Aksi Jakarta Bersih, Jokowi: Hari Ini 2 Titik, Bulan Depan Bisa Ratusan

10
167

Ahok.Org – Gubernur DKI Jokowi mencanangkan Aksi Jakarta Bersih hari ini. Ada dua tempat yang jadi percontohan, yakni Koja dan Penjaringan. Jokowi menuturkan minggu atau bulan depan, jumlah lokasi kegiatannya bisa ratusan atau bahkan ribuan.

“Jadi ini kita ingin memulai gerakan bersih, tapi bentuknya gerakan sosial. Kita mulai minggu ini, baru dua tempat. Minggu depan, bulan depan, mungkin bisa ratusan dan ribuan tempat,” kata Jokowi sebelum meninggalkan Kelurahan Lagoa, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Minggu (3/2/2013) sekitar pukul 11.50 WIB.

Jokowi yang mengenakan kemeja putih menambahkan, Pemprov, apalagi Gubernur DKI, tak akan bisa membersihkan Jakarta sendirian. Karena itu, masyarakat harus turut serta. Bahkan kalau perlu, masyarakat yang berinisiatif.

“Percaya deh, Pemprov dan Gubernur, nggak mungkin bisa bersihin semua tanpa masyarakat,” kata mantan Wali Kota Solo ini.

Bagaimana agar program ‘Aksi Jakarta Bersih’ bisa lancar Pak? “Ya harus ada gerakan sosial. Ada relawan, ada warga. Semua bergerak,” jelasnya.

Jokowi berharap kerja bakti di Koja dan Penjaringan hari ini, bisa memacu warga kawasan lain untuk turut peduli membersihkan lingkungan. Pemprov siap mendukung dalam bentuk berbagai fasilitas seperti penyedot air milik Damkar, menerjunkan Satpol PP, gerobak, cairan karbol, dan lain-lain.

“Tadi yang belum, dibersihkan. Digerakkan terus, pasti bersih nanti,” katanya.

Usai meninjau kerja bakti warga Lagoa, Koja, Jokowi menuju Balai Kota. Sementara menurut informasi, wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, dalam waktu bersamaan berada di Penjaringan untuk memantau kegiatan serupa.[Detikcom]

10 COMMENTS

  1. Tolong dikasi bantuan tempat sampah organik dan anorganik yang agak tinggi, sewaktu banjir kmrn bukannya orang sengaja buang sampah, tapi sampah di bak2 sampah ikut hanyut..
    Salam JakartaBaru

  2. Paling enak, klo acara kerja bhakti gini dijadikan sbg acara sosial warga reguler utk ketemu & mempererat tali silahturami. Jadi lurah n camat mendata warga2 mana saja yg butuh bantuan utk ditolong dlm stp kegiatan kerja bakti. trutama rumah2 para janda atau ibu2 yg suami2nya trpaksa hrus kerja di kota berbeda. mungkin kebunnya. atap rumahnya yg bocor. dsb…dsb…

    Pak Gubernur, enaknya pak RT / pak RW menunjuk bbrpa org tukang kebun & tukang handyman utk betulin rumah2 warga yg dpt dipercaya, dg bayaran per jamnya dg harga rasional. sbab sering warga ” diperas ” dg tukang2 yg ntah datang darimana / musiman. bila ada rekomendasi & harga yg disepakati oleh pak RT / RW, sgt membantu warga utk memastikan lingkungan rumahnya bersih & teratur & sehat. Mungkin hal ini bisa jadi pertimbangan bapak Gubernur.

    Ada byk org baik yg cari kerja spt itu tapi susah dapat order kerja. n ada byk warga yg butuh tukang utk kerjain hal itu tapi yg dpt dipercaya n benar2 bisa kerja dg biaya yg terjangkau bukan ” diperas “. thanks.

  3. Sangat bagus…minta semua Camat dan Lurah gerakkan warga masing2 Pak. Minimal sebulan sekalilah…kalu terus continue, pasti bersih jakarta…Usul Pak untuk pertimbangan saja :
    1. setiap RW dibangunkan tempat penimbunan sampah sementara, sehingga warga yang mau buang sampah bisa disana tidak sembarangan
    2. jadwal pengangkutan sampah oleh truk sampah dinas kebersihan apakah ada jadwalnya ? Bisakah setiap RT dan RW di informasikan via kelurahan..
    3. dan apakah pengangkutan sampah tersebut oleh truk sampah harus bayar ? Banyak warga yang tidak jelas akan hal ini. Sebagai contoh saja, teman di kramat sentiong bilang truk sampah cuma lewat seminggu sekali, karena tidak ada yang petugas yang pungutin sampah dus tidak ada tempat penimbunan sampah, akhirnya buang ke kali saja dari pada bau. Kalau di wilayah Sunter, truk masuk ke dalam kompleks dan ambil sampah dari rumah2 penduduk seminggu 2 kali karena DIBAYAR… kalau ngak bayar ya ngak dipungutin tuh sampah….Jadi perlu kejelasan cara kerja setiap DINAS dan ada PIC yang ngawasi jalannya unit2 kerja pemprov apakah sesuai dengan kebijakan dari pemprov itu sendiri. Salam

  4. saya warga yogya dan sering juga bepergian dan tinggal cukup lama di jakarta. ada perbedaan yg sangat mencolok terkait kehidupan bermasyarakat antara yogya dan jkt -dlm hal ini di kel semper timur, dkt rumah saudara saya-. mungkin bisa jadi masukan2 buat yg lain.

