Basuki: Jakarta Bisa, Kenapa Kita Mesti Impor Ikan?

20
191

Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok), mengatakan Jakarta bisa menjadi tempat budidaya ikan untuk konsumsi dalam negeri. Karena itu, sebenarnya kita tak perlu mengimpor ikan lagi dari luar negeri.

“Masa kita mesti impor. Ikan Patin, ikan nila, masa impor. Ini budidaya yang cukup baik, udang juga baik. Udang cocok kok di Jakarta. Saya kira Jakarta tempat yang baik,” kata Ahok di Festival Perikanan Nusantara, Parkir Timur Senayan, Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (24/8/2013).

Pria yang akrab disapa Ahok itu menilai Jakarta punya potensi untuk jadi penghasil ikan. Apalagi, Ibu Kota punya pasar untuk ikan. Belum lagi, penduduk Jakarta adalah yang terbesar ketimbang daerah lain, sehingga konsumsi ikan di Jakarta bisa ditingkatkan.

“Ada tempat pemasaran yang paling baik, restoran banyak, hotel juga besar. Dan penduduknya juga besar,” katanya.

Meski begitu, Ahok melihat masih ada yang kurang untuk menjadikan Jakarta sebagai kota penghasil ikan. Yakni, sungai-sungai dan laut di Jakarta tercemar limbah.

Padahal, kata Ahok, Jakarta dilewati 13 sungai dan sejumlah waduk. Begitu banyak air, namun tidak adanya pengolahan limbah yang baik menjadikan air bersih di Jakarta sulit didapatkan.

“Itu karena pengolahan air limbah tidak ada. Jadi hanya 2-3 persen pengolahan air limbah. Makanya kita mau bersihkan sungai-sungai dan laut di Jakarta,” kata dia.

Menurut mantan Bupati Belitung Timur ini, Pemprov DKI telah memiliki rencana untuk membersihkan air-air di Jakarta. “Solusinya dengan mesin, dan akan kita uji coba dengan perusahaan dari Korea Selatan,” kata dia.

Salah satu lokasi yang akan diujicoba pembersihan air adalah sungai yang terletak di dekat Masjid Istiqlal. Menurut Ahok, durasi pengerjaan pembersihan air sungai itu memerlukan waktu yang lama. “Yang di Istiqlal saja butuh sekitar 2 tahun,” katanya.[Liputan6.com]

20 COMMENTS

  1. Pak Wagub, butuh wktu 2 tahun pun tak masalah lah.. yang penting trlihat ada progress-nya dari wktu ke wktu utk pembersihan air sungai. n krna sungai2 ini pada bersilangan jalan di tempat2 tertentu, mungkin hrus diuji coba barengan skali jalan pak. Saya warga Jakarta saja puluhan tahun tidak tahu nama2 sungai di jakarta melintas ke daerah2 mana saja. prtemuan sungainya dimana dsb. mungkin warga Jakarta perlu diedukasi tentang aliran sungai ini supaya kalau ada warga di hulu bikin limbah kontaminasi, warga lain yang ada dialiran brikutnya bisa ikut mengawasi dan langsung melaporkan bila ada hal2 yang mencurigakan ke pemprov DKI.

    Bagaimana pun, sesibuknya warga, melihat sungai bersih yang mengalir itu akan terasa sangat adem di kepala pak hehehehe…. lanjut pak ! 🙂

    • sptnya gak sulit menemukan Grace ya..
      cari aja disekitar aquarium, kolam ikan, sungai, sungai palsu, air terjun (dan palsunya), dst… pasti ktemu! 😀
      .
      Suka dengar rintik2 hujan diatas genteng/daun juga neng?
      Hembusan angin sepoi2/ribut?
      Klo ‘Funk Link’ gimana?

    • Pembersihan sungai di Jakarta memang perlu sekali, cobalah sesekali study banding ke negara Taiwan, di Taiwan sini sungainya jernih gak ada sampah, ikan ikan juga banyak hidup di sungai…..masyarakat Taiwan sadar akan kebersihan dan tidak buang sampah ke sungai, mereka menjaga kebersihan sungai. Mata yg melihat juga terasa adem, hati juga jadi damai.

      • ga perlu study banding juga pak ahok udah ngerti kok klo Taiwan itu bersih. 😉
        yg bikin beda kan masyarakatnya, yg ga sadar2.
        mau pak ahok study banding sampe ke antartika sana juga klo warga dki ga mau berubah…ya podo wae.
        ————-
        intinya, edukasi diri sendiri dulu…
        kalo ga mau membersihkan, minimal jangan buang sampah sembarangan.
        ————-
        utk jakarta yg lebih baik.

  2. Ikan patin dan nila memang kita sudah produksi sendiri koq oom… dah banyaaaak lagi (nonton Tranz7 sekitar jam 13:00-15:00 gak, oom AHok? produser2nya emang biangnya ikan tuuuh 😀 ane aja ampe mo bunuh diri gara2 keseringan ‘dihidangi’ ikan terus2an kemaren2), cuma gak di Jakarta krn tekape kotor dan banyak ikan dan udang yg buhuh diri saking kotornya tekape.
    ya udah ntar klo dah dibersihin, kita relokasi paksa para udang dan ikan dari emperan laut/waduk/situ ke sungai2 yg telah bersih tsb.
    Eh ada rencana bikin semacam bubu farm/lapangan keranda2 ikan di waduk spt di Waduk Pluit juga gak, koh? kan areanya lebih luas dan tenang (dan semi payau, cocok utk ikan2 jenis payau).

