Ahok.Org – Banjir lima tahunan yang melanda Jakarta juga merupakan akibat tidak dilakukannya pengerukan rutin badan sungai yang melintasi Jakarta. Wakil Gubernur DKI Basuki T Purnama mengaku, sungai-sungai di Jakarta tidak dikeruk selama lebih dari lima tahun dan anggaran untuk pengerukan juga sangat minim.
“Bayangin sudah lebih dari lima tahun, sungai-sungai kita tidak pernah dikeruk. Kalau kita baca sejarah, Belanda itu punya anggaran untuk keruk, sedangkan anggaran untuk air kita hanya 2% dari APBD,” ujar Ahok ketika ditemui wartawan di Gedung Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Ahok juga mengatakan, walaupun Jakarta selalu dilanda banjir setiap tahun, masih belum ada kesadaran dari pemerintah Jakarta untuk melakukan pengerukan 13 sungai di Jakarta. “Kita tahu (Jakarta) ada banjir terus tapi tidak pernah ada pengerukan, bayangkan,” keluh Ahok.
Sehingga, lanjut Ahok, saat ini harus ada pengerukan 13 sungai Jakarta untuk mengantisipasi banjir lima tahunan yang lebih besar dikemudian hari.
“Saat ini Pak Gubernur ingin tindakan cepat, makanya saat ini kita akan melakukan pengerukan di 13 sungai-sungai, sekarang satu-dua (sungai) dulu, kalau sudah lima tahun kan bisa keliling selesai pengerukannya,” kata Ahok.[detikcom]
““Saat ini Pak Gubernur ingin tindakan cepat, makanya saat ini kita akan melakukan pengerukan di 13 sungai-sungai, sekarang satu-dua (sungai) dulu, kalau sudah lima tahun kan bisa keliling selesai pengerukannya,” kata Ahok.”
beyul itu pa Baz! klo anggaran tipis, cara step-by-step udah terbaik kok, yg penting kegigihan utk menyelesaikannya sampai tuntas – dan niscaya dgn mental baja, hanya dgn anggaran terbatas (dan tidak dialihkan ditengah jalan spt yg sudah2 lalu), tujuan utama akan tetap tercapai. contoh nyata sudah banyak dari sejarah2 dunia (The China Great Wall, contohnya, tiap segmentnya tetap 100% fungsional ketika terbangun, bikin cape pasukan2 mongol yg kudu muterin dinding ‘sialan’ tsb, makin tambah jauh aje muterinnye :D).
Lanjutken teyus pa BaZ! dah bagus pola “step-by-step in focus and in a great project cage” ini dijalankan shg bisa dipastikan selesai nanti.
Dan jangan dilupakan kekuatan tanggul2nya (dan bikin struktur tanggul dgn model yg bagus cara modern spt model “segitiga berpasak” anti-geser yg ane saranin dulu [cari di arsip], tapi yg ngerjain kan pempu ya? rada sulit deh tembus idenya), kudu dicek rutin tiap taon perubahan2 tak biasa (bergeser 1 cm aja = warning!, apalagi ada coax gede di coran dinding tanggul), kayak ngecek jembatan suspensi besar di seluruh dunia, ampe cat anti karat coak dikit aja diperhatiin bener (krn karat di satu titik = titik lemah yg bisa bikin copot/putus/patah struktur2 didekatnya, dan ini sudah ada kejadian2 nyatanya).
—
Dah urusan puja-puji ane serahin ame tim laennya yg dah ngantri banyak en absen nanti, harus kasih kesempatan juga. gak perlu ane kudu ikutan juga kan? 🙂
Ente dah tau kok klo emang sama2 dewasa, mana yg dukung ente, mana yg eggak. pengalaman politix yg bicara dan mengendus sekitar (krn suka dikhianati di tengah jalan ya bos? 😉 krn di politix ga ada yg namanya kawan karib/dekat, kudu waspada 24/7).
bro Taz, untung Great wall kagak di Indonesia ya, kalo disini, pasukan mongol bisa muter lwt pa’Ogah tuh…. 😀
o ya, masalah pa’Ogah itu gimana pula ngatasin nya ya..
Selamat bertugas pak Gub n Wagub!
Entah apa yg bakal ditemukan di kerukan kali2 Jakarta…. 🙂
Kasur aja dibuang ke kali…
kita jadi mahfum dan TST, harus buka arsip semua perawatan aset publik yg dikelola pemprov…
mana yang jadi prioritas…
sebetulnya leluasa mana sech Jakarta dengan nama ke (Daerah Khusus)annya atau (Daerah Istimewa) ???
