Ahok dan Cina

30
880

Ahok.Org – Apa beda Marissa Haque dan Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama? Banyak. Tentunya tidak perlu saya sebutkan lagi. Tapi, apa persamaannya? Mereka sama-sama mencalonkan diri menjadi Wakil Gubernur (Banten dan Jakarta).

Marissa dengan leluasa mengatakan tentang kakeknya, Siraj Ul Haque yang berasal dari Uttar Pradesh, India Utara. Bahkan dalan satu blognya dijelaska bahwa kakeknya adalah orang India asli, sedangkan ayahnya adalah orang Pakistan. Namun ini tidak menjadi masalah. Marissa Haque tetap orang Indonesia.

Bandingan Marissa dengan Ahok, berkali-kali Ahok menekankan bahwa dia adalah orang Indonesia. Seakan dia harus berjuang hanya untuk mendapatkan pengakuan buat hal yang satu ini.

PR yang tidak perlu dikerjakan oleh Marissa saat ia mencalonkan diri sebagai wagub. Beberapa kecaman tentang Ahok bertebaran, menyebut dia Cina dan mempertanyakan rasa nasionalismenya terhadap Indonesia. Apa sebenarnya arti kata “Cina” di Indonesia? Kebanyakan menyebutkan, orang Cina pantas disebut demikian karean nenek moyang mereka berasal dari Cina, bukan dari Indonesia.

Inilah yang tidak terjadi pada Marissa Haque, yang nenek moyangnya juga berasal tidak dari Indonesia. Tidak ada yang ragu akan nasionalismenya, dengan menyebut dia sebagai orang  Pakistan atau India. Padahal jelas sekali dia menyatakan bahwa kakek dan ayahnya bukan orang Indonesia. Inilah diskriminasi yang masih mengakar, dan sering kali tidak disadari di Indonesia.

Padahal menurut penjelasan UU Nomor 13 Tahun 2006, konsep Indonesia asli adalah orang uang menjadi warga negara sejak lahir dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendaknya sendiri. Lalu, ketentuan papsal 4 menegaskan bahwa anak yang dilahirkan di wilayah Negara Republik Indonesia dianggap sebagai warga negara Indonesia, sekalipun status kewarganergaraan orang tuanya tidak jelas. Jadi, mengidentifikasi Ahok sebagai “Cina” sudah bisa dianggap melanggar hukum.

Mengapa sebutan Cina ini begitu ditekankan? padahal ada yang banyak sekali migran dari India dan Timur Tengah di Indonesia. Tapi hanya Cina yang seolah berbeda. Dan apa arti Cina itu sendiri? Cina yang mana? sedangkan garis perbatasan negara selalu berubah-ubah. Yang dinamakan Cina sekarang bukan lagi Cina yang dulu. Ada Taiwan dan RRT yang keduanya disebut Cina, tapi ideologi keduanya cukup berbeda. Kalau kita menganggap bahwa suku Han adalah etnis Cina asli, etnis yang dianggap aslipun sudah banyak tercampur dengan mereka-mereka yang tinggal diperbatasan Kazakstan dan Afganistan. Karena itulah di bagan itu banyak orang yang berhidung mancung dibandingkan dengan yang lain.

Bila kita menganggap murni sebagai yang lebih tua sebenarnya sebagain nenek moyang penduduk Nusantara berasal dari Yunan (Cina selatan). Beribu-ribu tahun lalu mereka bermigrasi dan menyebar ke beberapa kepulauan di Indonesia. Jadi bukankah mereka sebenarnya bisa dianggap sebagai Cina yang lebih murni dibandingkan Cina di negara yang telah bercampur dengan darah Mongolia?

