Ahok Bukan “Kapitein der Chinezen of Batavia”

32
669

Ahok.Org – Dengan hadirnya Ahok, membuat masa depan ketionghoaan dalam keindonesiaan diharapkan makin baik.

Wakil Gubernur Pemerintah Provinsi, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok -tanpa mengurangi rasa hormat- adalah “angpau” terbesar bagi ketionghoaan dan kemajemukan di negeri ini. Jabatan wakil gubernur di provinsi sekaligus ibu kota merupakan bukti kepercayaan dan cara pandang yang sangat maju dari kemajemukan urban masyarakat Jakarta.

Ahok bukan prototipe “pranawa” (peranakan China-Jawa) yang selama ini dominan mengisi ketionghoaan di negeri ini. Ini karena Tionghoa di Jawa lebih dekat dengan pusat kekuasaan kolonial Belanda di Jawa, sehingga kiprahnya lebih menonjol.

Sebagai bukan Tionghoa Jawa tetapi Tionghoa Bangka Belitung atau Sumatera, Ahok menampilkan ketionghoaan yang lebih lugas, langsung, tanpa tedeng aling-aling, rasional dan kadang berintonasi meninggi. Ini berbeda dengan personifikasi Tionghoa Jawa yang njawani dan sikapnya yang lebih ngapurancang (mendekapkan kedua tangan di bagian depan perut) wujud sikap lebih mengalah dan nrimo. Ketionghoaan dengan begitu sangat beragam, tak ada definisi tunggal tentang Tionghoa Indonesia, masing-masing mengisinya dengan karakter dari budaya masyarakatnya di mana ia tinggal.

Runtuhnya Diskriminasi
Terpilihnya Ahok adalah puncak kegamangan ihwal diskriminasi Tionghoa selama ini, tapi akhirnya bisa dilewati dengan mulus. Jauh sebelum Ahok terpilih di Jakarta, ia terpilih lebih dahulu sebagai Bupati Belitung Timur. Kita harus berterima kasih pada masyarakat Belitung Timur yang telah memilihnya sehingga ada Tionghoa Ahok dipercaya sebagai puncak eksekutif di sana. Meski sentimen etnik bermunculan ketika seorang minoritas berupaya memimpin mayoritas yang berbeda, tetapi kepercayaan masyarakat Belitung Timur dulu menunjukkan bahwa masyarakat harus bebas memilih kandidat potensial, siapa pun dia dan apa pun latar belakangnya. Kemajuan masyarakat Belitung Timur untuk tidak tunduk pada kriteria primordial seperti seagama, seetnik, dan seterusnya menunjukkan bahwa saat ini mengusung primordialisme sudah bukan jaminan. Mereka yang dipercaya dan dituakan dalam bidang agama, yang dipercaya hidupnya suci dan alim ketika dipercaya memimpin sebuah partai politik justru mengingkari kepercayaan itu dengan korupsi.

Upaya masyarakat Belitung Timur lepas dari primordialisme ketika memilih Ahok, terulang di Jakarta ketika masyarakat metropolitan yang majemuk memilih Jokowi-Ahok. Padahal, sentimen ras dan agama sangat kuat menerpa Ahok, tetapi masyarakat Jakarta bisa juga menjauhi primordialisme. Logikanya demikian karena Jakarta lebih majemuk dan terbuka dibanding Belitung Timur. Semua ini menunjukkan bahwa Jakarta menjadi teladan nasional dalam meruntuhkan sekat diskriminasi, khususnya Tionghoa dalam berkiprah sebagai pemimpin bangsa. Selama ini ketionghoaan sebatas dijatah, menjadi menteri yang ditunjuk oleh presiden. Tapi dengan terpilihnya Ahok secara langsung, pelajaran demokrasinya ialah masyarakat memilih Tionghoa dan bukan presiden, sehingga kesadaran antidiskriminasi masyarakat sangat tinggi.

