BTP: DKI Tak Keluarkan Biaya untuk Restorasi Ciliwung

20
215

Ahok.Org – Pemprov DKI mengadakan pertemuan dengan Dubes Korea Selatan mengenai restorasi Sungai Ciliwung. Wakil Gubernur DKI Ahok mengatakan Pemprov tak mengeluarkan biaya apa pun untuk proses ini.

“Kita tak keluar uang sama sekali kok, soalnya ini proyek percontohan,” kata Ahok usai pertemuan dengan Dubes Korsel Kim Young Sun di Balaikota DKI, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (1/2/2013).

Ahok mengatakan, sangat senang dengan proyek yang akan dilakukan tak jauh dari Masjid Istiqlal ini. Dia berharap proyek ini bisa jadi proyek percontohan dan tak hanya berhenti di Sungai Ciliwung.

“Kami berharap Jakarta bisa seperti Seoul Korsel dan proyek ini jadi contoh sehingga ke depannya Jakarta punya waste water treatment,” katanya.

Sementara itu Kim Young Sun mengatakan, pertemuan kali ini adalah untuk presentasi secara konperhensif mengenai proyek restorasi Ciliwung tersebut.

“4 Januari lalu kita sudah ketemu Pak Jokowi untuk membicarakan restorasi ini, sekarang kita lakukan presentasi secara komprehensif,” katanya.

Kim Young Sun mengatakan saat ini proses tersebut sedang dalam tahap pebuatan desain. Diperkirakan akhir Juli 2013 desain bisa selesai dan pada akhir tahun pembangunannya bisa selesai.

“Mudah-mudahan pada akhir tahun sudah bisa mulai dibangun,” katanya

Kim Young mengatakan, nantinya di lokasi restorasi tersebut akan dibangun gedung yang funsinya untuk water treatment. Selain itu juga ada gedung pendidikan untuk memberikan informasi mengenai pentingnya lingkungan hidup.

“Nanti jgua akan dibangun jalan-jalan untuk santai, ada penghijauannya juga. Kunjungan 1 tahun bisa lebih 20 juta orang, berarti nanti ini bisa menjadi tempat obyek wisata yang bagus,” katanya.

Kim Young mengatakan, total anggaran proyek ini diperirakan mencapai US$ 9 juta. Proyek ini merupakan proyek percontohan yang merupakan kerja sama antara dua negara di bidang lingkungan hidup.

“Ada Kementerian Lingkungan Hidup dari kedua negara, Pemprov DKI dan lembaga yang lain-lain juga ikut serta untuk kerjasama restorasi Sungai Ciliwung,” katanya.[Detikcom]

20 COMMENTS

  1. Pemprov DKI mengadakan pertemuan dengan Dubes Korea Selatan mengenai restorasi Sungai Ciliwung >> KESANNYA KYK HUB BILATERAL KENEGARAAN.
    .
    Wakil Gubernur DKI Ahok mengatakan Pemprov tak mengeluarkan biaya apa pun untuk proses ini >> KESANNYA KORSEL MEMBERI UPETI SBG TANDA PENGAKUAN ATAS KEPEMIMPINAN DUO JB.
    .
    KEREN COY
    apalagi klo duo JB berhasil menguasai wilayah nusantara, ….”ckckk kykna harapan nusantara gemah ripah loh jinawi jadi kenyataan, amin amin amin.
    .
    jgn2 sungai itu kelak seperti lagu koes ploes : bkn comberan hny kolam su2…”horeee

    • sy merasa duo JB ini adlh momentum kebangkitan kembali “soempah poemuda” itu.
      siapa lagi tokoh yg kita pcy utk menegakan UUD45 dan pancasila???
      .
      semoga smua tanda2 ini dipahami oleh WNI.

      • knp perjuangn pemuda indo slalu ggl dlm membawa arah ngr ini menegakan konsekwen uud45 pancasila???
        jwb nya adlh ketidak ada nya sosok tokoh panutan yg bisa mempersatukan keberagaman.
        naaah….org itu tlh lhr dan sedang berkarya skg.
        siapa dia….siapa dia