Antara Cina dan bukan Cina di Nusantara seharusnya tidak menjadi masalah karena mayoritas dari mereka yang merasa pribumi sendiri adalah para migra. Kalau banyak orang yang ngotot bahwa identitas itu berganutng pada dari mana nenek moyang kita berasal, mungkin orang Indonesia akan berganti dengan orang Persia, orang Arab, orang India dan orang Cina, karena yang nenek moyangnya berasal dari tempat yang disebut Indonesia akan jarang sekali, bila kita memang mau menelusuri di belakang. Namun pemerintah penjajah Belanda menginginkan adanya adu domba. Sejak abad ke-18 diadakan pemisahan antara mereka yang dianggap Cina dan mereka yang disebut pribumi. Hal ini dilanjutkan dengan adanya Staats Regeling, Staatsblad Nomor 1917-30, yang mengharuskan mereka mempunyai identitas sebagai Cina atau pribumi. Mereka yang merasa dan diharuskan menjadi Cina ironisnya adalah orang-orang yang baru saja datang dari Cina-yaitu mereka yang kebanyakan telah tercampyr dengan Mongolia. Sedangkan para pendatang dari Yunan akhirnya harus disebut Indonesia pribumi. Tentu, dalam masa perang sering kali ada kekacauan identitas. Perkawinan silang juga terjadi dari dulu, plus adanya perselingkuhan dan lain-lain yang menambah tidak mungkin seseorang memiliki etnis murni.

Diskriminasi pun berlanjut, dari kolom KTP sampai parpor, stempel Cina masih melekat. Sekarang stempel seperti ini telah ditiadakan, tapi sebutan Cina bergentayangan. Tidak peduli mereka lahir dan besar di Indonesia dan nenek moyangnya telah beregenerasi tinggal di Indonesia. Yang dianggap Cina sering kali tetaplah Cina.

Dikrimininasi seperti ini bisa dianggap sepele. Namun  ketika kerusuhan Mei 1998 terjadi, kita bisa melihat diskriminasi ini bukan hal yang remeh. Begitu juga dengan munculnya tokoh seperti Ahok sebagai calon wakil gubernur. Masih saja yang dijadikan bahan untuk menjatuhkan dia adalah kecinaannya. Tentu saja diskriminasi bisa datang dari berbagai pihak, Mereka yang merasa “Cina” misalnya melarang anaknya berpacaran dengan yang dianggap “Pribumi”. Memang kebanyakan manusia menderita amnesia sejarah, sehingga mereka berpaku pada etnisitas yang bisa menimbulkan rasisme luar biasa tanpa disadari.

Saya telah tinggal dibeberapa negara dan kebanyakan dari teman saya di luar negeri menyebutkan saya lahir dan besar di negara yang sekarang bernama Indonesia. Namun ketika saya pulang ke tempat saya dilahirkan saya masih disebut “Cina”. Sebutan yang sangat mengejutkan beberapa teman saya dari negara lain. Sebab, bagi mereka, tempat kelahiran dan kewarganegaraan saya sebenarnya suda lebih dari cukup untuk menyebut saya orang Indonesia.

Aneh ketika saya mempertanyakan sebutan “Cina” ini di negara saya dilahirkan, justru disinilah masih banyak yang menuduh saya mengada-ada, tidak hanya dari mereka yang dianggap “Pribumi” tapi juga yang disebut “Cina”. Rasisme yang ditanamkan oleh pemerintah Kolonial Belanda masih mempunyai dampak luar biasa” [Koran Tempo]

*Penulis: Soe Tjen Marching, Pendili Lembaga Bhinneka, Komponis dan Penulis

 

30 COMMENTS

  1. partai pendukung foke adalah 1.demokrat =partai yg korupsi hambalang, sarana olahraga di palembang,2.PPP=partai yg korupsi Al-Qur’an,3 Golkar=partai yg membuat bencana lapindo dan cagub yg di usung puteran pertama yg terima suap nazarudin sarana olahraga di palembang, 3. PKS=partai poligami dan pornograpi.

