Aksi Kompak Jokowi-Basuki Tata PKL di Kota Tua

10
169

Ahok.Org – Pedagang Kaki Lima (PKL) di areal Museum Fatahillah, Kota Tua, Jakarta Barat, dipercantik. Pedagang akan disulap menjadi PKL nan elegan. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) gotong royong merealisasikan ‘impian’ itu.

Jokowi dan Ahok selalu bahu membahu dalam mewujudkan program-program bagi pembenahan Ibukota. Keduanya berbagi tugas dan menyelesaikan porsi tugas masing-masing sebaik-baiknya, termasuk dalam menata PKL di Kota Tua.

PKL di Kota Tua yang menjamur di depan museum segera diperbaiki. Pedagang makanan dan non pangan akan dipisah. Pedagang yang hanya berjualan malam hari ini bakal disebar di 4 cluster indah. Pungli-pungli yang meneror pedagang juga bakal diberantas.

Restorasi Bagunan Tua

PKL di Kota Tua sudah dibersihkan. Jokowi selanjutnya akan menyurati para pemilik gedung-gedung di kawasan tersebut untuk segera melakukan restorasi.

“Saya minggu kemarin sudah tanya-tanya bangunan-bangunan yang atapnya sudah runtuh. Itu juga akan saya surati pemilik-pemiliknya agar tahun ini segera direstorasi, dikonstruksi,” ujar Jokowi di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (2/1/2013).

Tak main-main, Jokowi menyatakan jika para pemilik gedung tak segera memperbaiki, pihak Pemprov siap menjadi pemilik gedung-gedung tersebut. “Kalau memang nggak mau, diberikan ke kita. Kita juga siap untuk jadi pemilik,” lanjutnya.

“Ya tahun depan juga ada. Nanti akan dijadikan creative public space, yang di depan itu, halaman pusatnya itu,” kata Jokowi.

Suami Iriana ini yakin kawasan Kota Tua merupakan aset yang sangat berharga bagi Jakarta. Menurutnya, banyak investor yang tertarik untuk ikut mengelola Kota Tua. Dia pun berencana untuk mengunjungi lokasi tersebut jika pengelolaan sudah berjalan baik.

“Sangat menarik. Hanya yang jual saja yang nggak bisa. Bentar lagi coba akan saya datangi kalau sudah kawasan itu terkelola dengan baik,” tuturnya.

“Itu modal yang luar biasa, coba kalau kita lihat kota-kota yang punya heritage di situ. Di China, di Rusia, mau masuk ke kota (bersejarah) itu antre, berbondong-bondong bayarnya. Mau masuk ke tempat itu juga bayar Rp 160 ribu. Ngantre 2 kilometer mau masuk situ,” imbuhnya.

Temui Komandan PKL

Jokowi juga pernah menemui beberapa komandan PKL Museum Fatahillah. Sambil membawa selembar kertas bergambar denah penempatan PKL dan 1 pulpen, Jokowi menyimak penjelasan komandan PKL tersebut sambil menulis-nulis.

“Kalau nggak lihat lapangan saya nggak tahu. Hasilnya besok pagi. Tadi sudah saya lihat. Itu tadi sudah saya pesan ke komandan-komandan wilayah,” kata Jokowi di area Museum Fatahillah, Kota, Jakarta Barat, Kamis (20/12/2012).

Jokowi menepis anggapan kunjungannya untuk mengecek PKL.

“Bukan ngecek, ini teman-teman PKL kemarin dibersihkan. Mereka menemui saya agar tetap ingin dagang kembali. Setelah saya cek ke lapangan kelihatanlah. Besok saya ngomong dengan komandan-komandan di sini. Ada 1.000 lebih dikitlah PKL-nya,” ucap ayah 3 anak ini.

Jokowi menemui komandan PKL di sekitar area Museum Fatahillah sekitar 15 menit. Lingkungan museum tersebut kini sudah steril dari PKL.

Sementara itu, penertiban PKL di kawasan Kota Tua akan dilaksanakan awal bulan Desember 2012. Penertiban tersebut adalah salah satu upaya nyata dari Pemprov DKI yang ingin menata kawasan tersebut.

“Sudah kami siapkan untuk menertibkannya pada awal bulan nanti. Ini sesuai dengan arahan pemimpin kami,” kata Camat Taman Sari Imron, Selasa (27/11/2012)

Imron mengaku telah memberikan selebaran dan sosialisasi agar para PKL dapat dengan tertib saat dilakukan penertiban. “Kami sudah data ada sekitar 495 tempat kosong di tujuh pasar yang berada di wilayah Taman Sari untuk menampung. Itu semua sesuai dengan arahan pak wakil gubernur belum lama ini,” ujar Imron.

Listrik Resmi & Bebas Pungli

Seperti Jokowi, Ahok pun punya semangat sama dalam membenahi PKL. PKL di Kota Tua akan dijadikan sebagai pedagang elite.

Penataan PKL menjadi topik hangat yang dibahas Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan perwakilan pedagang dan Kepala Dinas Koperasi dan UKM DKI Jakarta Ratna Ningsih di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (1/2/2013).

Wajah area Museum Fatahillah dipamerkan dalam tampilan slide. PKL terlihat menjamur di depan museum. Aneka dagangan digelar ada yang pakai terpal, dan ada yang pakai gerobak. Semrawut!

“Ih kalau begini namanya Pasar Malam, Pak. Pak Camat harus ambil tindakan tegas,” komentar Ahok.

Slide kedua menggambarkan semrawutnya aliran listrik yang digunakan pedagang di Museum Fatahilah.

