Ahok.Org – Gubernur DKI Jakarta Jokowi menyatakan tak setuju mengenai wacana Unit Pengelola (UP) Transjakarta yang akan menkonversi bahan bakar bus Transjakarta dari Bahan Bakar Gas (BBG) ke bahan bakar solar.
Jokowi menyatakan bus Transjakarta tetap memakai gas, karena itu ia ingin berkunjung ke Pertamina, Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Kementerian BUMN untuk mengurus masalah tersebut.
“Jangan kesulitan gas terus langsung pindah ke solar. Solar sulit, terus pindah lagi ke bensin, ya nggak dong, harus konsisten,” ujar Jokowi, Jumat (2/11/2012).
Dikatakannya, harus dicarikan solusi mengenai kesulitan gas yang dialami UP Transjakarta dan bukan berpindah-pindah bahan bakar.
“Ya itu yang mau kami minta (penambahan SPBG). Kalau gasnya siap, yang mau bangun SPBG-nya ada. SPBG ini ditambah. Kalau urusan kualitas, BBG jadi urusan PGN dan Pertamina,” imbuhnya.
Sebelumnya, Kepala UP Transjakarta, M Akbar, menjelaskan alasan konversi bahan bakar tersebut dikarenakan terbatasnya stasiun BBG dan kualitas BBG yang saat ini kurang bagus.
Menurutnya kedua hal tersebut menghambat pelayanan kepada masyarakat dan bisa merusak mesin bus.
Dikatakannya, pihaknya merencanakan sebanyak 158 bus gandeng yang akan didatangkan tahun depan menggunakan bahan bakar solar. Menurutnya pengadaan bus gandeng baru sejumlah 158 bus diperuntukkan bagi koridor 1, 2 dan 3 tahap kedua.[Tribunnews]
Berita Lain: Pemprov DKI akan Bangun Jalur Busway Jakarta-Bekasi
Usul pak bagaimana kalau diganti saja dengan elektrik apalagi sekarang Kementerian BUMN juga sudah mulai menggalakan mobil listrik, sekalian saja diinstallkan tempat pengisian di depot2 busway, karena costnya akan jauh lebih irit long runnya, lingkung lebih terjaga (carbon trading meningkat), meskipun akan ada initial cost untuk conversion enginenya pak, tapi for the long run jauh lebih feasible pak, trend ke depan sudah mulai kesana lihat di negara-negara asia lainnya lambat laun akan kesana semua. Implementasi bisa dengan fase atau pilot project dulu saja pak jadi costnya gak langsung jebret !
manteb, pengikut ‘era listrik’ ane nambah lagi nih.. hehehe..
ayo tambah dukungan lagi, biar diperhatikan gub/wagub!
kalo ahli2 science mah udah tau listrik (electric charge) adalah dasar dari segala bentuk energi yg ada, bahkan yg mengikat atom2/partikel2 adalah electric charges.
air jika distrum akan terpisah mjadi H2 dan O2. logam tertentu akan jadi panas dan lumer jika dialiri listrik. rambut akan berdiri jika memegang gen. van de graf atau sisir yg digosok dgn kain dulu, yg ternyata efek listrik elektrostatis.
sptnya semua terkoneksi dgn charge listrik.
hampir semua bentuk energi non-listrik bisa dikonversi jadi energi listrik dan dari enrgi listrik bisa dgn mudahnya mengkonversinya jadi energi kinetik utk motor listrik penggerak mobil/motor listrik (skrg SMK juga berlomba2 membuat mobil listrik, ini bisa jadi starting point utk produksi murni dalam negeri, tinggal motor listriknya di RnD aja biar lebih efisien dan berputar lebih cepat dan bertenaga), jadi energi panas (electric oven/iron, dst), pendingin (kulkas/AirCon, dst), terusin sendiri deh, terlalu banyak buwat disebutin semua disini
jadi tunggu apa lagi?!
ayo dukung berpindah ke energi dasar listrik! biyar subsidinya bisa 100% buwat energi listrik, jadi harga listrik bisa murah dan terjangkau kita semua (bahkan PLTN saja menghasilkan energi listrik tujuan utamanya, dan biaya lebih murah per KWh-nya drpd sumber energi lainnya spt batubara/BBM yg cenderung polutif thd kwalitas udara – polusi termasuk cost juga ini lho).
