BTP: Deep Tunnel Bukan Ide Dadakan

10
113

Ahok.Org – Ide Deep Tunnel Pemprov DKI Jakarta disebut ide dadakan karena tidak tercantum dalam RAPBD 2013. Namun, bagi Wagub Basuki T Purnama (Ahok) proyek itu sudah terencana dan bisa terealisasi dengan dana sisa APBD.

“Bukan dadakan. Setelah melihat SiLPA (Sisa Lebih Penggunaan Anggaran) Rp 10 triliun jadi kita berani hidupkan,” ujar Ahok di Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan Jakarta Pusat, Rabu (2/1/2012).

Ide Deep Tunnel atau Terowongan Multi Guna itu sempat direncanakan era Gubernur Sutiyoso tahun 2007. Sutiyoso sempat melakukan studi banding ke Malaysia.

Namun pengamat perkotaan Yayat Supriyatna menyatakan bahwa struktur tanah Jakarta dengan Kuala Lumpur Malaysia berbeda sehingga perlu kajian kembali untuk merealisasikan proyek tersebut.

Menanggapi hal ini, Ahok mengatakan, itu bukan kendala jika ada dana yang mencukupi.

“Itu karena uangnya nggak cukup, dulu (saat era Sutiyoso). Sekarang kan cukup, ada SiLPA. Dan proyeknya empat tahun,” jawab Ahok yang sedang mengenakan busana Betawi ini.

Jokowi mengatakan Terowongan Multi Guna tersebut nantinya akan terintegrasi dengan MRT dan jalan tol, membentang dari Jalan MT Haryono sampai Pluit. Pemprov DKI Jakarta menyediakan anggaran senilai Rp 16 triliun secara multiyears selama 4-5 tahun.[Detik.com]

10 COMMENTS

  1. Stuju dg Pak Ahok. Itu brhasil dilakukan krna usaha keras pemprov utk membuat SILPA. saya rasa utk RAPBD 2014 nantinya, anggaran ” SILPA ” ini bisa dibudgetkan, kalau2 ada tindakan penting yg musti dilakukan. misal : bila tsunami trjadi di jakarta, pembuatan sumur2 air bersih di berbagai lokasi n WC darurat utk tempat2 pengungsian. Kondisi tsunami ini rasanya sulit trjadi utk wilayah DKI Jakarta krna adanya kepulauan seribu yg melindungi. tapi bisa saja trjadi. nga salah kan sedia payung sblum hujan ? πŸ™‚

  2. rasanya pembuatan Deep Tunnel bisa diintegrasikan sama pembuatan MRT, jadi sekali jalan, dua proyek terselesaikan….

    buat pengamat=pengamat tolong kasih solusi juga, bukan cuma mengkritisi melulu…halah