  2. Yaa..iyalah adi ms gak level di sejajarkan dg klrg haque?? secara klg icha kan cerdas2, anak2nya icha walaupun cantik2 gak mau jd artis, tp mrk utamakan pendidikan. liat dong kiki bela, shaznaz, soraya, ikang, mrk klg cerdas. sdgkan adi cm tamatan sma, mknya kevin jg cuma jd artis numpang beken ortunya. Saya tuh jijik banget sama Addie MS narsis dan banci twitter, maenannya juga sama janda jablay macam Dee Dee Kartika Djoemadi. Menjijikkan memang musisi satu itu.

  3. ya kalo mau kembali nenek moyang kita dari mana ya/ kalo kata rhoma non muslim ya kembali lagi sembilan wali ada cina nya gak? gampang toh? hari gene mau sara… mending sarah azhari aja yukkkk

  4. Selagi kita masih menyandang status WNI maka sudah menjadi kewajiban warga negara untuk memajukan dan mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia.
    Tidak sedikit orang Tionghwa pd jaman kemerdekaan bersikap loyal dan berjiwa nasionalis membeli kepentingan Negara. Juga tidak sedikit pula dari kalangan pribumi yg bermental kroco, pengkhianat, atau penghisap darah rakyat. Karena itu dalam melihat orang, jangalah melihat dari latar belakangan suku, ras, agama, hitam/putih. Tapi lihatlah dari sikap, pribadi, dan komitmennya thd bangsa dan negara Indonesia.
    Maju terus Ko Ahok, saya pribadi mendukung anda hanya dengan doa agar Tuhan YME mengabulkan keinginan rakyat DKI menuju cita-cita Jakarta Baru dpt tercapai.

  5. slm buat pak ahok

    maju terus pak ahok pantang mundur,,
    kami slalu mendukung anda;…
    oh ya , ada 1 saran / kritikan membangun untuk pak ahok, alangkah baiknya dalam berdebat di media umum, jangan terlalu memakai kata2 yg spontan dalam menyerang lawan politik.. alangkah baiknya pak ahok lebih kalem,, salam

  6. Kemenangan Jokowi Ahok harus menjadi momentum yang baik yang harus dimanfaatkan untuk kesatuan bangsa. Hilangkan adanya pribumi non pribumi. Buat WNI tionghoa coba jadikan moment ini untuk berbaur jangan ada jarak lagi. Masih banyak terjadi pemisahan yg secara tidak sengaja memang dilakukan oleh etnis Tionghoa, tentunya yang paling kentara adalah pada bidang ekonomi, mari buat etnis tionghoa bantu saudara sebangsa, majukan ekonomi bersama-sama. Saya yakin kalo kesetaraan ekonomi itu terwujud dengan sendirinya tidak ada Cina di Indonesia yang ada adalah Orang Indonesia Asli suku Tionghoa…..Saya lahir di Cirebon menurut buyut saya ada keturunan Tionghoa namun kami bangga menjadi wong cirebon asli, orang Indonesia asli, di Cirebon kami semua berbaur…….