“Ini nanti kalau kita tata, semua resmi, izin resmi, listrik semua resmi. Nggak kacau balau kayak gini. Orang bisa kesetrum, mati kalau misalnya menginjak kabel-kabel yang berantakan itu,” ujar Ahok yang mengenakan baju batik warna coklat kemerahan itu.

Menurut Ahok, tidak akan ada pungli untuk PKL. “Semua bayar resmi, langsung autodebet ke Bank DKI,” kata Ahok.

Selain itu, ditampilkan lampu taman yang dipasang di lantai konblok di depan Museum Fatahillah telah hilang dan dicongkel.

“Iya ini, mungkin ada orang lagi makan. Iseng-iseng duduk sambil makan dicongkel,” kata suami Veronita Tan ini.

Seorang anggota rapat menimpali. Ia menyebut dana untuk pengadaan lampu di Kota Tua sebesar Rp 25 miliar.

“Cuma dicongkelin gitu, Pak,” keluh peserta rapat itu.

“Kalau mencuri penjarain saja, Pak. Jangan segan-segan kan kami sudah berjanji tidak menggusur. Tetapi kami merapikan. Tetapi orang benar-benar bukan setan yang aji mumpung. Kadang-kadang pedagang suka aji mumpung. Biar penggantiannya lebih mahal,” kata Ahok.

Berdagang Turun Temurun

Ahok mengatakan sistem berdagang di Kota Tua dapat dilakukan turun temurun.

“Nanti ya Pak, sistem dagang di sini bisa diturunin ke anaknya. Selama anak Bapak mau nerusin melanjutkan usaha itu bisa. Nanti dibuatin kartu, dan ada fotonya. Jadi orang lain nggak bisa ganti-ganti. Saya tahu kenapa orang pada ngotot mau ambil jatah, nanti kan bisa dijual itu, diduitin. Berani curi atau jual barang Pemda kita penjarain, berantem-berantem saja sekalian,” papar Ahok.

“Kita mau ubah mental pedagang kaki lima. Jangan mimpi 1 orang bisa dapat 2 kios. Ini gratis Pak dan dapat kartu izin usaha. Tugas kita kan membuat otak penuh, perut penuh dan dompet penuh. Jadi jangan suudzon Pemprov tidak peduli,” lanjut Ahok.

Menurut Ahok, sedikitnya 260 pedagang bisa berdagang di Kota Tua.

“Sisanya bisa dagang di tempat lain. Kalau tetap ngotot minta 700 gelar saja di situ di tanah lapang. Nanti kita sediakan. Nanti, kalau perlu tiap minggu saya kasih musik dangdut, kan senang tuh gelar-gelar gitu nggak ditata sama kita,” kata Ahok sambil tertawa. Suasana rapat berlangsung cair.

“Bapak kan sudah sepakat siapa saja yang pedagang di situ yang bukan musiman. Percaya kepada kami, Kota Tua kami jadikan Bapak PKL yang elite,” kata Ahok.

“Iya. Kalau ada oknum yang minta jatah gimana, Pak?” kata seorang pedagang.

“Kalau ada oknum yang minta jatah, kasih tahu saya nanti saya coret,” jawab Ahok tegas.

Nah….ditampilkan pula wajah Kota Tua yang sudah ditata. Dari slide terlukis ada tempat duduk dan payung kanopi lipat untuk pengunjung yang hendak berwisata kuliner di Kota Tua. Gerobak-gerobak pedagang juga bagus dan agak besar.[*]

*Dirangkum dari Detikcom

10 COMMENTS

  1. merusak aset pemda/pemprov termasuk mencorat-coret, menempel iklan membuat kota makin jorok…kerahkan satpol PP dan pasang CCTV, terutama anak-anak liar subuh…tidak usah ditahan, bikin perda tipiring, hukum cambuk kayak kota Singapura, ngirit uang makan dan tahanan/penjara penuh….masyarakat harus dididik mencintai aset kotanya, sudah lama menjadi barbar..akibat pembiaran dan tidak adanya sangsi hukum…

    • stuju. hukum cambuk. hukum sosial membersihkan selokan, got, sikat lantai dsb. saat dihukum hrus kasih baju tulisan : dihukum sosial. biar warga yg lihat mrka tahu bhw mrka sdg membayar hukuman mrka. Dg bgtu, efek jera bisa ditimbulkan.

      kalau anak2 yg bikin kejahatan, ortu-nya saja yg dihukum cambuk & dikenakan denda krna tdk becus urus anak. atw anaknya diambil jd anak negara n ortu di ban tdk boleh produksi anak lagi. klo sampe trjadi, penjarakan saja. hahahaa…. Salam Jakarta Baru pak Gubernur ! 🙂

      • Hehehe galak banget sih Grace. Tidak perlu hukum cambuk, cukup denda mis. Rp.250.000 atau kurungan satu minggu, kalau diterapkan secara konsisten dan tidak pandang bulu pasti akan memberikan efek jera. Selama ini semuanya menjadi acak2an karena banyak aturan tapi minim pelaksanaan dan sangsi. Perda, Pergub, dll hanya sekedar hiasan tanpa makna. Yuk bareng2 merubah diri menuju Jakarta Baru.

  2. Termasuk sembarangan buang sampah di hukum cambuk pasti orang takut terapkan belah ketek (monyet) Di upload Youtube sama panggil wartawan tv disiar live waktu belah kete yang sembarang buang sampah

  3. Jangan lupa soal WC-nya yg bersih & terawat pak. kudu penting dari segala hal. tdk ada tempat yg nyaman n enak utk dinikmati bila WC-nya susah & kotor 🙂 Juga tempat sampah yg tersedia cukup byk n bersih. Tolong pemulung tdk diperbolehkan masuk pak. pemulung itu identik dg pencuri. kita jg tdk tau apakah karung yg dipanggulnya itu bom atw tdk.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here