    • .. dan cita2 ente terkabul juga akhirnya! πŸ™‚
      dgn sendirinya, garis pantai akhirnya otomatis ada di UKI Cawang ato bahkan lewat akibat naiknya level permukaan air laut (akibat mencairnya gunung2 es di wilayah kutub, spt efek cairnya batu es di gelas).
      btw, cuman sea level aje nyang naek, daratan mah kagak turun krn akibat global warming brow! πŸ™‚ tapi biasanya krn sebuah lempeng daratan dipaksa/diseret turun scr perlahan tapi pasti (menimbulkan gempa cukup besar biasanya, dan berpotensi tsunami jika terjadi di laut/dekat wilayah pantai) oleh lempeng lain diatasnya di wilayah zona subduksi/patahan tsb – tapi tergantung juga lempeng bumi mana yg lebih kuwat, yg lebih lemah/non-rigid biasanya yg terdorong masuk laut ato malah naek ke atas menuju puncak spt nyang terjadi di peg. Alpen, Swiss ato ga perlu jauh2 di wilayah sekitar pantai Selatan pulau2 di Indonesia, dimana terlihat jelas pengunungan (api) yg terbentuk di wilayah Selatan pulau terutama di rangkaian pulau Jawa-Sumatra (silahken cek sendiri di peta), zona subduksinya ada di garis pantai selatan dekat pulau Nias (pulau Nias akan terus naik, dan lempeng subduksinya jauh ke Selatan di bawah laut dan terus dipaksa turun oleh lempeng Indo-Asiatic kita yg lebih kuat/rigid) – jadi cukup difahami kenapa gempa lebih sering terjadi di wilayah pantai selatan Indonesia, khususnya di pulau Jawa-Sumatra (contoh: gempa terkuwat di Yogya bukan di Semarang, gempa terkuwat di Garut-Tasik bukan di Cirebon, gempa terkuwat di Padang bukan di Riau/SumSel, gempa terkuwat di Kep. Nias bukan di Medan [tapi orang2nya lebih panik di Medan drpd di Nias yg lebih berpotensi kelelep tsunami :D], anomali ada di sekitar Aceh dan pulau Rakata di perbatasan Jawa-Sumatra dimana naik sedikit ke utara garis “Ring of Fire (RoF)”-nya [btw, kenapa bukan disebut “Beads of Fire” ye? lebih mirip untaian garis gunung api yg sambung-putus di berbagai wilayah di Indonesia] shg gempa juga bisa terasa kuwat di pantai utara pulau spt Jakarta dan Banda Aceh yg dekat dgn garis RoF tsb). Tapi kejadian ini masih blon termasuk keluwarga si “Ki Amat” sih, kecuali ada tabrakan/sesar/patahan dashyat beruntun ala tabrakan karambol khas gaya tabrakan wilayah pantura Jawa di seluruh lempeng2 dunia yg memaksa dan menyeret jauh lempeng subduksi langsung menuju pusat bumi (akibatnya akan muncul gempa dashyat raksasa! harusnya sih gitu “menuuurut anaaalisis saaayah…”) – itu berarti kiamat sudah dekat! …sekali lagi… pade borong sembako di supermarket, numpukin stok darurat di bunker, bikin perahu Nuh lagi… dan salah inpoh sekali lagi… ralat taonnya lagi… …dan berulang begitu teyus… ga pada “cape deh” ape? πŸ˜€

        • nah klo nyang ini alezannye, baru bener brow! πŸ™‚
          epek dari kehilangan massa air tanah ya land/soil auto-compression ituh akibat massa tanah tertekan oleh banyaknya beban diatasnya (gedung2 pencakar langit, dst – yg berat2 deh pokoke) – krn ga ada air tanah yg mengisi kekosongan tsb maka partikel2 padat tanah itu sendiri yg ‘mengisi’ kekosongan tsb dgn efek paksaan tekanan kebawah gaya gravitasi dari atas tanah. Akibatnya massa tanah memadat/compressed dan volume tanah berkurang dan permukaaan tanah ikut turun spt efek zponzbof zquare-azz, ketika ditekan dari atas semua air didalam sponz akan keluwar dan material sponz ituh zendiri yg mengisi kekosongan tsb, bukan udara. tidak spt zponz, tanah tidak punya sifat elastis tanpa air dgn jumlah/volume memadai, shg tidak bisa mengembang balik ketika tekanan dari atas berkurang. karena tanah tidak kedap udara, maka air tanahlah yg menahan laju penurunan level tanah akibat tekanan dari atas tanah yg terus konstan ato bahkan bertambah besar dgn penambahan gedung2 pencakar langit yg baru yg berat2.

          Memang hilangnya/berkurangannya volume air tanah adalah sebab paling sering dan utama bagi penurunan level permukaan tanah vs permukaan laut – malah ini sebab utama masuknya air asin dari laut menuju jauh kedalam daratan (air laut juga bisa masuk menggantikan volume air tawar yg hilang akibat disedot besar2an nyaris tanpa henti utk memberi waktu jeda bagi “fresh water volume recovery” back to normal volume level),
          akibat dari subduksi lempeng memang kurang dirasakan krn berlangsung jauh lebih pelan dan lebih lama drpada akibat dari hilangnya air tanah dari zona aquifer bebas dan confined.

          • ini lebih serem lagi

            http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/metropolitan/11/02/03/162152-jakarta-alami-penurunan-permukaan-tanah
            isinya:

            REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Kota Jakarta mengalami penurunan permukaan tanah. Sejak 1974 hingga 2010 diperkirakan penurunan itu mencapai 4,1 meter. Diprediksi, pada 2030 tanah ibukota akan mengalami penurunan hingga 6,6 meter.

            Anggota tim peneliti Konsorsium Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS), Heri Andreas mengatakan penurunan muka tanah bisa diperlambat. β€œCaranya dengan menghentikan pengambilan air tanah dan mengisi kembali air tanah di Jakarta,” katanya pada Kamis, (3/2).