  7. ya makanya ga heran banyak warga tionghoa yg lebih memilih tinggal di negara lain yg lebih nyaman buat mereka, toh di negara sendiri masih terus dihina spt itu sampe hare gini, tetep ga dianggep sbg WNI ASLI (bukan stempelan) sampe kapanpun. Tapi brengseknya, warga pribumi berkuasa yg bikin masalah ini lalu mulai ngusik soal nasionalisme lagi “tuh kan liat, pada ga mau tinggal di Indonesia, malah tinggal di luar” hebat! sudah kita ‘diusir’ scr tdk langsung (dah banyak kan contohnya) dgn berbagai cara hina masih menjebak kita dgn soal nasionalisme (jadi mao loe apa sih, pribumi?) – maju kena mundur kena. jadi ‘Cina’ emang sebuah kesalahan dilahirkan di negeri ini. Kecuali politisi dan aparat pemda pribumi brengsek (racun utama) nya dicokok dirobek-2 sampai habis dulu, yg senang sekali melakukan hal rasis-diskriminatif thd warga tionghoa tanpa kena hukuman sedikitpun meski sudah ada UU nya, maka model diskriminasi purba spt ini akan tetap ada – contoh barusan sudah ada, kicauan si Nara di TV nasional yg sangat rasis itu tidak kena peringatan sedikitpun oleh instansi terkait (KPU), meski ahok merasa tdk tersinggung, bukan berarti KPU atau instansi terkait boleh diam santai saja melihat aksi rasis spt itu, tapi jelas sudah bikin ‘murka’ seluruh warga tionghoa (kec. gol. ‘tua’ yg masih terus dihantui ketakutan diopresi penguasa orba, padahal udah koit puluhan tahun lalu).
    Adakah dukungan nyata dari warga pribumi utk melindungi warga tionghoa dari segala bentuk rasisme di jaman modern ini? hanya segelintir, banyak yg takut terang2-an melindungi (jangan harap bisa spt warga New York yg bisa saling melindungi dari segala bentuk rasisme/diskriminasi, Obama saja terang2-an dipilih whites dgn muka penuh harapan, kalo disini, ga berani nunjukin dukung ahok terang2-an, nunjukinnya ke Jokowi saja biar aman, padahal Jokowi sendiri juga keturunan Cina, terlihat jelas dari kontur mukanya, ga buang, mirip banget dgn rekan saya yg tinggal di Tangerang, termasuk warna kulitnya dan sedikit lipit matanya, bedanya cuma namanya aja yg berbau tionghoa dan beragama kong hu cu, banyak yg ngira dia pribumi meski rada sipit spt Jokowi), krn takut dituduh gak nasionalis oleh sesama pribumi, lebih suka cari aman (loh sama dong kayak cina juga) – apalagi pribumi di pemerintahan dan legislatif, takut banget kalo posisi empuknya bakal digeser sama cina, maka praktek-2 diskriminatif ala kolonial Belanda spt itu akan terus bergulir menerpa setiap orang tionghoa yg mau masuk panggung politik. Kecuali ada niat mulai spt malaikat yg rasanya ga mungkin muncul dari dalam diri mereka sendiri, sudah keenakan korupsi soalnya, apalagi malah bisa sekalian meres orang cina, apa ga enak?
    .
    OK, asal orang yg ngaku-2 ‘pribumi’ Indonesia juga sudah dijelaskan dgn cukup baik di artikel diatas, hampir sama spt komen di topik artikel lainnya soal Ocehan Nara yg juga cukup lengkap. Jadi tinggal keinginan kita bersama sbg WNI, bukan WNI Cina (mana ada ini? ada juga WNI atau WNA, dimana-2 juga begitu, kec. di indonesia yg rasis ini, tapi ga diusik PBB sedikitpun) ata WNI Pribumi (ini lagi, jadi bahan tertawaan di luar negeri), utk mulai berubah jadi bangsa yg modern tanpa disktriminasi rasial lagi yg dilakukan negara yg sptnya ikut disupport rakyatnya yg masih takut menyuarakan aspirasi anti-diskriminasi. kalau hal ini sudah terjadi, maka saya tak perlu lagi ngoceh dgn vokalnya disini atau dimana-2 lagi soal masalah rasisme dan diskriminasi thd warga tionghoa – buat apa lagi kalau semua warga penghuni semua wilayah di Indonesia sudah diperlakukan benar-2 setara? Tak memandang ia seorang Tionghoa/Papua/Aceh/Jawa/Manado/dst semua wajib diperlakukan setara/sama.
    .
    Saran saya, jangan cuma kalau mau nari Gangnam style (tarian modern asalnya masih dari keturunan Cina/Mongoloid juga, yaitu Korea) baru mau saling berbaur bergerombol gitu (aneh juga ya? cuma anak muda yg bisa gitu, yg tua pasti ga mau, bilang najislah nari bareng gitu, sama cina lagi!), lakukan juga hal yg sama dalam berpolitik, agar yg sedang berkuasa alias penguasa/incumbent tahu kita tidak menginginkan perbedaan perlakuan atas ras/agama/suku/golongan lagi, cukup sampai disini saja. Buktikan kita memang negara demokratis anti-diskriminasi di segala bidang, bukan cuma stempel RUU omfong saja. Masa kalah sama Amrik? yg katanya negara sekuler/kafir, ga amanah, tapi nyatanya lebih merhatiin masalah sosial daripada disini yg pada takut semua kalau mulai nyentuh ranah politik/agama (contoh sudah ada di topik lain, silakan cari sendiri) – mentrinya aja takut coy! bisa apa lagi orang yg lebh lemah/rendah dari dia.