Saya setuju dengan usulan rekan2. karena kita harus pikirkan kelangsungan hidup generasi kita kedepannya.
Negara kita yg sangat besar dan dengan jumlah penduduk yg lumayan tinggi ini, harus cermat dalam menggunakan energi yg ada.
Bravo Ko Ahok…
Bus way, tolong agar petugas di bus bisa mengatur bila sudah penuh jangan angkut lagi. hampir setiap jam sibuk penumpangnya jadi kayak ikan asin saja. banyak penumpang juga belum punya kesadaran sehingga memaksa masuk padahal sudah sesak banget.
“Bus Ikan Dendeng” barusan lewat bang!
ada yg nempel bibirnya ke kaca kayak ikan sapu2! sangat menjiwai peran sbg penumpang “bis jejal berjamaah (BJB)”!
wkwkwk 😀
—
sbg tambahan komen, percuma bikin SPBU/SPBG dimana2, cuma buang2 duwit!
mending bikin cukup satu SPEL (SP Energi Listrik) melayani semua pemakai listrik bukan cuma kendaraan saja (termasuk yg dateng pada bawa batere/accu kering bisa dilayani TANPA perlu debat konyol lagi – takut dijualin lagi nanti alesannya klo BBM/gas), lebih efisien dan murah, cukup modal trafo sama stop kontak (yg orisinil yah, jgn yg KW, ntar korsletz kebakaran lagi).
Guwe sendiri dah pasti mo lapisin atap sama dinding exterior rumah kecil ane pake panel surya klo udah murah harganya – jadi ga tergantung sama PLN lagi klo penyakit byarpetnya kambuh lagi. ya mudah2an ga ‘kampungan/udik’ sifat beberapa warga yg suka buang sampah sembarangan ke atap atau merusak/corat-coret dinding rumah orang laen, padahal dah tinggal lama di kota besar tapi sifatnya masih ‘udik’, ya rada susah kita klo mo nerapin sistem haitek di rumah kita klo lingkungan masih pada ‘udik’ gitu sifatnya. Masa kita musti pindah ke Jerman/USA/Jepang baru bisa bikin rumah haitek idaman kita sih?
Super sekali Pak Jokowi, beliau sangat mementingkan lingkungan. #salut .Saya sendiri biasa menggunakan busway koridor 3 jurusan kalideres – harmoni. Pada jam” sibuk seperti jam 06.00 – 08.00, 16.30 – 19.30 saya sangat merasakan sekali bhwa jumlah busway yg ada sangat minim. Jadi ketika berangkat pagi” semua orang harus menjadi ‘pepes’ di halte kalideres yg sangat pengab dan panas tersebut. Jadi, tidak dipungkiri, berangkat kerja/kampus baju selalu basah oleh keringat. Dan pulang kerja/kampus harus menunggu busway yg sangat dannnn giliran datang malah penuh sekali. Sungguh berat perjuangan berangkat/pulang utk hidup di jakarta. Sangat amat bangsa kita ini jauh kalah dari negeri yg jauh lebih kecil drpd kita (singapore).
Untuk penambahan busway saya sangat setuju sekali pak, tetapi jikalau menggunakan solar saya tentu akan menolak KERAS hal tsb. Kenapa? Lihat sajalah angkutan umum yg menggunakan bahan bakar solar ex: Kopaja, patas, dll. Lihatlah polusi bahan bakar yg dihasilkan, asap tebal hitam pekat. Kapan jakarta mau Go Green jikalau seperti itu terus.
Dan, untuk penambahan saja yg perlu Pak Ahok ketahui, busway sekarang ‘selain’ daerah ‘jakarta pusat’ sangat kurang perawatan dan pemeliharaan. Tidak usah bicara debu didalam interior, tetapi masalah buka/tutup pintu. Sungguh miris melihat pintu yg hnya bisa terbuka SETENGAH saja, dan perlu dorongan paksa dr petugas utk membukanya. Sungguh miris dan malu ketika dilihat oleh turis” dan sebagian orang tentunya.
Sekian, mohon maaf apabila ada brsifat menyinggung atau berlebihan. Tapi inilah fakta dan kenyataan yg dirasa perlu dibereskan.
Sukses selalu utk Pak Jokowi dan Pak Ahok, TUHAN MEMBERKATI. 🙂