Perubahan harus diraih melalui semua cara dan semua kalangan yang mampu mengusung perubahan itu. Selama ini perubahan masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan selalu bersumber dari tokoh primordial sehingga mereka yang seagama, seetnik dan seterusnya yang lebih sering terpilih untuk memimpin. Dengan keluar dari patron primordial ini, seorang Ahok bukan dilihat Tionghoanya atau Kristennya, tetapi dilihat kemampuannya untuk ikut melakukan perubahan yang lebih baik bersama Jokowi. Tentu kita akan melihat prestasi Jokowi-Ahok beberapa tahun ke depan, bisa sukses bisa pula stagnan atau buruk. Pelajarannya masyakarat belajar bertanggung jawab atas pilihannya. Jika Ahok gagal masyarakat dewasa akan melihat kegagalan itu objektif dan bukan karena etnik atau agamanya. Di sini masyarakat berusaha memilah antara kinerja Ahok yang bisa diukur, dan fakta etnik atau agamanya di sisi lain sebagai urusan takdir dan privat yang tidak bisa dibawa-bawa.

Sentimen ras dalam soal panggilan “china”, yang pernah dialami Ahok ternyata tidak mempan membuat Ahok tersinggung dan menggunakan kekuasaannya untuk merespons. Responsnya netral-netral saja, mendiamkan dan membuat soal “china” itu menjadi tidak berarti apa-apa. Sindrom “china” yang dialami Tionghoa sebetulnya hanya buang-buang waktu. Upaya berbagai pihak untuk “jangan panggil aku china” (JPAC) dalam berbagai media buku, sinetron, puisi, blog dan seterusnya kontraproduktif karena secara tidak langsung sudah mengakui panggilan itu merendahkan dan menghina. Padahal, politik bahasa rasial lewat panggilan atau sebutan “china”, “indon”, “niger/negro” dan seterusnya memang bertujuan agar mereka yang dipanggil itu tersinggung, marah dan merasa terhina sehingga diri dan mind set mereka mendapat pengakuan dan stigma sosial bahwa mereka itu memang seperti itu. Tujuannya agar mereka tetap berkubang dengan nasibnya yang buruk sehingga tidak mengancam keberadaan si pembuat politik bahasa rasial.

Menanti Ahok yang Lain
Dengan hadirnya Ahok di panggung Jakarta yang otomatis lebih tersorot secara nasional, membuat masa depan ketionghoaan dalam keindonesiaan diharapkan semakin baik. Ketionghoaan harus terus berupaya dicangkokkan ke dalam budaya masyarakatnya di mana ia tinggal. Ahok yang tinggal di Jakarta yang majemuk dan berbasis budaya Betawi sebagai tuan rumah, akan menciptakan pengaruh-memengaruhi dengan hadirnya ketinghoaan ala Jakarta yang majemuk atau yang berciri khas Betawi. Strategi budaya ini penting dan harus ditumbuhkan dan bukan dibiarkan tumbuh liar apa adanya. Dengan keterlibatan Ahok dalam pemilihan bupati, wakil gubernur dan mungkin akan ada Ahok-Ahok yang lain dalam pemilihan ketua partai politik, ketua koperasi, ketua BUMN, atau kandidat jenderal militer atau polisi, sampai ketua RT/RW, akan mewarnai keindonesiaan dengan lebih baik.

Jika itu tercapai maka Ahok bukan milik Tionghoa saja. Ahok bukan romantisme napak tilas ala Kapitein der Chinezen of Batavia’ Souw Beng Kong, kapitan China pertama di Batavia, di mana peran kapten atau mayor China pada zaman itu menjadi pemimpin komunitas China perantauan (hoakiao) agar Belanda lebih mudah mengatur keberadaan mereka.

Ahok juga bukan titipan Tiong Hoa Hwe Koan di masa lalu yang hanya Tionghoa minded, untuk kepentingan Tionghoa saja. Dengan membebaskan Ahok dari sindrom kapitein der chinezen, Ahok mempunyai tugas lebih luas dan tak dibatasi oleh dinding primordial terutama etnis atau agama. Ahok hanya berakar Tionghoa Kristen yang bertanggung jawab di provinsi majemuk multietnik, multiagama dan multi-multi yang lain, di mana semua harus diperjuangkan untuk menjadi lebih baik nasib dan keadaannya. Terpilihnya Ahok, seperti Nusantara di masa lalu yang membuka diri terhadap berbagai pengaruh budaya asing dari pedagang Persia, India, China sampai Barat. Jika kita bisa memelihara kemajuan ini dan mengubur sentimen primordial maka Indonesia akan dikembangkan dengan objektivitas problem dan profesionalisme kinerja dan prestasi pemimpin-pemerintahan, untuk mempercepat ketertinggalan dari bangsa lain. Selamat Imlek. Hayya.*[shnews.co]

*Stevanus Subagijo
Peneliti pada Center for National Urgency Studies Jakarta.