    Tidak perlu lagi bilang orang cina gak mau gaul atau sebaliknya pribumi juga spt itu, sebabnya sudah jelas (kolonialisme ala Belanda tak henti sampai saat ini yg dilakukan pemerintah/legislatif dan aparatnya), gak perlu dibahas lagi, cuma jadi flame war lagi spt biasa di forum-2 sosial politik.
    Lakukan aksi yg nyata kalau memang ingin perubahan bagi Indonesia Baru, jangan cuma wacana lagi dan lagi. Dibahas terus juga percuma tanpa aksi nyata!
    Gisel dan Gading Marten sudah mulai (spt yg sudah dilakukan beberapa artis lainnya), yg lain mau kontribusi? tak perlu dgn cara kawin, hal lainnya juga bisa, spt bergandengan tangan menentang segala bentuk penindasan atas nama ras atau SARA lengkapnya. Saya lihat sudah ada yg berani cukup vokal dari segelintir pribumi menentang aksi ‘akrobat-politik’ Nara tsb, ini pertanda baik bahwa nasionalisme tionghoa bisa tumbuh kembali di bumi pertiwi ini, yg tanah kelahiran orang tionghoa juga, bahawa ada warga pribumi mau menerima mereka tanpa diskriminasi ras lagi.
    Tanpa perlu diminta/dipaksa, warga tionghoa akan sama spt warga yg disebut ‘pribumi’ dalam berbakti kpd negaranya, jika diperlakukan setara (cuma kasus Susi Susanti saja yg aneh, sudah berbakti kpd negara mengharumkan nama bangsa Indonesia, bukan Cina, malah tetap diperlakukan semena-mena/diskriminatif/rasis oleh pemda setempat waktu ngurus perpanjangan KTP, sayang kurang diblow up, biar seluruh dunia tahu, termasuk PBB, masih ada negara ‘salah urus’ rakyatnya tapi presidennya sibuk cari dukungan/investor di luar negeri tanpa malu). Lucunya, setiap kali orang tionghoa lupa akan ke-cina-annya dan mengira dirinya orang Indonesia asli (membaur scr natural), maka ada saja pribumi ‘nakal’ yg tak henti ‘mengingatkan’ kita bahwa kita orang cina, bukan pribumi lewat berbagai cara di masyarakat – contohnya sejak kecil di SD kita sudah rajin diingatkan kita itu Cina dgn seruan-2 rasis yg akhirnya jadi biasa di telinga, siap yg ngajarin anak-2 SD itu menghina kita orang tionghoa? ya orang-tuanya lah, nanti teman-2 pribuminya juga diracuni, shg semua bisa kompak menghina kita yg cina, ya tidak heran begtu dewasa punya perilaku mirip orangtua mereka yg rasis sama spt teman2nya juga, meski stlh pergi belajar/kerja di luar negeri baru mau tobat, ternyata dia cuma minoritas di belantara warga dunia. Tanpa orang cina yg sering ia hina waktu SD gak akan dapet tempat tinggal di sono di waktu musim dingin, semua penuh termasuk asrama, dan ga ada yg mau kasih tempat meski kenal, kec. seorang cina dan asli dari China (tidak bisa bicara bahasa Indonesia), tak kenal dia pula! Cuma kasihan saja denger dia ga ada yg mau kasih tempat bermalam tuk seminggu sampai ada flat murah yg kosong lagi (uangnya pas2an, ga cukup buat sewa mahalan). Setiba di Jakarta selesai studi, orang yg terkenal amat rasis ini waktu SD (sampai meludahi wajah!), kata pertama yg diucapkan ketika bertemu kembali orang Cina yg pernah ia hina waktu SD, “Maafkan saya yg pernah ehm… menghina kasar kpd kamu waktu itu” dan barulah dia cerita kenapa dia berbicara spt itu shg akhirnya saya tahu kenapa ia langsung minta maaf. Ini cerita dari teman tionghoa saya soal teman pribuminya yg rasis abis waktu SD (sekarang malah jadi join usaha jasa berdua, aneh tapi nyata), kurang lebih mirip spt yg saya alami dan kebanyakan warga tinghoa lainnya di seluruh Indonesia dimana pribumi jadi mayoritas.
    .
    Aeh.. laper euy! dah dulu ya… adek mau ma’em… (masa ga malu dikuliahin anak kecil soal kesetaraan perlakuan manusia dan nasionalisme? 🙂 Anak muda udah, tapi gua mau liat orang DPR yg pada tua-2 itu nari Gangnam Style bareng warga/orang tionghoa tanpa kondisi, jangan nanti berbeda haluan gak mau nari bareng lagi kayak sekarang, dulu sok dukung tionghoa, tapi begitu pilkada Gubernur DKI, langsung berbalik 3 kali 180 derajat, malah rajin ‘menghina’, menjungkir-balikkan semua ‘iklan politik’ yg mereka buat agar terlihat sok akrab dgn warga tionghoa – senyum kecut menyeringai saat melihat iklan TV bos Maspion bersama Marzuki Alie, kontradiktif sekali dgn komennya yg berbau SARA di TV juga, biasalah, ‘binatang’ politik memang begitu perilakunya, tergantung situasi idealismenya – sayangnya orang bodo miskin mana tau aslinya mereka ini, dikira beneran, ga heran masih mau terus dibodohin sampe hari ini sama politisi ‘busuk’ supaya jangan mau ‘berbaur’ dgn ‘cina’ – yg tidak mau berbaur siapa kalo gini urusannya?).

