Musim Hujan, Basuki Ingatkan Camat dan Lurah

9
114

Ahok.Org – DKI Jakarta telah memasuki musim hujan sejak Oktober lalu. Menyikapi ancaman banjir di wilayahnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengingatkan para lurah dan camat agar tanggap menghadapi masalah banjir yang mengancan setiap saat.

Para lurah dan camat yang terpilih melalui seleksi dan promosi jabatan terbuka, kata Basuki,  memiliki peran yang paling penting di wilayahnya masing-masing. Sebab, para lurah dan camat merupakan wakil pemerintah di suatu wilayah terkecil.

“Lurah dan camat harus dapat mengontrol semua selokan, saluran air, dan pembuangan,” kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Kamis (14/11/2013).

Menurut Basuki, sebelum banjir menggenangi wilayah mereka, lurah dan camat harus melakukan pengawasan dan mau blusukan ke wilayah-wilayah rawan banjir. Langkah yang dilakukan  Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, kata Basuki, harus dijadikan contoh agar lebih mengetahui wilayahnya secara utuh.

Basuki juga meminta lurah dan camat agar melapor dengan cepat apabila di wilayahnya terdapat banyak tumpukan sampah dan belum diangkut. Lurah dan camat harus dapat menggerakkan warga untuk mau melaksanakan kerja bakti bersama-sama membersihkan sampah, saluran air, dan penyebab banjir lainnya.

Lurah dan camat, kata Basuki, harus tanggap dan cepat dalam menanggulangi permasalahan tumpukan sampah tersebut. “Kalau masih buruk, ya kita panggil saja. Pak Gubernur sudah lihat dan sudah tahu titik-titik mana dan punya semua data lho,” kata Basuki.

Menurut Basuki, Jokowi telah memiliki data titik banjir, gorong-gorong mana saja yang mampet, lampu lalu lintas mana saja yang tidak ada petugasnya, dan sebagainya. Sikap seperti itulah yang diinginkan Basuki ada di dalam diri lurah dan camat.

Mereka harus dapat mengetahui persis data dan seluk-beluk warga dan wilayahnya masing-masing. Apabila pada akhirnya wilayah tersebut terkena dampak banjir, lurah dan camat harus siaga dalam mendistribusikan logistik bantuan, dan membantu satuan kerja perangkat daerah (SKPD), seperti BPBD DKI, untuk dapat melakukan evakuasi warga.

“Sekarang sebagian masyarakat kita berasumsi bahwa petugas kebersihan kita yang malas membersihkan sampah. Padahal, satu faktornya karena lurah yang lalai tidak mau mengontrol. Nah, itu yang namanya gunanya blusukan,” ujar mantan Bupati Belitung Timur tersebut.[Kompas.com]

9 COMMENTS

  1. sekarang lah saat nya melihat hasil kerja lurah dan camat.
    Benar2 telah sesuai kemauan pak Jokowi atau cuman service dipermukaan tapi hati belum benar mau melayani , masih bersifat penguasa atau sudah bersifat mengayomi

  2. pengeluaran untuk tanggap darurat banjir selama ini kalau dipergunakan membangun rumah susun mungkin sudah banyak yg jadi….daerah langganan banjir sebaiknya, tanah hak milik warga rame-rame digabung, terus pemerintah yg bangun rusun nya, warga mendapat ruang rusun tetep hak milik warga dikonversi seluas tanah sebelumnya, sisanya milik pemprov DKI Jakarta….. kalau kebijakan yg selama ini seperti menggarami air laut ! 🙁

    • setuju, kalau perlu tiap bulan diadakan penilaian kelurahan/kecamatan terbersih, bagi yg juara dapat penghargaan.

      “KEKUASAAN ITU BUKAN UNTUK DI LAYANI, TAPI KEKUASAAN ITU UNTUK MELAYANI”

      Salam GO JB

    • Memang di Indonesia konsep gaji/honor agak aneh. Anggota DPR kalau sidang dapat uang sidang – diluar gaji pokoknya. Tampaknya gaji/honor hanya untuk gaji sebagai anggota saja. Untuk kerja harus ada insentif lagi. Ibaratnya sistem pembantu rumah tangga – untuk menyetrika dapat uang setrika, menyapu dapat uang sapu, cuci piring dapat uang cuci piring :).
      Pada dasarnya camat/lurah adalah melayani warga, jika tidak mau jangan jadi camat/lurah.

  3. saya melihat sumur resapan yang di bikin kayaknya kurang efektif…sewaktu hujan turun seperti kumbangan air dan air tidak turun dengan cepat yang ada pembolongan saja..

    pekerja yang membuat sumur pun harus di bantu dengan mesin utk pengeborannya dalam gerak cepat…

    saya melihat sendiri pengerjaanya lambat sekali..

    di negara lain sumur resapan biasanya di dekat waduk/sungai tidak di depan halaman pemukiman warga..karena lubangnya dalam sekali takut tanahnya amblas..bila ada kendaraan parkir di depan halaman..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here