  2. Ramalan ketujuh
    “Tikus Pithi Anoto Baris”

    Ramalan ketujuh Sri Aji Jayabaya (1145-an): Tikus pithi anoto baris interpretasinya tikus merah menyusun barisan! Merah tatkala masih bayi belum tumbuh bulu, dan kelak menjadi hitam oleh bulunya sendiri. Sifat utama tikus phiti antara lain: gesit, semau sendiri, susah diatur, dan lucu. Tikus phiti pandai menyembunyikan diri akan tetapi belum mampu bikin persembunyian sendiri, yakni berupa lubang-lubang dalam tanah, atau membikin sarang dari bahan yang ada di sekitarnya. Manusia tanpa alat bantu susah untuk menangkap dan memburu makhluk yang satu ini.
    Tikus yang satu ini benar-benar menyusun barisan bila pemimpin besarnya (induknya) dibunuh atau melarikan diri karena diuber-uber. Jika keadaan biasa tanpa gangguan maka ia bergerak tanpa formasi alias kocar-kacir tanpa tujuan semua gerakannya.
    Tikus-tikus pithi menyusun barisan bila mereka sedang kelaparan hebat, karena musim paceklik atau sarangnya diobrak-abrik dan digusur, dan juga berubah agresif tatkala mereka mendapat mangsa empuk.
    Semasa Sri Aji Jayabaya memerintah di Kediri tikus pithi sebagai julukan pada anak-anak remaja yang beranjak dewasa, tidak lagi merah tapi sudah bersemu kehitaman. Tikus dalam konteks ramalan bisa sebagai perlambang kaum muda, angkatan muda, atau pemuda dalam lingkup pusat kerajaan Kediri. Sri Aji Jayabaya sangat membutuhkan pasukan laut terutama bertugas sebagai prajurit dan paling dapat dipercaya tentu pemuda setempat dan di samping itu suara mereka benar-benar diperhitungkan dalam percaturan politik kerajaan.
    Kerajaan laut tapi berpusat di pedalaman itu menguasai daerah pengaruh meliputi Jambi di pulau Sumatra, Kalimantan, Bali, dan Tidore, sehingga selalu memperkuat pasukan laut demi keperluan menjaga wibawa kerajaan di wilayah pengaruhnya. Angkatan muda mendapat porsi lebih untuk diterima sebagai abdi negara. Dengan strategi sedemikian rupa membuka peluang bagi pemuda, maka tidak ada gerakan pemuda yang berusaha untuk menggalang persatuan merongrong kekuasaan sang Prabu Jayabaya.
    Sejarah kemudian mencatat pada 1222, seratus tahun sejak kekuasaan Sri Aji Jayabaya di mana angkatan mudanya sudah kurang mendapatkan porsi dalam pemerintahan, tiba-tiba dari suatu daerah kurang lebih limapuluh kilometer arah ke Timur kerajaan Kediri, gerakan pemuda pimpinan Arok membariskan pasukannya menggempur Kediri. Panglima perang kerajaan Kediri Mahesa Wulung adik dari raja Dandang Gendis atau Krtajaya tewas di Ganter sehingga pasukan Kediri menelan kekalahan dalam pertempuran melawan pasukan Arok.
    Arok tercatat sebagai orang pertama yang memimpin pemberontakan atau kudeta dengan hasil gemilang dalam sejarah Nusantara.
    Kembali ke tahun 2010, adanya ramalan tikus pithi anoto baris ditafsirkan sebagai pemberontakan bersenjata rakyat dari segenap penjuru Nusantara adalah mustahil, kecuali dilakukan oleh unsur militer yang menguasai senjata. Rakyat jelata jelas tidak punya senjata api dalam jumlah cukup untuk mengadakan pemberontakan skala besar.
    Kaum muda memang mulai mengorganisir diri akan tetapi terpecah-pecah dan berorientasi ke berbagai jurusan, masing-masing berkutat di dalam kelompok sendiri. Mereka berwarna-warni idealismenya ada merah, hijau, biru, kuning, dan merah jambu serta mengelompokkan di sebagai kiri, tengah, dan kanan. Ibarat dalam jejer wayang mereka saling berseberangan sehingga mudah diadu-dombakan.
    Angkatan muda memang selalu tampil dalam setiap goro-goro dalam pemerintahan RI, dan keberhasilan mereka selalu berpindah tangan dan diambil alih pihak lain. Peranan mereka kembali cuma penggembira yang tidak mampu memfoloup hasil gerakannya yang berhasil. Sepertinya mereka mulai menyadari hal demikian, dan mulai memasang strategi baru. Demo damai yang berubah anarkis mudah sekali ditumpas, atau mengambil jalan parlementer yang memerlukan waktu panjang dalam meraih kemenangan. Hingga pada akhirnya yang paling mudah bagi angkatan muda dengan jalan mengumpulkan opini massa menggunakan jejaring sosial digital.
    Jadi “tikus phiti anoto baris” berarti angkatan muda menyusun barisan. Bukan barisan pemberontakan bersenjata, bukan demo anarchi, dan bukan menunggu waktu generasi tua menyerahkan kekuasaan kepada angkatan muda. Sehingga angkatan muda menjadi angkatan tua. Pemuda maju lain lagi masih memiliki kekuatan kecil dalam mendukung gerakan perubahan sistemik, dalam pada itu idealisme pilihan mereka belum mampu mempersatukan kekuatan dari berbagai elemen. Idea-idea pemersatu yang sudah tersedia antara lain Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, atau Nasakom, sejak era Majapahit hingga Kemerdekaan RI dan pasca kemerdekaan. Sekarang idea terakhir itu sudah pincang, karena salah satu kakinya buntung. Sedangkan idea yang lain diselewengkan menurut kepentingan penguasa sendiri. Adalah tugas angkatan muda membikin utuh dan memurnikan kembali seperti sediakala semua idea yang dicetuskan dan diajarkan oleh para pemimpin Nusantara sesuai jamannya itu.
    Kelak dengan berhasilnya angkatan muda menyusun barisan bersama untuk tujuan bersama memurnikan semua idea pemersatu dan mampu mewujudkannya dalam aksi, maka makna sesungguhnya ramalan Jayabaya ketujuh itu terbuktilah kebenarannya.