  8. LUKAS SETIADI ZAILANI, alias TJIONG HOEY LIONG, SANGAT MENDUKUNG AHOK & JOKOWI, SELAMAT SUKSES SERTA DAMAI SEJAHTERA KIRANYA MENYERTAI BANG AHOK & JOKOWI. LUKAS WALAUPUN LAHIR SEBAGAI KETURUNAN CINA dari SUKU KHEK (hakka) SUDAH TIDAK BISA NGOMONG KHEK, apalagi Mandarin. Bisanya ngomong INGGRIS(jadi GURU PRIVATE). Nenek moyangku memang katanya dari negeri Cina. Katanya karena aku hanya kenal kakek-ku dan saudara2nya, tapi kakek nenek moyangku aku tidak pernah mengenal mereka. Katanya sudah 9 generasi, sudah sejak jaman VOC, mereka sudah beranak pinak di Karawang, Rengas Dengklok, dan banyak yang menikah dengan mereka yang disebut PRIBUMI. ITULAH SEBABNYA AKU SANGAT CINTA INDONESIA, DAN MAU JAKARTA DULU JADI KOTA YANG BERSIH DARI SAMPAH,

  9. TEKNOLOGI MENGUBAH SAMPAH MENJADI BBM + ENERGY SUDAH BERMUNCULAN DAN SUDAH MENGHASILKAN UNTUNG (VIABLE & ECONOMICAL, bahkan SUDAH PROFITABLE). LUKAS ZAILANI BERSEDIA MENJADI CONSULTANT BAGI SIAPA SAJA YANG MAU/BERMINAT MENGUBAH SAMPAH MENJADI BBM+ENERGI. (jadi bukan Hanya REDUCE, REUSE & RECYCLE,melainkan CONVERT atau TRANSFORM atau MENGUBAH SAMPAH MENJADI BBM + energy. MUDAH-MUDAHAN INI DIBACA OLEH PA JOKOWI & pa BASUKI/AHOK.