            Namun pengambilan air tanah tidak mungkin dihentikan sama sekali karena merupakan salah satu sumber air warga. Begitu juga pengisian kembali air tanah di Jakarta, meskipun sudah ada rencana membuat pabrik air di waduk Jatiluhur oleh Gubernur, tetap dirasa belum siap dilakukan oleh DKI.

            β€œDengan mengurangi pengambilan air tanah, muka tanah tetap turun 10 hingga 15 tahun. Kalau pengisian kembali air tanah, dalam waktu lima tahun tetap akan terjadi penurunan permukaan tanah,” ungkap Heri.

            Berdasarkan penelitian JCDS, tercatat penurunan permukaan tanah paling parah dialami di Muara Baru, Cilincing, Jakarta Utara dengan 4,1 meter. Hal yang sama juga terjadi di Ancol, Jakarta Utara dengan penurunan mencapai 1,88 meter.

            Tak hanya Jakarta Utara, wilayah lain pun mengalami hal yang sama. Beberpa diantaranya Cengkareng Barat, Jakarta Barat penurunan tanah terjadi hingga 2,5 meter; Daan Mogot, Jakarta Barat 1,97 meter; Cempaka Mas, Jakarta Pusat 1,5 meter; Cikini, Jakarta Pusat 0,80 meter, dan Cibubur, Jakarta Timur 0,25 meter.

            Sedangkan untuk mengurangi semakin tingginya permukaan air laut, ia mengatakan tidak bisa dilakukan sepenuhnya. Sebab, gejala naiknya permukaan air laut dipengaruhi faktor pemanasan global. Namun, kata Heri, DKI memang telah menangani secara parsial dengan bangun tanggul di Kamal Muara dan wilayah lainnya.

          • kayaknya emang kudu dipercepat pembuwatan sumur2 resapan aer ujan di jakarta dan cara yg lebih murah dan cukup efektif ya segera aja bikin SuReKeCeBan (Sumur Resapan Kecil-Cetek-Banyak) yg bisa dilakukan scr bertahap shg tak butuh modal/DePe besar dulu, satu SuReKeCeBan (SRKCB) per rumah/kapling/lot tanah sudah cukup, dan bisa ditambah lagi kalo ada dana lagi. Intinya kita buwat pori2 tanah ini (analogi/gambaran dari project “SuReKeCeBan” ini) spt pori2 kulit raksasa yg sangat luwas di seantero Jakarta. Kita buwat spt pori2 plester Band-Aid aja dulu jarang tapi ada diseluruh area plester shg kulit masih bisa napas, klo ada dana lagi kita tambah pori2 tanahnya lagi shg lebih dense/padat dan memenuhi area yg masih kosong dari pori2 tsb shg volume resapannya bisa lebih banyak spt layaknya pembalut wanita (maap, klo ade nyang ga sreg, tapi ini contoh nyang paling pas – mohon jangan nuntut ane ye… pliz-pliz-pliz :)), sebuah peningkatan land pores density dari sekedar pori2 plester luka Band-Aid menjadi sekelas penyerap air klas berat spt pembalut wanita ato human skin pores.
            Pak Jow ga perlu harus bikin proyek waduk penampung air zuper besar lagi spt Deep Tunnel yg makan anggaran yg juga zuper besar dan harus jadi semua tak bisa bertahap utk bisa menikmati fungsinya scr utuh dan benar. Kita pakai saja yg sudah ada scr alami, yaitu zona aquifer bebas dibawah tanah yg juga adalah sebuah waduk alami raksasa yg luwasnya bukan cuma membentang di seantero jakarta tapi sekitar jakarta dan kedalaman yg tak bisa terukur dgn pasti aliyas “UNLIMITED VOLUME CAPACITY of NATURAL UNDERGROUND FRESH WATER RESERVOIR”. jadi project SUREKECEBAN bisa jadi pori2 raksasa yg dapat menyerap air hujan yg jatuh ditempat manapun diatas jakarta dan langsung menuju aquifer bebas di bawah tanah (dgn filtrasi natural, yaitu tanah itu sendiri dgn efek filtrasi tanah thd air yg melewatinya, tebal tanah sekitar 1-3 meteran cukuplah utk normal natural ground water filtration, ato bisa tambah pake filter air sintetis, terserah baeknya gimane) dan sukur2 bisa mendorong air laut/asin balik menuju asalnya, yaitu dorong balik ke laut ajeh!

