Pengukuhan Paskibraka DKI Jakarta (Foto)

4
113

Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama ternyata pernah bermimpi ingin menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra). Namun, mimpinya itu seolah sulit terwujud saat dirinya masih duduk di bangku sekolah.

“Waktu saya sekolah, saya ingin jadi pengerek bendera tapi dulu rasis. Warga keturunan tidak boleh ngibarin bendera. Tapi alangkah enak, sekarang beda,” ujar Basuki saat mengukuhkan anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013 dan penyerahan Piagam Penghargaan kepada anggota Paskibraka DKI Jakarta 2012 yang telah Purna di Balai Agung, Kamis (15/8).

Basuki berpesan kepada  para anggota Paskibraka DKI 2013 agar mampu membawa nilai patriotisme dalam kehidupan sehari – hari. “Kita kekurangan patriot. Negeri ini banyak yang berani mati karena korupsi. Harusnya sikap  bangga sebagai pengibar bendera pusaka, kalian harus bisa menularkan sifat ini dan tidak menjadi politisi busuk,” pintanya.

Sekadar diketahui sebanyak 76 putra dan putri yang duduk di bangku SMA dikukuhkan menjadi  anggota Paskibraka DKI Jakarta 2013 di Balaikota.

Anggota Paskibra ini akan menjadi petugas pengibar bendera Merah Putih pada perayaan HUT Kemerdekaan pada 17 Agustus nanti di halaman Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. [Beritajakarta]

Foto: Sak/Ahok.Org

4 COMMENTS

  1. “Waktu saya sekolah, saya ingin jadi pengerek bendera tapi dulu rasis. Warga keturunan tidak boleh ngibarin bendera. Tapi alangkah enak, sekarang beda,” ujar Basuki…
    —–
    sekarang emang udah bebas pada boleh kerek en ngibarin bendera apa aja sesukanya koq – ya bendera Merah-Putih, Bintang Kejora, Aceh Merdeka, MU, Arsenal, Triumph, Wacoal, Softex, Laurier, dst – sesukamu… tapi tanggung dewek…

    soal rasisme: paling sebel ama yg model BOPAK – dah BOdoh, punya laPAK (rasis) lagi!

  2. Rasis tetap ada, tapi 1 hal yang mutlak harkat dan martabat setiap orang adalah sama, mau dia ras apa pun… Orang2 rasis sudah pasti menjelekkan ras lainnya dan mendewakan rasnya sendiri… Pada kenyataannya, manusia di semua ras pasti ada yang baik dan ada juga yang jahat.. Apakah orang2 rasis ini berani menjamin bahwa di ras-nya ini tidak ada yang jahat, licik, picik??? Kalau ada, saya ingin tahu ras apa itu???

  3. Terima kasih kepada Pak AHok, telah mampu dan menunjukkan kepada Indonesia ini bahwa tidak semua warga keturunan itu seperti yang dikatakan oleh orang2 rasis. Karena saya sebagai warga keturunan pernah melihat famili saya yang membela warga asli Indonesia (warga keturunan menggunakan bahasa mandarin untuk menjelekkan warga asli Indonesia), famili saya memaksa mereka meminta maaf kepada korbannya dan menjelaskan arti bahasa yang baru diucapkan oleh mereka… Intinya tidak semua manusia dari ras tertentu itu adalah orang baik dan sebaliknya… Marilah kita berhenti saling memusuhi, yang menjadi musuh kita sebenarnya adalah orang2 yang menggunakan unsur SARA untuk memecah belah kita… Dulu semasa masa penjajahan, para penjajah sudah menggunakan teknik memecah belah, apakah kita sekarang ini masih mau demikian?? Musuh kita sebenarnya adalah birokrat2 korup, dewan2 korup, pejabat2 korup yang sangat lihai menggunakan kekuatan mayoritas untuk menghambat minoritas yang punya keinginan kuat merubah negara ini untuk bebas dari korupsi…

    • “Dulu semasa masa penjajahan, para penjajah sudah menggunakan teknik memecah belah, apakah kita sekarang ini masih mau demikian??”

      sptnya ya… coba tanya ParDem (Partai Demokrat), kenapa menggunakan isu2 SARA utk menghadang pasangan JokoWi-AHok di pilkada 2012 barusan, padahal ane tau persis ada orang2 cina disitu (dan akhirnya ada yg mundur dgn alasan kurang jelas, mungkin kena stress ane omelin abis2an). Sudah move2 partainya bikin bingung ane, beberapa orang2 demokrat yg sama rasnya dgn AHok malah pada bungkam semua melihat move2 partainya yg cenderung rasis itu – bikin tambah bingung lagi dah ane.

