Ahok.Org – Bulan Juli ini, DKI Jakarta akan mulai menerapkan uji coba Electronic Road Pricing (ERP) di sepanjang Jalan Sudirman. Selain perusahaan Kapsch asal Swedia yang akan mulai menerapkan sistem itu, dua perusahaan lainnya, yakni Q-Free asal Norwegia dan Watch Data asal Singapura juga bersedia menerapkannya.
Namun, Watch Data yang menggandeng PT Karsa Wira Utama, menawarkan sistem untuk ERP dengan menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS). Sayangnya, teknologi tersebut belum pernah diterapkan di negara lainnya sehingga DKI pun menolaknya.
“Dia tawarkan teknologi pakai GPS. Saya tanya, negara mana yang sudah pakai? Ternyata belum ada. Singapura juga belum pakai. Kalau belum, ya saya tidak bisa terima,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota, Rabu (2/7).
Basuki mengatakan, pihaknya tidak menginginkan, Jakarta menjadi kota yang diujicobakan pertama kali untuk sistem ERP yang berdasarkan GPS. “Saya tidak mau Jakarta jadi yang pertama mencoba sistem ERP berdasarkan GPS. Kami mau pilih yang semua negara pakai,” kata Basuki.
Basuki menjelaskan, apabila menggunakan sistem GPS, logikanya, seluruh kendaraan harus memakai GPS. Sedangkan untuk memasang GPS itu saja sedikitnya dibutuhkan biaya sebesar Rp 2 juta. Sementara jika menggunakan On Board Unit (OBU) hanya memerlukan Rp 200.000 saja.
“Kami tidak mau jadi tempat uji coba barang-barang baru yang belum bisa dipakai,” katanya.
Selain itu, jika menggunakan GPS, di Jakarta juga belum ada jalur 3G dan mikrosel-mikrosel di tiang-tiang listrik. Sebab apabila hal tersebut tidak ada, maka kerapatannya akan berbeda. Meskipun teknologi itu bagus, tetapi belum ada yang memakai sehingga Basuki pun menolaknya.
“Dia bersedia (menerapkan ERP) asal saya buka untuk tender. Tidak bisa, dong! Kamu sudah pasang, nanti malah jebak saya lagi kamu uji coba, tidak mau kasih,” katanya.
Sementara dengan OBU, kata Basuki, kendaraan yang tidak memiliki OBU akan diketahui bisa didebet atau tidak. Termasuk kendaraan-kendaraan yang berasal dari luar kota bisa dengan mudah ditangkap sehingga diperlukan juga koordinasi dengan pihak Kepolisian.
“Kami mau lihat, kalau yang tanpa OBU dia bisa laporkan berapa? Manti kami pasang OBU di 50 kendaraan, jadi kelihatan. Ke depan, kalau dia bisa menangkap itu, kami tahu yang lewat setiap harinya ada berapa kendaraan dan yang tidak ada berapa,” jelas Basuki. [Beritasatu.com]
Pak Ahok Jakarta sebenarnya tidak butuh ERP sebab ERP hanya habiskan duit rakyat.
Yang dibutuhkan Jakarta adalah ketegasan pak Ahok dan kepatuhan bawahan pak Ahok bersama dg seluruh warga DKI.
Solusi mengatasi kemacetan di DKI
1. Bapak Ahok terbitkan peraturan bahwa setiap pemilik kendaraan bermotor baik mobil pribadi dan sepeda motor hanya boleh beroperasi di hari Minggu saja sedangkan hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat dan sabtu setiap pemilik kendaraan bermotor wajib menggunakan transportasi umum
2. Lakukan penyitaan kendaraan bagi yang tetap bandel bagi pengendara menggunakan kendaraan pribadi (mobil pribadi + sepeda motor pribadi) di hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat dan sabtu.
Kendaraan bermotor tsb disita untuk negara.
Beres kan pak…
Saran dari rakyat Indonesia buat pak Ahok
Always Think Smart and Make it Simple dan Fast.
Kalo ngomong dipikir dulu om,,agak di pinterin dikit yah kalo komentar…. Kalo masih kayak begini om bakalan ketinggalan jaman…
Kl diterapin bisa2 Indonesia jd negara yg paling irit kenderaan pribadi di jalanan dan paling banyak kenderaan umum beroperasi di jalanan dibanding negara manapun.
Lha kalu itu melanggar HAM boss….kalau ERP tidak kan tetap boleh pakai kendaraan pribadi sehingga kenyamanan harganya mahal….
Mas Muhammad, indonesia negara hukum kalo undang-undangnya belum ada jangan paksain kehendak, bertindak smart bukan jadi otoriter emangnya pemprov uda mampu sediakan transportasi umum untuk seluruh warga jakarta jadi sambil dibenahi ya dibuatlah program yang mengurangi kemacetan bukan menghilangkan kemacetan secara instan.
Untuk mengatasi orang Jakarta yg sok gengsi, segera berlakukan ERP…
Soal penambahan busway bagaimana? Disuruh pasang GPS aka, pt. transJakarta management traffic nya aja masih amburadul???
“Always Think Smart and Make it Simple dan Fast.”
so moron this man
kayak konteks pemikiran lo pinter aja, jaman sekarang masih dikasih peraturan kayak gitu,amblas lah maen sita-sita kendaraan, jakarta kota gede bung…mekanisme juga harus diperhatikan, bagaimana se-efektif mungkin.
salam realistis.