  3. MOTIVATORIUM SOSIAL-POLITIK

    Kalau sampai terjadi 2 figur fenomenal ini (Jokowi-Ahok) bisa “tancap gas” ke RI-1 dan RI-2 (kalau kata Bro @Bat : menguasai wilayah nusantara), saya mau siap-siap bikin surat permohonan untuk posisi MENTERI NEGARA URUSAN PENANGGULANGAN BAHAYA SALAH URUS NEGARA. He…he…he…

    • hehehe…..maju truz pak Diding Ireng Chairudin.
      .
      klo mau ny sy : tdk ada lgi sy temui org yg terlantar d jln menangis krn lapar.
      krn tnh air indo adlh tnh surga (tongkat kayu jadi tanaman).
      ini smua bner kt anda, krn slh urus alias penjahat yg jadi pejabat / pejabat yg jadi penjahat.
      .
      semalam sy bcr dg tmn2: “knp wkt kita kanak2 kita bisa saling membela utk tmn kita yg baek tpi diinjak2 oleh org jht, pdhl wkt itu modal kita cuma tgn kcl yg lemah dan kantong celana yg bolong.
      knp setelah kita besar kuat tgn dan pny kantong tebal seluruh bdn malah skg jadi pengecut alias tdk mau lht tmn yg dulu jln bersama kita wkt kanak2 itu.
      mrk diam bkn ny tdk mau turun tgn, ttpi krn tidak adanya kepercayaan.
      .
      hal ini sama terjadi pd bangsa indo.
      kita mau cri siapa lagi utk kita pcy jdi pemimpin ???

      • para penjahat yg jadi pejabat itu / pejabat yg jadi penjahat itu muka badak.
        .
        lihat lah bangsa asing aja peduli mau bantu bangsa indo.
        tetapi bukan via para pnjht yg jdi pjbt itu/ pjbt yg jdi pnjht.
        pihak asing itu justru plh duo JB utk diserahkan KEPERCAYAAN mrk.
        .
        klo para pjbt/pnjht itu benar2 manusia dan bukan zombie harusnya tau diri… beri jalan kpd duo JB utk mengurus rakyat bangsa indo.
        kgk pake tarsok2…., tpi sy tau lah isi daleman kalian itu.
        kalian lbh pcy kpd dukun2 pake baju agama yg isinya setan.

  4. He…he…he… Ya, yaaa… seharusnya kita bisa belajar banyak dari “dunia anak-anak kecil” masa lalu, yang lebih mendalami peran pahlawan tanpa pamrih, bukan seperti sekarang ini : BANYAK PAHLAWAN KESIANGAN. Begitulah sistem yang bobrok dan brengsek sudah merusak semua aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Bahkan dunia akademisi (Perguruan Tinggi) pun tidak bebas dari pengaruh sistem yang bobrok dan brengsek ini. Disiplin ilmu sosial dan ilmu politik sempoyongan diseruduk pragmatisme di balik sistem yang bobrok dan brengsek itu — PARTAI-PARTAI POLITIK MENJADI SUMBER MASALAH, bukan mengatasi masalah, malah makin menambah jumlah masalah. Makanya banyak orang menaruh hormat pada 2 sosok fenomenal itu BUKAN KARENA PARTAI POLITIKNYA, tapi karena karakteristik dan mentalitas 2 figur fenomenal itu. Kenapa jadi fenomenal? Yaaaa karena sangat berbeda dengan yang pernah ada sebelumnya… — ini bener-bener original. BUKAN PEMIMPIN PALSU ! Wkwkwkwkwkwkwk….

