAKTUNYA UNTUK MEMBERSIHKAN DIRI DARI DOSA DAN KORUPSO supaya nanti matinya biar pada lancar

  5. Pemimpin yang berkarakter menjadi jaminan bagi masa depan bangsa….ayo…para elit pusat bergerak cepat seperi Jokowi dan Ahok, kami rakyat butuh pemimpin yang merakyat seperti mereka berdua …bukan pemimpin yang menjaga wibawa jadinya ke bawah…SAlut buat pak Ahok.

  6. Kami bangga dengan Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur yang sidak langsung ke pasar-pasar tradisional, daerah yang rawan banjir, dan tempat-tempat kumuh untuk mencari informasi secara langsung dari masyarakat namun kami juga berharap agar bapak gubernur/ wakil gubernur melalukan sidak langsung ke SMA/SMK Negeri khususnya di Wilayah Jakarta Selatan untuk mendengar secara langsung keluhan dan jeritan guru khususnya guru honorer yang dibayar jauh dibawah UMR kemudian untuk mengetahui efektifitas sekolah gratis dan dampaknya terhadap mutu pendidikan, Sekolah kami tidak mendapatkan BOP sesuai yang dijanjikan dan juga keterlambatan pencairan dana BOP selama 3 bulan, sehingga untuk operasional sekolah kami harus mencari pinjaman.

    Terimakasih Atas Perhatiannya

  7. Bapak Gubernur dan Wakil Gub yang kami Hormati Mohon ubah budaya dan tradisi Aparatur birokrasi Jakarta yang otoriter tanpa mau mendengarkan kritik dari masyarakat dan bawahan sehingga penyimpangan terus terjadi. seharusnya tugas nya sebagai pelayan masyarakat kenyataan terjadi sebagai penguasa yang tidak mau di kritik.serta pengangkatan yang koncoisme bukan profesional.wajar pendidikan DKI majunya tidak maksimal.Trimakasih besar harapan kami menanti perubahan itu dari Bapak-Bapak saya banggakan karena sejak orla,orba sampai reformasi kini. DKI adalah daerah yang paling tidak reformis.

  8. Bapak GUB dan WaGub. yang kami banggakan Bapak lakukan saja sesuai hati nurani yang bersih untuk mengubah Jakarta,karena Bapak-bapak memang dikehendaki Tuhan memimpin Jakarta,jangan ditanggapi kelompok yang sara,rasis dan gender itu orang yang tidak mengenal Tuhan Pencipta alam semesta ini dengan keanekaragaman agama, budaya dan manusia. Maju terus Bapak Jokowi dan Ahok

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here