"Tidak Ada Toleransi untuk Warga di Bantaran Kali"

0
44

Ahok.Org – Rumah-rumah warga di bantaran Kali Ciliwung tetap diratakan dengan tanah meskipun semalam mereka sudah mendemo kediaman Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Warga akan ditampung di rumah susun.

‎Ahok menegaskan penggusuran akan tetap dilakukan. Menurut Ahok, para pihak yang keberatan dengan penggusuran ini sebenarnya adalah pihak penyewa tempat di lokasi calon gusuran.

“Penggusuran kita nggak ada toleransi. Harus tetap digusur. Solusinya, tetap bongkar,” Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (27/5/2015).

Ahok sudah menyiapkan rumah susun bagi mereka. “Kalau nggak ada rumah, lapor kita, kita ada rusun. Kalau nggak mau ke rusun ya risiko kamu!‎” tandasnya. Penggusuran itu sebagai solusi mengatasi banjir di kawasan Jakarta Utara.

Mantan Bupati Belitung Timur ini menanggapi santai demo ratusan warga yang digelar di rumah Ahok di Pantai Mutiara Jakarta Utara pukul 22.00 WIB, Selasa (26/5). Ia menganggap hal itu biasa.

Massa yang berasal dari 4 RW dan 13 RT ini berorasi, mendesak Ahok agar membatalkan penggusuran kediaman mereka. Para warga ini menempati tanah yang berada di bantaran Kali Ciliwung, yaitu di Pinangsia, Jakarta Barat dan Penjaringan, Jakarta Utara. Mereka mengaku terpaksa menggelar aksi pada malam hari karena 2 unit alat berat telah tiba di area yang hendak digusur. Para warga ini panik lantaran kediaman mereka akan segera diratakan. [Detikcom]

Kata Ahok soal ‘Penyerbuan’ Warga ke Rumahnya

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama merasa tak khawatir dengan peristiwa pengepungan rumahnya di Kompleks Pantai Mutiara oleh warga Pinangsia, Jakarta Utara, Selasa (26/5/2015) malam. Menurut dia, warga Pinangsia yang menolak permukiman liar mereka digusur telah beberapa kali meminta kelonggaran kepada Pemprov DKI.

“Saya pikir biasa ya orang kayak gitu, mau bilang gimana lagi. Kan mereka waktu itu sudah datang ke sini, mereka minta (penggusuran rumah) setelah pelaksanaan ujian nasional, dan mereka janji pindah. Sekarang kalau kami tunggu-tunggu lagi, mereka pasti beralasan minta tunggu Lebaran,” kata Basuki, di Balai Kota, Rabu (27/5/2015).

Basuki mengatakan, kawasan Pinangsia yang akan digusur itu merupakan permukiman liar yang hanya memiliki jarak 1-2 meter dari bibir Kali Ciliwung. Permukiman liar yang akan digusur panjangnya 2,8 kilometer. Permukiman liar itu kerap membuat banjir serta macet di kawasan Gunung Sahari-Ancol.

“Di Jembatan Merah itu seharusnya ada jalan inspeksi 2,8 kilometer sampai masuk ke Pasar Ikan. Nah, jarak 2,8 km ini yang diduduki warga sampai tinggal 1-2 meter lebarnya, sekarang sudah dangkal kalinya. Sekarang kamu mau 10 juta orang ngalamin susah atau pindahkan mereka yang tinggal di sana,” kata Basuki.

Basuki menegaskan akan tetap membongkar permukiman liar itu agar kawasan tersebut tidak terendam banjir kembali. Bahkan, lanjut Basuki, orang-orang yang menggedor pagar Kompleks Pantai Mutiara semalam adalah oknum-oknum penyewa lahan di sana. Basuki menyebut mereka tidak terima ladang penghasilannya diusik oleh Pemprov DKI.

“Terus sekarang mereka ngotot maunya kami bikin rusun di Tongkol dekat kawasan itu. Mana ada sih kayak gitu. Ini kan untuk kepentingan bersama kalau dibongkar, lagian mau dipindah ke rusun mana juga masih di Jakarta,” kata Basuki.

Warga yang menggedor pintu kompleks perumahan Basuki ini merupakan warga yang pernah melakukan aksi unjuk rasa di Balai Kota dan membawa anak-anak berseragam SD pada Jumat (22/5/2015). Setelah itu, mereka juga berulang kali menyambangi Balai Kota untuk meminta solusi pada Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat. [Kompas.com]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here