            Keuntungan2nya project SuReKeCeBan (SRKCB) ini, ga butuh:
            1. Dana taktis awal yg besar. Karena bisa dilakukan scr bertahap, bisa langsung pake dgn cepat tak perlu nunggu proyek selesai dulu semuanya, dan masih bisa tetap fungsional mendekati 100% efektifitasnya sampai jadi semua density SRKCB yg diinginkan (fully 100% effectivity).
            2. Dana pemeliharaan yg besar. Bisa dikatakan ga butuh (biaya) maintenance besar. Klo pake iklan batere aki kering: “Maintenance-Free” gitu loh :). Pemilik tanah bisa membersihkan sendiri kotoran2 yg menghalangi SRKCB-nya dgn mudah, apalagi jika sudah diberi cover tralis di mulut SRKCB shg cukup efektif menghalangi objek2 besar masuk ke SRKCB tsb (cuma untuk memfilter objek2 2cm spt batu/dedaunan/kodok nyasar/dst, lagian diameter 15 cm max takkan membuwat bayi ente masuk sumur ga sengaja :)).
            3. Problem banjir karena volume tumpahan air hujan yg besar di atas jakarta bisa ditanggulangi dgn cepat bahkan bisa dipergunakan langsung dalam selesainya tahap pertama/awal saja. Krn tujuan utama project SRKCB ya ini – murah dan bisa bertahap dan langsung dapat berfungsi dgn cepat.
            4. Minimal satu SRKCB per rumah/kapling tanah, tidak akan terlalu memberatkan pemilik rumah/tanah, setidaknya takkan bikin ‘rugi’ krn lahan yg dibutuhkan sedikit dan bisa pakai sisa2 tanah sempit tak terpakai berukuran 10-15 cm (4″-6″) saja sesuai ukuran standar pipa bor sumur pantek/bor.
            5. Krn standar umum ukuran diameter sumur resapannya, tukang2 bor sumur pantek jalanan saja bisa diberdayakan dgn harga cukup murah, apalgi cuma disuruh bor dgn kedalaman 7-9 meter saja, pasti lebih murah (costnya bisa sekitar 1/4-nya dari harga jasa bor sumur pantek normal sekitar 1-2 juta, dan bisa ditawar diskonnya lagi dgn harga borongan parte besar dari order gubernur sendiri) drpada kedalaman normal yg sering dikerjakan mereka (11- 30 meter lebih utk wilayah Jakarta).
            * Advantage lainnya silahken tambahin sendiri..

            Kerugiannya:
            1. project “Deep Tunnel” mungkin bakal ditunda dulu utk jangka waktu tak terbatas. Apalagi kalo sukses cukup besar project SuReKeCeBan/SRKCB ini di tahap pertama saja.
            2. warga jakarta nyang mo bikin/perdalam sumur pantek/bor bakal sulit dapet tukang bornya karena semua diborong sama pak Jow pake harga parte/borongan/diskon utk selasaikan tahap pertama dgn cepat/segera.
            Setelah tahap pertama selesai (ngaso dulu bos!), diharapkan segera mencari tukang2 bor pantek ini sebelum tahap kedua dimulai lagi dan problem diatas berulang lagi.
            3. Pak Jow mungkin gak lama bakal hengkang dari Jakarta krn dicalonkan segera jadi RI 1 buwat 2014. πŸ™‚ krn daerah laen butuh bantuan utk mengatasi masalah2 banjir mereka sendiri dgn segera.
            * ‘Disadvantage’ laennya silahken tambahin sendiri…

            kalo ada yg ga jelas soal project SuReKeCeBan/SRKCB ala TaZ ini silahken tanya ane disini ato klo ktemuan lagi besok2…
            Ane akan coba jelaskan lebih lowtek lagi…
            Ato anak BPPT ade nyang bisa bantu ane jelasin klo ade pertanyaan2 nanti? terutama masalah2 yg lebih teknis dlm perhitungan yg lebih cermat lagi.

            Okeh, ane permisi mo rehat dulu bos2 sekalian… capeeee beneerrr! πŸ™‚

        • differensial settlement terjadi karena faktor struktur tanah nya gan ,baik permebilitas maupun yg lain
          bsa di cegah pake pondasi tikar

          pengaruh muka air tanah ?
          kalo muka air tanah turun serentak makan uniform settlement yg terjadi gan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here