  3. Tolong jangan terpikir utk waduk2 jakarta dipasang keramba ikan. Liat aja di jatiluhur skrg ada pencemaran air disana, ekosistim airnya rusak krn peternak ikan sembarangan.

    Indonesia dikelilingi oleh laut dan masa bisa kekurangan ikan? Pak gub n wagub bisa tingkatkan pengetahuan nelayan dlm melaut dan kesejahteraan nelayan yang tinggal sektar jakarta. Contek negara maju yg melaut dgn teknologi yg lebih maju. Otomatis hasil laut akan melimpah.

    Selama ini kalau hasil laut yg bagus2 dijual ke negara tetangga sedangkan yg jelek dijual dipasar lokal.

    • Ini salahnya karena nilai mata uang kita rendah dan daya beli masyarakat kita rendah.
      So pedagang lebih memilih menjual keluar negeri yang selain mampu juga mempunyai aturan import yang jelas.
      Wajarlah yang sampai ke kita yang mutunya rendah dan tidak memenuhi syarat export.

      • “yg bagus2 pasti dieskpor, yg jelek2/sisanya pasti dilempar disini/lokal”.

        Wah, pantesan ane gak pernah liat stiker “Kualitas Import” di barang2 kita (= kebalikannya, alias “kualitas jelek”), meski gak semua barang impor itu jelek (krn tergantung spek order si pemesan, mo murah ato mahal ongkos prod/beli-nya).
        .
        Ane jadi ngerti skrg kenapa stiker “Kualitas Export” itu dianggap barang yg lebih bagus kualitasnya, dulu gak tau apa maksudnya itu selain cuma stikeran “AsPel” (asal tempel) aja biar menuh2in kardus/kotak.
        .
        Thanks atas pencerahannya…

  4. Waduk banyak yg rusak, krn keramba yg over populasi, endapan kotoran dan sisa pakan ikan yg tdk termakan, bisa merusak air.
    Harap ada penanggung jwb, jk memang mau dilaksanakan.
    Dan betul sekali, ikan, udang, kepiting yg bgs, sdh dijual keluar duluan….
    Tp yg lbh penting, jaga kesehatan bahan yg dipakai, jgn ada pengawet dll.

    • Kesalahan kita krn aturan tidak ditegakkan dengan semestinya.
      Soal pengawet, dulu ribut2 lama2 melempem, kenyataannya skrg masih berlangsung pemakaian pengawet yang terlarang itu.
      Sekadar bercerita, saya pernah memesan formalin untuk keperluan praktikum mahasiswa pd saat rame soal pengawet prosedurnya susah banget. Tetapi beberapa tahun kemudian untuk membeli formalin semudah beli bensin di SPBU.

      • masih tetep lebih mudah beli bensin lagee…
        (asal gak pake botol/jeriken ya… klo gak, pasti dipersulit di jakarta ini.)
        Klo ente beli bensin, tinggal samperin tekape (pos Premium/Pertamax) trus bilang: “Isi 1 liter bang!” ato “Ceban aja bang!”
        Nah, klo ente bilang spt gitu di toko kimia, pastinya yg punya toko bakal nanya balik: “Isi 1 liter/Ceban buat apaan, jek? Formalin lagi kek kemaren, ato Ethanol, ato IPA, ato Xylene, ato …. ?” – malah iklan stok deh si om.

          • nah lo, berarti ane bisa beli HNO3 sekalian ama glycerine dgn mudah ya? ga bakal ditanya2in: “Ama glycerine? Mo bikin apaan, jek? Mending lu beli toluene aja, ga gampang mledux klo dah jadi bomnya ntar… barang kW1 punya, ane jamin! Ane yg bikin sendiri, pasti bagus…”.
            —–
            OK, kita serius dikit skrg…
            Mungkin formalin dipake banyak juga utk kebutuhan lain selain pengawet mayat/makanan? agen tambahan utk bikin semacam bakelite/melamine palsu mungkin?
            Spt contoh diatas, glycerine sering dipake sbg pelembab dan anti-freeze/icing murahan, jadi klo beli sendirian gak bakal ditanya2in, tapi klo bareng HNO3, nah itu perkara lain, bisa2 ente diinterogasi denzuz 88 di tekape langsung…

    • Kan pak ahoknya merencanakan pengolahan limbah di sungai dengan alat dari korsel, jika terbukti berhasil baru beliau merealisasikan budidaya ikan. Masih jauh rasanya.
      Beberapa tahun lalu export udang kita pernah gagal hanya karena tercemar chloramphenicol, yang diberikan peternaknya untuk pencegahan penyakit.
      Soal kanker, sdh lama kita kanker (kantong kering) gak mampu beli produk berkualitas…..plus aturan tidak ditegakkan dengan benar.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here