      Politik memang kotor by default, dan dapat sangat membingungkan bagi pemula/newbies, apalagi yg buta soal politik2 kotor macam yg dimainkan P.Demokrat ini. Ini cuma contoh, partai2 lainnya (semuanya, baik nasionalis dan sektarian) juga kadang2 memainkan politik kotor yg mirip2 spt ini di saat genting bagi kepentingan mereka.

      Ada contoh ironis yg saya masih ingat jelas, saat pemilu sekitar tahun 80-90an klo gak salah, saya sedang berbelanja di sebuah toko yg saya kenal cukup baik pemiliknya yg keturunan cina dan saya ketahui pendukung berat PDI-P satu keluarga, tapi apa lacur saat pawai PDI-P melintas tahu2 beberapa orang berpakaian merah tsb turun dari bis/truk dan langsung menuju toko itu sambil menggedor2 meja toko minta PYLOX (cat semprot praktis yg beken saat itu bahkan sampai saat ini juga keknya) dan segala macam barang, pokoknya macam preman2 serem baru keluar penjara minta2 macem2 deh, ente tau sendiri lah dah pasti gak dibayar semua barang2 yg diminta tsb dan langsung ngeloyor pergi balik ke truk/bis mereka masing2. Saya tanya sama pemiliknya, apa biasa begitu (minta2 barang gak bayar)? Sambil tersenyum kecut, “Ya biasalah…” (mungkin maksudnya dia dalam hati: “dah biasa orang2 keturunan cina jadi korban politik binti sapi perahan lagi dan lagi, tak jelas kapan bisa berhenti, dan bingung mau milih partai mana lagi, krn semua tiga2nya [partai cuma ada 3 saja saat itu] bawaan orang2nya kek preman2 liar gitu, alias sama aja”).
      Jadi kamsudnya, partai sekaliber PDI-P saja tak lepas dari ekses negatif politik dan tidak mampu mengontrol orang2nya sendiri agar tidak sampai merugikan masyarakat (apakah mereka sudah diberitahu pimpinan besar PDI-P bahwa tidak boleh ‘memeras’ orang2 non-pri? atau tinggal menuding saja “mereka adalah penyusup dan provokator, bukan orang2 kami”?). Tapi itu dulu, kalo sekarang yah anda nilai sendiri deh.
      (Hal2 negatif spt ini yg bikin saya lebih senang pilih orangnya langsung [lebih jelas dan pasti move2 politiknya] daripada pilih partai [gak jelas move2 politiknya nanti krn orangnya pun tak tahu siapa yg dipilih partai].)

      Mungkin hal2 berekses ‘liar’ lepas-kontrol spt inilah yg coba dihindari saat ini yg dapat merugikan rakyat sekitar pada umumnya, dan pada khususnya kaum minoritas ‘non-pri’ spt ini yg sering jadi target pelecehan dan sapi perahan kaum pribumi yg rasis, shg saat ini kala pemilu dilarang keras utk pawai di jalan2 umum tanpa pengawasan aparat keamanan, dan bahkan diarahkan agar tanpa pawai massal dan lewat media sosial saja (intinya me-meeneemaleeseer potensi kekacauan/kerusuhan/kejahatan/dst di masyarakat yg dapat terjadi saat pawai massal berlangsung).
      Karena memang adat umum di Indonesia (dan di dunia ketiga pada umumnya) kalau udah ngumpul rame2 biasanya gampang lepas kontrol dan merasa lepas bebas bisa berbuat senak udelnya sendiri rame2 tanpa perlu bertanggung-jawab, apalagi kalo ada provokator masuk – langsung rame kacau dah pasti itu.

      Pasti seru yah, kalau partai yg anda jagokan/idolakan malah berbalik menyerang kaum anda sendiri… beda masa pemilu, beda visi partai… 🙂

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here