Jokowi: Mau Diatur Apa Tidak? Pendemo: Mauuuuu…

8
98

Ahok.Org – Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kembali menghadapi demonstran yang unjuk rasa di depan Balai Kota, Selasa (20/11). Langkah tersebut dilakukan kedua kalinya dalam bulan November.

Awal November lalu, Jokowi bertemu massa dari unsur buruh yang menuntut kenaikan upah minimum provinsi tahun 2013. Tadi siang, Jokowi berorasi di depan sopir dan pengusaha angkutan yang menuntut pencabutan Peraturan Daera Nomor 3 Tahun 2013 tentang Retribusi. Jokowi berorasi kurang dari lima menit. Dia menyampaikan hasil pertemuan dengan pimpinan pengunjuk rasa.

“Saya orang baru di sini. Itu Perda lama (sebelum dia menjabat). Setelah ada rekomendasi dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, detik itu juga saya terbitkan surat pembebasan retribusi,” tutur Jokowi di depan massa.

Pernyataan Jokowi disambut tempik sorak massa. Sesaat kemudian mereka mendengarkan penuturan gubernur. “Karena itu produk hukum, saya minta bapak-bapak agar menyampaikan aspirasi ke Dewan,” tutur Jokowi.

Persoalan lain yang dipersoalkan demonstran adalah mengenai Rancangan Perda Transportasi. Demonstran khawatir akan ada penghapusan koperasi yang terbentuk selama ini.

“Soal itu silakan memberi masukan. Prinsipnya saya ingin agar perusahaan kecil-kecil tetap ada. Jangan sampai ketika Perda disahkan hanya memberi kesempatan pemodal besar. Silakan beri masukan ke Dewan, barangnya (Rancangan Perda) ada di sana,” kata Jokowi.

Setelah memberi penjelesan itu, Jokowi meminta agar seluruh pengemudi dan pengusaha angkutan menuruti ketentuan yang berlaku. Mereka tidak boleh semaunya sendiri bertindak. “Mau diatur apa tidak?” tanya gubernur.

Serempak massa menjawab ,”Mau…” “Kalau begitu selesai, rampung. Wassalamu’alaikum warah matullahi wabarakatuh.” Jokowi pun meninggalkan massa.[Kompas.com]

Berita Terkait:

8 COMMENTS

    • PAK JOKOWI dan PAK AHOK saya harap bapak berani mengambil keputusan tegas untuk masalah transportasi massal di jakarta terutama pelayan bagi para penumpang dan juga lebih tersistematis tidak seperti sekarang “amburadul dan kroni-kroninya”.

  1. Cara jitu Pak Jokowi utk mengajarkan warganya bgmna harus menyikapi suatu persoalan. orasi 5 menit saja sdh efektif. n memang hrusnya tdk perlu lama2 koq. hehehe… Mantap pak ! 🙂

  2. Mau titip pesan untuk Pak Jokowi-Ahok. Sistem angkutan umum harus dibenahi Pak, dimulai dari sistem kepemilikan. Masa kota megapolitan seperti Jakarta angkutan umumnya punya pribadi? Sistem setoran harus dibuang Pak. Itu adalah root cause dari semua masalah angkutan umum di Jkt. Buat semua seperti busway, dikelola oleh perusahaan yg profesional. Tiap kotamadya boleh punya 1-2 perusahaan angkutan, tapi semuanya share sistem yg sama (Rutenya diatur bersama, ticketing yg integrated). Supir2 yg sekarang kalo punya identitas jelas bisa di-hire lagi. Supir digaji tetap, istirahat setelah sekali jalan. Ga susah kok buat sistem seperti itu.. yg penting harus ada perubahan pak dari sistem angkot Jakarta, sebelum diberi 1000 bus baru..kalo ngga sih sama aja pasti, cuma busnya aja baru, tapi warga ogah naik. Kalo business modelnya ga profitable, kan ada APBD yg besar itu pak, perusahaan2 tadi bisa disubsidi. Tolong dipertimbangkan pak. Thanks.

    • Usul tambahan aja nih, kenapa ga diserap saja semua usaha jasa transportasi swasta ini ke dishub DKI, jadikan semua berlabel ‘milik pemda DKI’ shg lebih mudah diatur (jalur trayek, waktu/jam operasi, GPS yg ORI semua bukan campuran KW 1/2/3 yg tepat nunjukin bis/angkot-nya benar2 ada di jalan yg benar bukan brenti kedip di rumah bordil pinggir jalan, dst) dan dikontrol/diawasi soal keamanannya/kenyamanannya, dan di-DIDIK agar LEBIH melayani penumpang dgn LEBIH bertanggung jawab dlm berkendara (no more sopir ‘tembak’ lulusan yayasan Balapan Liyar! dah kita tembak mati duluan bos!).
      Dan nantinya, semua public transportation di dalam kota adalah milik dan dijalankan pemda kota tsb dan untuk angkutan ke luar kota/daerah diberikan ke swasta.
      Semua daerah akan menerapkan sistem yg sama, shg problem tumpang tindih trayek dalam kota bisa diminimalkan (kan yg brantem soal jalur trayek sama/tumpang-tindih cuma antar swasta kan? sampe blokir jalan umum gitu, nyusahin orang laen termasuk yg pake jasanya juga disuruh turun , masih untung dikembaliin duwitnya suruh pindah bis/angkot meski masih termasuk biadab juga – kalo milik pemda mana boleh pake cara biadab spt itu kalo demo ato mo pulang ke pool? kec. kalo mogok/rusak baru boleh pindah bis/angkot – makanya pada males naek angkutan umum ya krn begini ini bos: kudu siap2 badan dan kejiwaan saat nanti kudu pindah bis/angkot scr paksa dan acak waktunya) utk jalur dalam kota krn diatur oleh pemda sendiri utk armadanya sendiri. Nah trayek luar kota diserahkan swasta, biyar kalo nanti demo lagi ga nyusahin warga kota lagi – disawah/pantura++ aja noh! Soalnya ane ga pernah denger mereka ribut soal trayek sama utk trayek luwar kota/daerah, misal: Jakarta-Yogya, yg swasta A lewat Solo dulu, yg swasta B langsung ke yogya, ya ga bakal ribut toh? tarohan sama jalurnya, pada langsung ke Yogya ao pada lewat Solo dulu – ane yakin banget, ga bakal pada ribut sampe blokir jalan lagi. Ngapain juga pada ribut, bis antar kota gitu, ribut rebutannya itu di terminal brow… rebutan penumpang! 😀

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here