32 COMMENTS

  1. Terus terang saya baru dengar nama Pak Ahok ketika pilkada kemaren karena baca status seorang teman yg mengkritisi beliau . Karena penasaran saya lalu mencari – cari informasi di internet ttg beliau dan dibuat kagum oleh semua yg telah beliau lakukan di Belitung. Semenjak itu saya tidak pernah berhenti mengikuti segala sepak terjang beliau dan Pak Jokowi dalam memimpin Jakarta. Semoga Pak Ahok bisa menginspirasi generasi muda Tionghoa utk ikut terjun ke dunia politik demi membangun Indonesia baru. Tuhan memberkati Pak Ahok sekeluarga.

    • “Semoga Pak Ahok bisa menginspirasi generasi muda Tionghoa utk ikut terjun ke dunia politik demi membangun Indonesia baru”, bacalah kutipan diatas selengkap-lengkapnya, lalu ada 3 hal yg muncul dalam benak saya, dan berikut sharing saya :
      1. apakah sekat-sekat primordial itu real atau imajiner (hanya ada dalam alam pikir)?
      saat ini pengaruhnya terhadap kehidupan sehari hari diri saya, apa?
      2. Kebaikan, dari siapa saja, juga dari jokowi, ahok dan buanyak yang lainnya, baik dari zaman lalu, kini dan yang adan datang, sepertinya layak menginspirasi semua orang (sekali lagi, tanpa batas sekat primordial).
      3. Primordialisme, sisi jeleknya, existensinya terutama disupport oleh EGO yang tidak terkendali. EGO(AKU) tanpa kendali ini, menurut pendapat saya, suatu saat last but not least, akan menjadikan tuhan, bukan Tuhan.
      kalau EGO(AKU) = tuhan(bukan Tuhan), lantas akan menjadi seperti apa bangsa ini? pertanyaannya, dimana posisiku dalam peristiwa ini?

      • sudah saya baca + copas niy >>>
        “Semoga Pak Ahok bisa menginspirasi generasi muda Tionghoa utk ikut terjun ke dunia politik demi membangun Indonesia baru”

        “Semoga Pak Ahok bisa menginspirasi seluruh generasi muda Indonesia utk ikut terjun ke dunia politik demi membangun Indonesia baru” maksudnya bukan cuma generasi tua/senior aja kaliy ya?!

  2. Saya sangat setuju… Hal ini dapat dilihat juga di Propinsi Kalimantan Barat,
    1. Gubernur adalah etnis Dayak beragama Kristenm Wakil Gunbernur adalah etnis Tiong hua beragama Kristen. dan pasangan ini saat ini sedang menjalankan tugas gubernur dan wakil gubernur untuk periode kedua.
    2. Sedangkan daerah Singkawang sebelumnya jabatan Walikota juga di pertanggungjawabkan kepada etnis Tiong Hua.
    3. Untuk daerah Ketapang, Bupatinya berasal dari etnis Dayak dan beragama Kristen dan Wakil Bupati beragama Islam.

    Dan lainnya yang tidak diketahui, bahwa masyarakat kita sudah tidak mudah dibodohi oleh oknum yang selalu mengatasnamakan SARA dalam memimpin NKRI tercinta ini

  3. hanya orang2 bodoh & terbelakang yg termakan adu domba primodialisme, sedikit saja otak terisi maka sintimen primodialisme jadi basi, provokator jadi sampah. Rhoma, farhat, mustofa bn dan yg lain jika rakyat sedikit cerdas mereka itu sudah mati semati matinya biarpun mereka hidup, karena hidup mereka tidak berarti apa apa. Jayalah Negriku Indonesia.