    1. di yogya, 1x sebulan tiap minggu pertama SELALU ada kerja bakti. ini bukan hanya di RT tempat tinggal saya, tp juga di RT2 yg lain
    2. secara periodik, tim pemantau dari kelurahan memeriksa keadaan rumah warga, cara pembuangan sampah dan pemberantasan nyamuk/jentik.
    3. sumbangan harian utk keamanan lingkungan, jumlahnya tdk seberapa, hanya Rp 100 (minimal)/hari/rumah, diletakkan didepan rumah/pagar, dipungut oleh petugas siskamling dan dicatat
    4. siskamling rutin dan terjadwal.
    5. uang kebersihan yg dibayar rutin, tanpa paksaan dan tanpa pungutan.
    6. kordinasi antara RT-RW dan Lurah bagus.

    itu cuma bbrp hal…yg tdk pernah saya temui ketika saya tinggal di jkt. kerja bakti ada sih, tp tidak rutin.
    padahal kalau hal2 kecil dimulai dari lingkungan sendiri pengaruhnya bisa luar biasa ke masyarakat.
    sayang…banyak warga jkt yg tdk menyadarinya.

  5. saya tinggal di jawa timur masiun, saya kagum sejak dulu! sejak saya kenal dengan namanya internet dengan seorang ahok,,,,
    setiap tahun saya hanya menginginkan seorang pemimpin seperti kh ahok ini!!! selama sejak saya menjadi pemilih pemilu saya g pernah memberikan suara saya sebelum saya kenal seperti koh ahok ini,,,,
    walau saya bukan cina seorang jawa asli tapi saya kagum dengan keiklasan, kebersihan, dermawan seperti seorang ahok,,,,, saya selalu berdoa untuk seorang ahok sukses dalam memimpin jakarta!!!! maju terus pantang menyerah,,,,, tuhan selalu melindungi orang yang jujur dan iklas,,,,!!!

  6. Buat Ibu Sari, @Bersih Itu Indah, dan semua Sidang Pembaca Yang Budiman di Ahok.Org. — ini sekedar berbagi informasi dan untuk share aja : sejak Agustus 2011 hingga 01/01/2013 (kemarin) saya telah mengamati perilaku kehidupan masyarakat desa di Jawa Tengah, mulai dari Brebes hingga ke perbatasan Jawa Tengah – Jawa Timur (Jatisrono), bahkan 1 bulan di n’Jogja. Harus diakui semangat kegotong-royongan masyarakat di desa masih tetap ada dan terpelihara hingga saat ini — dan semangat kegotong-royongan seperti itulah yang sebenarnya hampir musnah di Jakarta ini. Namun, meskipun, (nuwun sewuuuuu…) penghuni Kota Jakarta saat sekarang ini lebih didominasi oleh kaum pendatang berasal dari Jawa (terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur) tapi ternyata kultur (budaya) kegotong-royongan yang ada di hampir semua pelosok desa di Jawa Tengah tidak serta merta bisa diimplementasikan/diadopsi di Kota Jakarta. Bahkan saya mendapatkan sebuah gejala perilaku yang (menurut saya) “agak aneh”… : saya banyak punya kawan/teman berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan sikap perilaku (dalam konteks style, gaya bicara dengan isyarat body language, interaksi sosial) mereka terlihat amat berbeda antara ketika berada di desa (yang penuh dengan kultur tradisi desa) dan ketika saya bertemu kembali di kota besar Jakarta. Entah, apa yang menjadi sebab terjadinya perubahan sikap (perilaku) seperti itu… apakah karena egosentrisme Kota Besar atau memang ada hal lain yang mempengaruhi, atau karena saya salah menilai…? Jika saya tidak salah menilai maka ini akan jadi pekerjaan antropolog dan sosiolog untuk mendeteksi pola perubahan perilaku masyarakat…

    • betul p’diding, saya setuju dengan opini bapak. bahwa masyarakat jakarta cenderung egosentris, semau gue yg memang kalau mereka kembali ke kampungnya sifat egosentris nya mau tdk mau hrs ditanggalkan krn tata cara hidup dan budaya di kampung yg lebih kuat hukumnya. jadi sebenarnya mereka manusia yg bisa beradaptasi dgn baik..kalau di jkt beradaptasi jd semau gue dan kalau mudik bisa beradaptasi jd manusia yg taat aturan dan budaya.
      —-
      sayang sekali kemampuan beradaptasi yg sangat baik itu tdk diaplikasikan utk mengadaptasi gaya kepemimpinan pak JB.

  7. mumpung bangunan warung tegal dan bengkel-bengkel, masih semi permanen di bantaran drainage dan jalur hijau…beresin dah….nanti kalo udah permanen jadi berabe, sekarang aja listrik dan pam udah pada masuk, bayangin di jalur hijau….?

    mestinya Lurah dan Camat bertanggung jawab ulah ketua RW yg diemin kejadian tersebut…(ini soal duit setoran)…

  8. banjir
    cuma air hulu ke hilir
    itu pun sudah takdir
    bencana?
    itu cara alam mengatakannya
    sudahkah kita memahaminya
    hastabrata
    hem..hem..hem…
    Jokowi dapat elmu karenanya
    koh Ahok pasti mendukungnya
    wholelistic itu approach-nya
    masyarakat ikut menyadarinya
    pemerintah mendukungya
    bersih resik bersih resik
    resik ing ati kang utama
    ehem..ehem..ehem
    Jokowi paring tulada
    ….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here