  5. maka itu bro2 saya sudah tuliskan jangan sampai negara kita dijajah melalui agama,dan kenyataannya sekarang ini para politikus2 rombengan itu menerobos melalui lubang itu yg seharusnya kita2 mencari cara untuk segera menutupnya,agar kelak rakyat kita tidak tercebur lebih dalam lagi,itu sangat mengerikan sekali, sebetulnya negara kita ini paling makmur diseantero dunia,cuma dikarenakan pemimpinnya goblok,mau disetir melalui agama,jadi inilah akibatnya,apalagi politikus2nya sendu (senang duit),dan yg harus kita benahi sekarang ini pertama menakernya harus dicopot karena ga bisa kerja,kedua menteri pertaniannya itu orang PKS yg menganggap partainya paling bersih itu tidak berbuat untuk rakyatnya, tapi hanya untuk partainya,yg seharusnya dia bekerja untuk rakyatnya

    • Betul. Urusan & kepentingan agama hrus DIPISAHKAN dari pemerintahan. sbab agama hanya utk urusan individu dg Tuhan. tapi pemerintahan adlh urusan berbangsa & bernegara dari sgala lapisan & golongan.

      tdk boleh ada mayoritas & minoritas dlm produk hukum & penegakkannya. babat semua ormas2 agama yg merusak fasilitas publik & menghasut pertikaian antar kelompok, suku, ras & agama. Biar beban pemerintah smakin ringan 🙂

      Trima kasih buat Korea Selatan yg berkenan utk menolong Indonesia trutama Jakarta. Mudah2an hubungan bilateral ini smakin membawa manfaat & persahabatan bagi kedua negara. Tuhan memberkati.

  6. harmoni tidak terbentuk karena saling tidak ada kepercayaan……..biarlah airnya menjadi sedikit keruh ketika di obok-obok, suatu saat nanti akan jernih, dan kelihatan siapa emas siapa loyang….

  7. Tulisan diatas, july design selesai, akhir tahun pembgnan bisa selesai. Tapi paragraf berikutnya, diharapkn akhir thn bisa mulai dibangun.
    Agak bingung nih. 🙂

  8. @wirss n raihana :
    ya…disimpulkan sendiri aja kali ya…kyknya ga mungkin pembangunan sebesar itu selesai dlm waktu 5 bln.
    jd mgkn yg benar pembangunan dimulai akhir tahun.
    bung admin mungkin lg ngantuk krn byk kerjaan, jadi salah ketik..namanya jg manusia. 😀

    all d’best lah utk 2 pemimpin dki ini.
    bravo!

  9. MOTIVATORIUM SOSIAL-POLITIK

    Buat Bro @Anthony Setiawan : MUSUH UTAMA KITA sebagai BANGSA INDONESIA ADALAH KETIDAK-ADILAN yang DIKEMAS DALAM SISTEM YANG BOBROK DAN BRENGSEK — bukan perbedaan agama, bukan perbedaan warna kulit, bukan perbedaan bentuk mata yang melotot seperti orang marah dengan yang seperti orang mau tidur, bukan perbedaan bendera parpol (meskipun saya tidak pernah mendukung partai politik, ANTI-PARPOL), bukan perbedaan status sosial atau profesi, dan bukan perbedaan-perbedaan dalam wujud lainnya. Karena semua perbedaan (termasuk perbedaan agama di dalamnya) itu cuma instrumen dalam sebuah interaksi (sosial-politik) kehidupan umat manusia di belahan dunia manapun — JADI SEMUA ITU BUKAN SUBSTANSI. Substansinya adalah : siapa atau mana yang saling berbeda itu YANG BENAR-BENAR TERUJI DAN MAMPU MENEGAKKAN KEADILAN BAGI SELURUH RAKYAT DI INDONESIA. Tengok lagi bendera website Ahok.Org., salah satu mottonya : KEADILAN UNTUK RAKYAT dan “Jakarta yang kita perjuangkan, Jakarta Yang Manusiawi dan Bermartabat.” Ukuran atau definisi “manusiawi dan bermartabat” gak usahlah diperdebatkan lagi — sebab cuma orang-orang yang hidup di hutan-hutan dan goa-goa zaman purba saja yang pantas gak paham dengan ukuran (definisi) manusiawi dan bermartabat. Dalam konteks pola penjajahan ada yang sudah sejak lama diperingatkan oleh Presiden RI Pertama Ir. Soekarno (bukan Soeharto) tentang BAHAYA KOLONIALIME DALAM WUJUD-WUJUD YANG BISA SERBA BARU DAN BISA SANGAT MENYESATKAN, namun tidak menutup kemungkinan ada segerombolan orang yang memanfaatkan agama sebagai garis politik mereka (jadi bukan agamanya yang menjajah tapi pemeluk agama itu yang bermental penjajah), dan itu bisa sangat mungkin terjadi di dalam kelompok agama mana saja. Dalam sistem pemerintahan dan ketatanegaraan yang BENAR-BENAR (bukan seolah-olah) MAMPU MEWUJUDKAN KEADILAN maka hal-hal seperti itu tidak perlu terjadi, karena para PENJAHAT POLITIK itu bisa hidup dan bergerak leluasa cuma dalam sistem pemerintahan dan ketatanegaraan yang bobrok dan brengsek saja.