  4. Cara menularkannya mudah, tiru kebaikannya, supaya tercermin dari diri kita sendiri.
    Bersaksi thd siapa saja, ttg sepak terjang duo JB. Baik itu sopir taxi, angkot, bajaj, ojek maupun pemulung yg kita kebetulan kita temui.
    Kalo perlu, siapkan fotocopy sedikit kegiatan duo JB, supaya mereka bisa membaca. Sedikit pencerahan, bisa menjd kebaikan.
    Jangan lupa, terus mendoakan kebaikan bagi mrk yg masih mengusung Sara di hatinya. Suatu saat saya yakin, mrk akan sadar atau kebutu ditegur Yang Maha Kuasa.
    Maju terus Indonesia Baru!

  5. Saya salah satu pengagum Pak Jokowi dan Ahok semenjak ada koran nasional yang memuat cerita tentang mereka berdua sewaktu masih jadi Walikota Solo (periode pertama) dan Bupati Belitung Timur dulu.

    Saya tahu kisah mereka berdua dari suami saya yang juga respek pada mereka. Hidup keteladanan dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin sejati telah merubah “stereotype” ataupun “label negative” menjadi sesuatu yang positif.

    Selamat bekerja Pak Jokowi dan Pak Ahok. Ditangan kalian bangsa Indonesia menaruh harapan.

  6. Saya menghimbau etnis china dan lainnya yang hidup sebagai minoritas untuk tetap bangga menjadi bagian dari Indonesia, ambil positifnya bila disebut “china” jangan dianggap sebagai rasis tapi harus bangga bahwa etnis china memang terkenal di Indonesia juga di Dunia, demikian juga dengan etnis lainnya harus bangga jangan dianggap sebagai hal yang rasis, dengan merubah mindset pada para etnis maka serangan apapun mengenai SARA tidak akan mempan. Terimakasih

  7. Ya. Smua hal yg baik utk bersikap tidak rasis adlh impian smua rakyat indonesia secara keseluruhan.maju jokowi ahok. Berantas adu domba etnis dan suku di negara indonesia tercinta

  8. INDONESIA BARU
    IND0NESIA JAYA
    INDONESIA RAYA
    dimulai dari kepemimpinan Jokowi – Ahok yang ingin menjadikan Jakarta Baru ( JB).jika mereka berhasil mewujudkannya maka jakarta akan menjadi cikal bakal
    INDONESIA BARU…. semangat baru membangun INDONESIA BARU dengan adanya uu kewarganegara baru.
    tidak ada pribumi dan non pribumi, tidak ada asli dan keturunan.
    yang ada Warga Negara Indonesia.dengan beraragam suku.
    Mari kita sepakat kampayekan sebagai Bangsa Indonesia bukan lagi kesukuan ,untuk menyebutkan suku -suku menjadi :
    suku jawa indonesia
    suku sunda indonesia
    suku tionghoa) indonesia
    suku dayak indonesia
    suku anak dalam indonesia
    suku batak indonesia
    semua suku yang ada di indonesia dengan memakai indonesia.
    Indonesia adalah permersatu suku suku indonesia.tanpa diskriminasi dan tanpa minoritas dan mayoritas niscaya Indonesia Jaya angkan terwujud.

  9. sewaktu kecil, ketika aku di panggil cina, aku marah sekali dan bisa2 sampai berantem,namun setelah menginjak SMA(80-an)aku mulai menyadari kalau ada kawan baik yg panggil aku cina memang aku cina jadi kenapa sebodoh itu harus di sikapi begitu juga dengan kawan2 yg melayu atau lainnya, melayu memang dia melayu, bugis memang dia bugis, jawa memang dia jawa, ini semua tidak ada artinya kalau memang dari diri sendiri tidak mengartikannya. apalagi untuk era sekarang……..yg penting kita bangsa INDONESIA dgn BHINIKA TUNGGAL IKA!

