Ahok.Org – Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo akan membangun tempat pemotongan ayam di tiga titik di ibu kota. Hal ini dilakukan setelah Jokowi menggelar jamuan makan siang bersama 23 tukang potong ayam di Balaikota, Rabu (16/10).
Dikatakan Jokowi, para tukang potong ayam tersebut khawatir akan dipindahkan ke pinggir Jakarta. Untuk itu, dirinya mengambil inisiatif akan membangun rumah pemotongan ayam dengan tetap tidak berada di tengah pemukiman warga.
“Mereka khawatir karena akan dipindah ke pinggir Jakarta. Tapi tadi sudah kita ajak bicara dengan makan siang. Solusinya nanti tetap di lingkungan mereka, tapi nanti kita beri lahan, agar jadi satu. Karena rumah tangga mereka ada di situ juga,” ujar Jokowi, di Balaikota, Rabu (16/10).
Namun, untuk lokasinya, mantan Walikota Surakarta itu masih merahasiakannya. “Lokasinya jangan diberi tahu. Tapi ada tiga titik,” katanya.
Selain diberi lahan, nantinya juga akan dibuatkan rumah pemotongan ayam yang higienis dan bersih. Bahkan akan dilengkapi dengan instalasi pembuangan air limbah (IPAL). “Kita yang siapkan lahan, nanti kita buatkan tempat pemotongan ayam yang higienis bersih, dan ada IPAL-nya,” ucapnya.
Adapun anggaran untuk pembangunannya akan diambil dari pos Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta.[Beritajakarta]
Mungkin maksud pak Gubernur, rumah potong ayam untuk disupplai ke supermarket2 ya ? yach.. baik sekali itu pak kalau dipusatkan di 3 titik jakarta. sekalian juga dengan yang ada di semua pasar2 pak. para ibu2 kan lebih suka membeli ayam yang masih hidup lalu minta dipotongin oleh si penjual ayam dan telah dibului sekalian. jadi pembeli yakin bahwa daging ayam yang dibelinya itu bukan ayam sakit juga bukan ayam bangkai kelindas kendaraan gitu pak. Saya rasa kalau ditiap2 pasar dibuatkan ruang khusus untuk tempat pemotongan ayam dan penjualan ayam hidup, akan jauh lebih baik pak. lebih manusiawi hehehe…
kalo tiap pasar diadakan tempat pemotongan, yg paling sulit menyediakan instalasi pembuangan air limbah (IPAL) nya…..dan rawan dalam pengawasan higienis bersih….main buang ke got dan mencemarinya…
trus… solusinya gimana lagi dong bung Hattori ? kalau memang harus sediakan instalasi IPAL-nya, lalu apa yang dipermasalahkan ?!…tinggal bikin saja kan ?! 🙂
–
pasar tradisional kan areanya luas. layak untuk sebuah pasar yang sehat dan layak dikunjungi memiliki sistem sanitasi yang baik entah ditaruh dipojok mana itu tempat pemotongan ayam2 hidup. dengan berbagai penyakit yang berseliweran di jakarta, jauh lebih aman beli ayam hidup lalu skaligus dipotong n dibersihkan. rasa aman itu tidak bisa dibeli dengan uang 🙂
kl tak salah ukuran utk pembuangan air limbah itu cukup luas, besar fisik nya n makan biasa yg sgt besar pula
kalau mau bikin rumah pemotongan kami usul sekaligus ada gudang pendinginnya yang besar,untuk menyimpan ayam beku,nanti pembungkusnya dibuat label 100 pct Halal dan higenis,agar konsumen yakin bahwa ayam yang dibeli bukan ayam yang sudah mati,kalau bisa sekaligus ada lab control residu antibiotiknya,untuk memastikan ayam tidak dalam sakit menggunakan antibiotik.
peternak ayam potong sekarang yang mandiri hampir mati suri,tinggal peternak yang punya kandang,melakukan “kemitraan” dengan pabrik pakan besar,sehingga peternak sekarang kebanyakan sebagai “kuli” nya pabrik pakan,tanpa berfungsi wiraswasta/UKM yang mandiri,bebas memilih pakan dan bibit yang murah/baik.namun harus beli dari pabrik pakanlah yang menyediakan bibit,pakan,obat,dan sewaktu panen,pabrik pakan ambil ayamnya untuk dipotong dirumah pemotongan ayam groupnya sendiri,sehingga hanyaa pabrik pakan yang terintegrasi lah yang akan memimpin pasar ini,sewaktu Bpk Ahok pun pembukaan pameren peternakanpun hanya mengunjungi stand dua raksasa pabrik pakan yang terintegrasi dari hulu kehilir sampai produk jadinya nuget,bakso,sosis dll.