Saya warga terusan bidara,kali depan rumah saya terakhir dikeruk tahun 1983,bayangkan 30 tahun menjadi TONG SAMPAH RAKSASA
Kalau BTP benar ngomongnya, makin ketahuan belang kerjaan gubernur sebelumnya. Selama 5 th yg lalu ngapain? Padahal banjir terjadi setiap tahun. Trus alokasi anggarannya lari kemana? Perlu diusut tuh, biar masyarakat DKI nggak bayar pajak sia2.
Abis dikeruk,dilebarin+kanalisasi+waduk+kt smua..buang sampah pd t4nya!
kl bs ky sungai musi/mahakam …he3
GBU jkt&indonesia
Mungkin artikel lama Gatra ini menarik:
Jakarta Masih Berpotensi Banjir
Jakarta, 17 Januari 2007 14:54
Meskipun musim hujan 2007 di bawah normal atau bersifat kering, namun diprediksi mulai akhir Januari hingga Februari curah hujan akan meningkat dan bisa membuat ibukota Jakarta mengalami banjir dalam sehari-dua hari.
“Di Jakarta, kalau terjadi hujan lebat di atas 15 mm per jam di area 50 km2 selama dua jam maka akan terjadi banjir,” kata pakar fisika ITB Prof The Houw Liong di kantor BPPT Jakarta, Rabu.
Menurut The Houw Liong, untuk surut di area dengan kondisi alam dan drainase seperti Jakarta memerlukan waktu 30 jam, sehingga jika dalam waktu tersebut hujan terus-menerus mengguyur, bisa diperkirakan Jakarta akan tergenang air.
Meskipun demikian, menurut prediksi dengan metode Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS), musim hujan Indonesia 2007 tidak akan sebesar musim hujan 2002 dan lebih mirip musim hujan 2005.
Metode ANFIS adalah metode yang menggunakan deret bilangan berpola di masa lalu untuk memprediksi masa depan, seperti pola curah hujan, permukaan air, pola aktivitas matahari hingga dinamika sistem sungai besar di Jakarta seperti sungai Ciliwung, Pesanggarahan dan Sunter.
“Semakin bagus data yang dimasukkan, misalnya data curah hujan sejak tahu n 1950an, maka hasil prediksinya akan semakin akurat. Ketepatan metode ini mencapai 90 persen untuk prediksi bulanan. Tetapi untuk prediksi harian, kesalahan akan semakin besar,” katanya.
Ia juga mengatakan, pola aktivitas matahari berulang dalam waktu 10-13 tahun atau rata-rata 11 tahun, sehingga jika terdapat iklim yang ekstrem pada 2002, maka kondisi ekstrem juga akan terjadi pada sekitar 2013.
“Miliaran bom nuklir meledak setiap saat di matahari dan mempengaruhi kondisi di bumi,” katanya.
Selain itu, urainya, fenomena la nina juga menimbulkan dua pola musim hujan, yakni ketika la nina berada di puncak teratas grafik maka terjadi hujan lebat menyeluruh di Indonesia dan pola la nina ketika di titik terbawah maka hujan lebat tidak menyeluruh.
“Saat ini kolam panas di samudera Pasifik menjauh dari Indonesia sehingga laut Indonesia menjadi dingin dan musim hujan menjadi di bawah normal, kecuali Aceh dan Sumatera Utara,” katanya.
Demikian pula fenomena dipole mode di samudera Hindia yang jika laut di kawasan itu memanas maka terjadi hujan lebat di Indonesia bagian Barat. [TMA, Ant]
Gimana kalau Prof The diajak ngobrol juga Pak Wagub?
Mengatasi masalah banjir di Kota Jakarta itu bukan perkara sederhana, sejak bernama Batavia, Jakarta sudah akrab dengan masalah banjir. Mengatasi banjir di Jakarta (yang terkenal dengan siklus 5 tahunnya itu) tidak cukup hanya dengan mengeruk 13 alur sungai saja dan tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara politis (misalnya berkoar-koar saat bencana banjir datang menerjang). Penanganan masalah banjir di Jakarta harus dengan planning yang terarah, yang menyentuh akar persoalan banjir dari hulu hingga hilir, hingga dapat dilihat dengan jelas ukuran keberhasilannya nanti. Rencana (segera) mengeruk 13 aliran sungai itu seharusnya menjadi agenda kegiatan akhir (hilir) dalam konteks mengatasi banjir di Jakarta karena masih ada faktor-faktor terdepan (di hulu)yang harus diatasi terlebih dahulu sebelum kegiatan merambah ke sektor hilir. Jika tidak, maka kegiatan pengerukan 13 aliran sungai dapat menjadi mubajir dan sia-sia. Persoalan banjir di Jakarta itu tidak dapat dilihat secara parsial maka penanganannya pun harus bersifat komprehensif.