  10. Aku memang keturunan cina generasi ke 10. Waktu kecil aku sering di panggil “cino2” kalau ketemu anak “pribumi” . Aku tidak tahu bahwa itu ejekan. Orang tua lah yg menerangkan bahwa “cino” itu ejekan. Seiring bertambahnya waktu aku punya banyak teman “pribumi” , mereka baik padaku dan mereka tetap mengunakan kata “cino” – karena mereka tidak tahu istilah apa yang “benar” – untuk menyebut hal2 yg berhubungan dengan keturunanku. Tetapi karena temen2ku tidak bermaksud menghina, maka tidak ada pengaruhnya bagiku dalam hubungan dengan teman2 “pribumiku “. AKU TETEP “CINO”

  11. Buat Bro @Stevanus Subagijo
    Peneliti pada Center for National Urgency Studies Jakarta : “Haiyaaa… Gong Xie Fat Choi oooooo…. Xiong hie, Xiong hie…!” — primordialisme cuma bikin sempit dunia yang sedang kita huni ini, primordialisme cuma melahap atmosfir kebersamaan hidup manusia hingga bikin sesak nafas kita.

  12. Siapa saja yang sanggup membangun Indonesia menjadi negara yang maju dan berwibawa di mata International itu jauh lebih baik dari pada orang orang yang selama ini meruksak negara dengan tangan dan otak nya yang kotor demi ke untungan sendiri. Semoga pejabat pejabat jujur yang bekerja untuk bangsa dan negara seperti Jokowi dan Ahok segera bermunculan untuk mengganti pejabat pejabat yang koruptor….ammiiin… Hidup Indonesia….

  13. Beginilah seharusnya cara berfikir kita, kemajuan, kemakmuran bangsa ini jangan mengacu pada primordialisme yg mengarah pada cara pandang yg bersifat subyektif. Jokowi-Ahok adalah segelintir contoh dari orang2 yg berwawasan luas dan profesional yg dimiliki oleh bangsa ini. Masih banyak orang2 seperti beliau yg sesungguhnya pantas dan sangat layak memiliki kesempatan untuk diberi peran penting di negara ini. Kecerdasan masyarakat dituntut untuk mangambil keputusan siapa yg harus dipilih.? siapa yg harus didukung.? hilangkan sikap dan cara berfikir primordialisme. Maju terus Jokowi-Ahok…!!

  14. Semoga kehadiran pak Ahok dpt memberikan pencerahan pada masyarakat yg masih berpikir egois bahwa hanya etnis tertentu dan yang beragama tertentu yg berhak menjadi pimpinan di negri ini. Jangan pernah LUPA bahwa negri ini dibangun bersama oleh orang-orang yg berbeda-beda agama dan etnisnya.

    Ada kutipan dr pak Gede Prama : Agama mengenal kotak-kotak perbedaan, spiritualitas cenderung melepas kotak-kotak tadi kemudian bergandengan tangan dalam compassion (kasih sayang). Rumus di jalan ini sederhana, banyak menyayangi, sesedikit mungkin menyakiti.

    Apa pun etnis dan agamanya, kita mempunyai tujuan yang sama yaitu kasih sayang pada sesama. Mari kita berjuang bersama untuk itu.

  15. bapak jokowi&ahok ketegasan anda merupakan gebrakan baru bagi bangkitnya semangat kebangsaan yg lama pudar, kami berharap bapak tetap konsisten pada visi & misi bapak, doa kami selalu menyertai setiap langkah-langkah bapak jokowi& bapak ahok, selalu semangat kami mendukung bapak..!!!

  16. Saya heran kenapa kita sebagai Tionghoa harus merasa terhina dengan istilah “China”. Saya pribadi justru bangga, karena “China” sudah menjadi negara besar, ekonominya hampir mengalahkan USA. dan di Olimpiade “China” sudah sejajar dengan USA. So…..Silahkan panggil aku “China”…sy merasa terangkat….

  17. Saya menyukai kepemimpinan n pribadi pak Jokowi & pak Ahok. kita boleh saja berbeda pendpt & beradu argumentasi, tapi tetap saja pd akhirnya, pemimpin wajib dihormati keputusannya n dipatuhi slama masa kepemimpinannya. Sbab Tuhan sbnarnya yg mengangkat mrka jd pemimpin. maka Tuhan jg yg akan copot mrka dari jabatan bila Tuhan lihat org tsb smena2 dg kekuasaannya 🙂

    Bravo. maju terus bapak2. Tuhan memberkati ! 🙂

  18. Ini tandanya kebangkitan nasional, diskriminasi runtuh, kemajemukan bahu membahu membangun negeri tercinta ini…bukan masalah tionghoa atau bukan, yg terpenting mereka itu kompeten. Jokowi -ahok merupakan contoh buat pejabat2 lainnya. Kita percaya akan lahir lagi johok2 lainnya…

  19. Salah satu kelebihan calon pemimpin tionghoa adalah karena selama ini mereka ada di luar sistem yang buruk. Sehingga relatif bersih (terutama bila tidak terlibat sogok-menyogok dan kolusi).

