Ahok.Org – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta benar-benar ingin menghemat anggaran. Beberapa rencana dan kebijakan disampaikan setelah gubernur dan wakil gubernur baru dilantik. Salah satunya adalah meminta agar pegawai negeri sipil mematikan lampu di ruang kantor yang tidak digunakan.
“Anggaran sebisa mungkin harus dihemat. Itu uang warga DKI, tidak boleh dipakai sembarangan. Saya minta agar semua ruangan kantor yang tidak terpakai dimatikan lampunya,” tutur Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Jumat (19/10/2012).
Basuki melanjutkan, dalam hal pengerjaan proyek besar, jika memungkinkan, eksekutif melibatkan pihak luar, baik swasta maupun pemerintah pusat. Tanpa upaya seperti ini, Pemprov DKI Jakarta tidak akan mampu membangun sejumlah proyek besar.
Salah satunya proyek monorel senilai Rp 12 triliun. Pendanaan proyek ini dibantu oleh badan usaha milik negara.
Sejauh pengamatan, lampu di beberapa ruangan di Balaikota masih menyala meskipun tidak ada kegiatan. Padahal, ada tulisan di tembok untuk mengingatkan agar lampu dimatikan bila tidak digunakan. Tulisan tersebut secara permanen tertempel di dekat sakelar lampu.[Kompas]
Pak BTP, kalau ingin lebih efisien lagi, seluruh bangunan pemerintah daerah diganti saja dengan listrik prabayar.
memang sulit untuk merubah kebiasaan, tetapi jangan menyerah, tetap maju dengan kebijakan pro rakyat pak wagub.
klo dimatiin mungkin tulisan peringatan tsb jadi ga keliatan dlm gelap. Jadi dibiarkan nyala terus biar pada bisa baca semua peringatannya :). Tapi nanti klo dimatiin takut lupa lagi deh tulisannya apa. Jadi ya dibiarin nyala terus deh, biar pada ga lupa dan masih bisa baca klo lupa – soalnya pada kena penyakit ‘short-term memory loss’ spt si ikan Dori Nemo itu. 😀
.
OK, kita serius skrg.
Bukan cuma soal kebiasaan mematikan lampu, tapi soal rasa tanggungjawab bersama yg ga ada – klo ada, maka kebiasaan tsb akan tumbuh dgn sendirinya.
Bener ga, brow?
“Ho-oh..”
😀
yg ho-oh itu ‘PNS’ (Pasukan Nasi Sepep/Sebungkus/Sebakul) ya gan? 🙂
pa, tolong diperhatikan juga di Bank DKI… terutama proyek-proyek mereka… banyak harga2 yang cukup jauh dari pasaran
Saran ya pak. Mudah2an dibaca. Jika ingin irit listrik,ruangan yg hanya butuh penerangan biasa,bulb lampu bisa diganti dgn LED. Walaupun harganya masih x3 lipat. Dan bisa juga pasang sensor detector di ruang toilet seperti bangunan office di Malaysia. Semoga membantu.
pak ahok, klo mau hemat dengan lampu, coba ganti dengan lampu LED. lalu biar gak kelupaan untuk matikan lampu lagi, dibuat otomatis aja. jadi lampunya otomatis hidup klo ada orang dan mati klo gak ada orang. ada sistem sensornya kok..
ayo pa wujudkan keuangan pemda yang transparan. biar pada tau rakyat, biaya listrik per bulan di semua instansi pemda jakarta. biar malu kalau yag boros terus copot Kadisnya karena tidak memberikan contoh yang baik
nah yg dukung saran ane ganti lampunya dgn lampu LED dah banyak tuh bos, tinggal di follow-up…
.
klo mo matic bisa pake sensor cahaya/LDR yg banyak dijual di pasaran (siang/terang lampu=mati dan malam/gelap lampu=nyala) cuma no ban sa ban lah setau ane, pake E27 socket jadi bisa terima pantat lampu ulir apa aja termasuk lampu LED (cucok buat yg sering nyala-mati lampunya, ga gampang putus/rusak spt TL/LHE klo sering ON/OFF, ini kelebihan utamanya buwat daku – hematnya selain irit power termasuk ga perlu beli baru lagi klo rusak (TL 20W ane baru ON/OFF 10 kali kira2 dah putus [tergantung kwalitas kawat tungstennya sih waktu diproduksi], makanya ane sering biarin nyala terus biar ga putus terlalu cepet), krn ampir ga mungkin rusak krn kita sering ON/OFF lampunya, makanya LED sering dipakai di Audio power meter [yg punya tape-deck kuno tau deh], lampu jamtangan/waker digital, LED flashlight, LED display monitor (LED backlight for LCD display) yg terbaru, dan terusin sendiri deh, soalnya pasti ente semua pernah liat aplikasi lampu LED di barang2 elektronik yg kita lihat/gunakan sehari2). Kata kuncinya utk LED: irit daya (low power usage) dan tahan lama (anti putus) krn sering ON/OFF (nyala/mati).
LED lebih sering rusak krn over-current (kelebihan arus) atau overheating (kelebihan panas), bukan krn sebab sering nyala-mati (high frequency ON/OFF rate).
Jadi kalau ente liat ada heatsink di lampu LED (beda dgn TL/LHE yg ga perlu heatsink, klo ga panas malah susah nyala/eksitasi elektronnya dari katoda bos, dah dari sononya gitu), itulah sebabnya – jadi ente ga perlu bingung/heran lagi, LED wajib dingin klo mo awet tahan lama (ga bakal mewek kayak TL/LHE klo sering nyala-mati lampunya, tapi klo kepanasan berat – nah siap2 sediain kocek cadangan ato kompasin tetangga klo lagi bulan tua, buwat beli lampu LED baru lagi).
Atau bisa dgn presence/proximity detector spt yg disarankan oleh kedua teman kita diatas, juga sudah dijual dipasaran lengkap bahkan dgn lampu LED kecil sekalian juga ada (meski sulit diganti dgn yg lebih terang krn tanpa socket E27, saya blon pernah liat yg dijual dgn socket E27).
.
Silakan, tinggal dipilih saja yg pas kebutuhan. Sejak keran impor dibuka lebar barang2 inovatif banyak masuk ke negeri ini, jadi ga ada alasan sulit diperoleh lagi (malah jadi cambuk buwat kita, kapan kita juga bisa sekreatif dan seproduktif itu spt negara laen, bukan cuma show di ide kreatip aja, tapi produksinya ga pernah jalan2 alias jalan di tempat ga pernah diproduksi ide kreatipnya).
..
“Ayo, dipili.. dipili.. Lampu LED-nya mas/mba.. beli 2 gratis sensor sekalian.. Mari, diliat dulu barangnya bapak2 ibu2…”