    WASSALAM.

  10. Saya setuju yg di sampaikan bang Ahok. Rakyat Indonesia telah pintar sekarang. Contoh kaya ketua FPI, apakah dia orang pribumi?? Bukan. Dia orang keturunan bukan orang asli indonesia, sama hal nya dgn Ahok orang keturunan yg membedakan hanyalah negara dan agama nya aja. Terkadang pandangan mereka seperti gak pakai otak. gak sadar mereka juga orang luar. Jadi saya harap janganlah kita bermain sara. Mendingan kita membaca, melihat dan berfikir dengan jernih terhadap permasalahan yang ada sekarang. Ngomongin Masalah SARA, mendingan ke Laut aj.

  11. Tuhan saja tidak rasis.
    Kenapa kita rasis?

    Hal yang paling sensitif itu bukan cuma uang, tapi ras dan agama.

    padahal yang paling bedain manusia itu hanya “baik” dan “jahat”.

    Banyak orang Chinese yang baik.
    Banyak orang Indonesia yang baik juga.

    Hindari saja kata “Cina” dan “Pribumi”,
    ini 2 kata yang selalu ada di saat yang tepat dengan tujuan tertentu.

    Masyarakat Indonesia yang modern,
    yang memiliki keinginan untuk perubahan,
    pasti mengerti bagaimana seharusnya bersikap.

    Kita jangan maulah dibodohi oleh pemerintah yang memakai politik kotor ala adu domba ini.

    Let gone be by gone.

    Hidup Indonesia !

    NB :
    —-
    Renungkan apa makna Indonesia,
    dan hubungannya dengan persatuan,
    dan kesatuan.

    Kemudian apa yang akan teman-teman semua akan lakukan untuk negeri ini ?

    Pilih jawaban anda :
    ——————–

    a.Tetap saling bermusuhan
    b.Tetap saling menyalahkan
    c.Tetap saling membenci & menjatuhkan
    d.Saling merangkul demi kemajuan Indonesia.
    e.salah semua
    f.benar semua
    g.entahlah saya masih mikir-mikir
    h.saya sibuk, tidak ada waktu
    i.saya tetap pilih yang “a”
    j.saya tetap pilih yang “b”
    k.saya tetap pilih yang “c”
    l.saya pilih “a,b,dan c”
    m.saya pilih yang “d” demi persatuan
    m.saya pilih yang “d” demi kesatuan
    n.saya pilih yang “d” rindu akan hal itu
    o.jawaban yang benar adalah Pancasila
    p.Pancasila sebagai dasar negara kita
    q.Kenapa pilihan jawabannya jadi banyak?
    r.kok pilihannya jadi banyak banget??

    s.pilihan jawaban dibikin banyak kaya gini biar kita bisa mikir lebih dalam lagi apa makna persatuan & kesatuan.

    t.baiklah mungkin saya akan pilih “d”
    u.saya pilih “d” supaya cepat selesai
    v.saya tetap pilih “a,b,c” mantap!
    w.saya tetap pilih “a,b,c” no comment
    x.saya pilih “a,b,c,d” karena…
    y.saya pilih “a,b,c” karena saya rasis

    z. saya tidak menentukan pilihan, karena menurut saya masih banyak lagi hal-hal yang dapat saya kembangkan untuk kemajuan negeri ini secara bersama-sama, bukan hanya merangkul saja, tetapi juga dapat saling mengisi, membantu, menjaga, melindungi, dan menciptakan suatu inovasi secara bersama-sama dengan menjunjung tinggi pancasila, UUD 1945, disiplin, bergotong royong, dan mampu menghilangkan luka lama secara bersama-sama akan permasalahan ras yang ada.

    NB :
    —-
    Kumpulkan jawaban anda di atas meja kerja, dompet, kantong baju, celana, dan dimana saja tempat paling aman.