    • Permasalahannya bro Diding Ireng Chairudin adalah bagaimana kita melihat sebuah perbedaan, sebagai hal negatif atau kebalikannya.

      Apabila perbedaan dilihat dari sudut pandang yang salah maka yang terjadi adalah permusuhan pengelompokkan antar suku, agama dsb.

      Perbedaan harus dilihat dari kaca mata pengkayaan suatu bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari berbagai suku dan agama dan itu harus dilihat sebagai sebuah asset yang mungkin bangsa lain tidak punya.

      Perbedaan harus dipakai sebagai sebuah sarana untuk saling melengkapi sehingga menjadi sebuah kekuatan yang bisa dipakai untuk mensejahterahkan bangsa itu sendiri.

      Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa memanfaatkan asset2 bangsanya sehingga menjadi sebuah keuntungan bagi kemajuan bangsa itu sendiri.

      Perbedaan adalah sebuah asset bukan sebuah kejelekan

  10. Buat @Viva Jakarta : apa ada yang salah dengan susunan kata dan kalimat yang sudah saya sampaikan di atas? Maksud saya juga seperti itu : dalam konteks perbedaan jangan “digeser” atau “bergeser” ke wilayah konflik kepentingan sempit (ini terminologi sosial-politik) — itu bisa berbahaya. Sebab (sesungguhnya) MUSUH KITA BERSAMA SEBAGAI SESAMA BANGSA INDONESIA ADALAH KETIDAKADILAN, BUKAN PERBEDAAN, jadi jangan sampai kita sebagai Bangsa Indonesia selalu terpecah-belah karena selalu diadu-domba dengan isu-isu politik perbedaan. Begitu uraian yang lebih detailnya, Bro…

  11. MOTOVATORIUM SOSIAL-POLITIK

    Buat @Grace dan semua Sidang Pembaca Yang Budiman di Ahok.Org : kalau soal Ormas itu seharusnya menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam Negeri, bukan Gubernur/Wakil Gubernur DKI Jakarta. Pendekatan kebijakan (politisnya) adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas). Sekedar catatan : dalam konteks sering terjadinya peristiwa bentrokan antar ormas (anarkisme ormas) yang mengganggu ketertiban umum dan dapat membahayakan keamanan serta keselamatan masyarakat kota Jakarta, Polda Metro Jaya lewat Kabid Humas Polda Metro Jaya (Kombes Pol Rikwanto) pernah meminta Kementrian Dalam Negeri agar serius membina Ormas (Sumber : Merdeka.com, 02/07/2012). Dan jumlah Ormas di Indonesia ini tidak sedikit, yang tercatat dan terdaftar di Kementrian Dalam Negeri sudah mencapai jumlah 64.577 Ormas — jumlah ini belum termasuk yang belum terdaftar di Kementerian Dalam Negeri. Pertanyaannya : mengapa jumlah Ormas yang membludak seperti itu tidak mengurangi jumlah masalah, malah cenderung menambah jumlah masalah? Dimana letak kesalahannya…?!!! Cuma sistem yang bobrok dan brengsek saja yang dapat menjelaskan dan memberi ruang bagi bertumpuknya bermacam permasalahan…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here