    Semoga mereka yang sudah satu per satu masuk ke dalam sistem seperti pak ahok ini membawa perubahan, bukan malah ikut-ikutan tercemar akibat sistem yang buruk.

  20. Bp jokohok,,Ri1 Ri2 di 2019,,kami di branda depan nkri menunggumu pak,,,
    kami di parbatasan butuh pengayom pemimpin sepertimu pak,,agar kami punya jalan layak,,punya listrik,,punya sinyal komunikasi di kampung2,,,
    sehat selalu pak,,,kami menunggumu.!!!!!!!!

  21. Bp.Jokowi-AHOK, Sepak terjang luar biasa tidak hanya perintah tapi terwujud dalam pelaksanaan nyata, Tuhan berkenaan meridhoi kebenaran dalam pelurusan, sehat selalu dan semangat!

  22. salut buat Pak Jokowi + Ahok, semoga sukses membawa Jakarta khususnya ke arah yg lebih baik, mudah2an Indonesia Juga Punya Pemimpin Spt ini dalam waktu dekat, saya udah prustasi dengan keadaan negara ini, mau dibawa kemana, mau diapain, khusus utk Ahok, awal yg bagus masuk ke pemerintahan dari sodara2 kita Etnis Tionghoa, semoga menjadi Inspirasi utk Bro/Sis keturunan Tionghoa utk lebih banyak lagi berbuat utk negara kita, jangan hanya Wakil Gubernur, masuklah menjadi TNI, Polri, PNS dll, jangan tanggung kalo mau sama2 membangun negara, semangat…!!!

  23. ” Negeri ini hanya bisa dipimpin oleh sosok yang Berjiwa dan Bersikap Independen dengan Jujur dan adil, tidak ada lagi sedikitpun kekuatan Jabatan/ Partai/ Golongan dan krn Ras/ Agama. Seluruhnya telah terhimpun dalam Satu Kekuatan adalah Kekuatan Rakyat, salam INDONESIA SATU.. “

  24. Buat WNI dimana aja berada, terutama yg membaca artikel ini (tolong jawab buat diri sendiri) MENURUT ANDA, LEBIH INDAH MANA ANTARA TAMAN 1 JENIS BUNGA & TAMAN BERBAGAI BUNGA? kalo sy sich lebih indah taman dengan berbagai jenis bunga… so buka mata kalian wahai orang2 yg kurang bijaksana!!! ingatlah ini “PERBEDAAN ITU INDAH”

  25. Yang saya tangkap dari tulisan ini bahwa penulis ingin memberikan penjelasan, agar menjauhkan isu2 SARA dari Ahok, mungkin juga supportive buat Ahok agar tidak berubah menjadi seperti Kapiten Tiong Hoa jaman Kolonial.Hanya saja tadi ada teman yang sempat komentar kok terkesan terlalu menggurui tulisannya. Saya tidak tanya alasannya.

    Kalau buat saya tulisannya bagus kok. Tapi satu hal yang pasti dengan atau tanpa tulisan ini masyarakat jakarta sudah menentukan pilihannya.

    Adapun jika kedepannya Ahok sukses atau gagal, kemudian dikaitkan dengan issue SARA itu juga bukti kemajemukan masyarakat, karena yang mendapatkan issue” tersebut bukan hanya “cina”, “batak”, “padang”, “ambon” atau apapun itu.Hampir semua pernah mendapatkan issue ini.

    Yang penting ya, cara menyikapinya saja.Jika membalasnya atau meladeni, berarti kita menyetujui apa yang di sangkakan.Maka kita tidak lah lebih baik dari pada orang yang membuat issue tersebut.

    Keep Honest and Sincere..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here