    Karena jawaban anda akan seharga emas,
    ini jarang sekali terjadi, dan dipikirkan.

    Amankan emas anda !
    Amankan Indonesia !

  12. ah, yg suka men-cina2-kan keturunan tionghoa itu pasti ndak tau sejarah panjang bangsa nusantara…

    bangsa ini sulit menjadi bangsa yg maju karena selalu menutup2i sejarah gelapnya, alih2 direkayasa. makanya kejadian buruk selalu terulang…

    orang yg masih menyebut2 cina kepada saudara kita keturunan tionghoa sudah dapat dipastikan tidak dapat menjadi agen kemajuan bagi bangsa ini…

    tinggal hitung saja ada berapa oknum yg seperti ini, hitung pula persentase-nya dengan jumlah rakyat… nah, akan nampak salah satu faktor mengapa indonesia sulit untuk maju….

    selamat berhitung… hehehehehe…

  13. “CINA” or “PRIBUMI”
    “KRISTEN” or “ISLAM”
    sama saja, kan kita sama-sama keturunan Adam n Hawa.
    Aneh … kan setiap agama pasti mengajarinya. Yang penting hati n itikad baik seseorang yang membedakannya.
    Pusing … Pusing … kalo kalian masih terus ribut2 soal ini, kapan majunya negara Indonesia. Tuh liat di Malaysia, kamu mau orang cina kek, melayu kek or bombay kek tapi mereka akur n ga saling ngata2in. Makanya kalo punya uang coba jalan2 kesana, contoh mereka.

  14. Berbahagialah kita generasi muda yang sudah sangat jarang merasakan rasialisme…. I love indonesia… Sy bangga jadi org indonesia, emak gw cina bandung, bapak gw campuran sunda cirebon, garut sm jawa timur.. Yg lebih parah lagi anak gw, emaknya ada sumatera,belanda sama sunda. Jadi gw bingung ras gw apa. Saya cinta indonesia…

  15. aku setuju kalau penelitian etnis di Indonesia, tentang mendapatkan hak persamaan pendidikan, mendapatkan pekerjaan di pemerintahan dan mendapatkan pelayanan publik perlu diperbanyak…karena selama ini kalau kita mau mengajukan proposal itu di universitas negeri sendiri, pasti kita dianggap rasis, padahal semata untuk membuka mata orang2 yang selama ini buta bahwa diskriminasi itu ada di indonesia…..beda kalau di luar ngeri, kalau mengajukan proposal itu diterima malah dapat support dari profesor2 sana…enggak tau juga mungkin kalau prof indonesia takut tetsinggung kalau peneliti juniornya membeberkan fakta mengenai etnisnya yang mayoritas (barangkali itu anggapan saya) jadi peneliti muda lebih suka belajar antrop dan sosiologi di luar indonesia …..sayang sekali kan penelitian tentang bangsa kita sendiri malah bisa dicari di luar?

  16. Alah mending lah kalian di indo… walau ngeluh2 didiskriminadi tetap aja kaya. Skrg gw tanya kalau seandainya kalian yg mayoritas… kalian melakukan diskriminasi ga? Ooh ga bakalan? Liat saudara cina kalian di singapore yg jd mayoritas…. apa ga diskriminatif thd melayu muslim disana? Apa tidak kata lu? Coba aja google … lu cina akan ketemu bnyk link yg menceritan hal tsb…

  17. Siapapun dia, berhak masuk dunia perpolitikan. Tidak lagi harus dibatas oleh suku dan etnis. Saya dukung Ahok untuk melanjutkan kepemimpinan Jakarta!

  18. sy keturuna sunda asli dan cina keturunan ke 3 cirebon.sedih kalau sara dijadikan isue dlm pilkada.yg penting apapun suku agama .Yg penting jujur adil bela kepentingan rakyat.itulah yg perlu dipilih sbg pempimpin indonesia.smg NKRI tetap utuh

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here