kalau semuanya sudah dikuasainya oleh pakan ternak raksasa ini ,maka harga ayam hidup dari peternak mandiri(bukan yang melakukan “kemitraan”) akan ditekan serendah rendahnya,agar mereka ikut kemitraan mereka,inilah tren bisnis peternakan sekarang ini yang digambarkan Wamen Pertanian sebagai “Hero” saat sambutan diacara pembukaan pameran peternakan ini yang juga di hadiri oleh Bpk Ahok,karena sudah bisa swasembada dan tanpa melakukan “demo” meskipun harga pakan akibat bungkil kedele naik,yang mana peranjin tempe lebih “keras” dan mogok produksi.
memang peternak mandiri kita sekarang sabar sekali,harga ayam dan telur jatuh,pakan naik masih tetap diam,bukan peternak sekarang untung banyak,namun karena tiada daya atau “sabar” untuk melakukan protes.
harga telur sekarang dipeternak hanya dibeli oleh pedagang telur Rp 13500/kg ex kandang peternak,harga pokok produksi telur sekarang ini karena USD naik mengakibatkan bahan baku seperti Bungkil Kedele dan Jagung naik,harga pokok telur menjadi Rp 15500/kg,peternak yang sangat efisienpun juga akan rugi,sehingga kembali lagi peternak petelur mandiri ini akan mati suri mengikuti jejak peternak pedaging.
seperti Bpk Jokowi menyatakan barometer inflasi akan dipengaruhi oleh harga yang ada di Jakarta,kami usul selain pemprov DKI membangun pemotongan ayam,juga gudang pendingin yang besar(ini sangat penting),bisa ikut membantu menstabilkan harga,harga ayam hidup pasar kalau turun bisa masuk ruang pendingin,dan bila saat harga naik terlalu tinggi,bisa dilepas ayam yang digudang pendingin,sehingga peternak mandiri ini tidak merugi,dan tidak disetir oleh pengusahan besar “kemitraan” ini yang mengharus beli pakan,bibit,obat.
karena harga stabil,maka peternak tidak merugi, ayam hasil panennya peternak tidak hanya boleh menjual kepabrik pakan dari kemitraan tersebut dan bisa menjadi wirausaha ukm yang tangguh,bukan sebagai “kuli” pabrik pakan,dengarnya sih halus sebagai “kemitraan” namun intinya sebagai”kuli” atau “tukang jahit” dari pabrik pakan besar yang mempunyai fasilitas dari hulu ke hilr termasuk rumah pemotongannyaa.
kalau untuk atasi kerugian peternak petelur yang sekarang hampir mati suri lagi,pemprov DKI bisa bikin pabrik tepung telur yang besar untuk menamupung bila produksi telur berlebihan dipasar,dan tidak ditekan oleh pedagang telur yang saat ini hanya dihargai Rp 13500/kg(rugi Rp 2000/Kg),disamping pabrik tepung telur bisa mengurungi import tepung telur ini untuk pabrik mie instant,biskuit dll yang sekarang masih import tepung telur,juga bisa bikin pabrik telur cair(putih telur/kuning telur yang terpisah dan telur utuh) yang disimpan diruang pendingin untuk keperluan pabrik roti dan hotel dsb,sehingga harga telur bisa stabil tidak seperti sekarang ini,pada hal peternak semuanya ingin protes/demo,namun sifat peternak tidak seperti perajin tempe yang sedikit saja merugi minta protes/pelindungan.mungkin ini yang disebut Wamen Pertanian ini “Hero”, padahal sudah hampir mati suri.
produk hasil peternakan harus higenis dan bebas residu antibiotik dan harus memenuhi syarat keamanan pangan,karena kita makan ayam,susu,telur dan madu semuanya demi kesehatan kita,namun ternyata bila ayam/lebah masih sakit dikasih antibiotik tidak bisa sembuh langsung dijual hasil produknya ,ini sangat membahaya kesehatan kita.
peternakan budidaya udang sudah sangat memmperhatikan masalah ini,karena produk perikanan mereka juga diexport,dan mengikuti peraturan di Uni Eropah/Amerika/Jepang yang sangat ketat akan keamanan pangan,sehingga perikanan relatif sudah sangat bagus atas masalah keamanan pangan kecuali formalin yang masih dipakai untuk konsumsi lokal,bagaimana di pertenakan ayam/sapi yang pasarnya hampir 100 pct untuk lokal,dan sebenarnya kita sudah ada undang undang perternakan akan keamanan pangan ini,namun implementasinya belum maximal,apakah karena manusia yang hidup di Indonesia lebih tahan tubuhnya dibanndingkan orang Eropa/Amerika/Jepang?sehingga kita masih santai saja akan keamanan pangan ini.
semoga Bpk Jokowi-Ahok bisa mempelopori untuk menstabilkan harga produk ternak dan juga hidup yang sehat atas konsumsi hasil ternak kita karena merasa aman untuk mengkonsumsinya.
terima kasih
kok jadi inget “ayam container” yah……lebih lama di frezeer daripada masa ambegan-nya……..hua ha3x…..