Jokowi Kembali Kunjungi RS Koja

4
65

Ahok.Org – Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kembali blusukan. Usai melaksanakan salat Jumat di Islamic Centre Jakarta, Koja, Jakarta Utara, Jumat, 13 Desember 2013, Jokowi menyambangi Rumah Sakit Umum Daerah Koja.

Berdasarkan pantauan, Jokowi yang mengenakan baju Betawi putih berlengan panjang dengan sarung diselempangkan di leher tiba sekitar pukul 13.15 WIB. Mantan Wali Kota Solo itu langsung menuju loket penyerahan resep.

Di sana, Jokowi sempat berbincang dengan seorang petugas loket. “Hari ini berapa pasien yang sudah tebus resep?” tanya Jokowi. Bukannya menyebut angka, petugas loket malah menjawab, “Alhamdulilah, sampai siang ini lancar-lancar saja, Pak.”

Selepas itu, Jokowi dihampiri dua pasien yang mengeluh soal obat. Keduanya keberatan menebus obat dengan sejumlah uang, padahal mereka memiliki Kartu Jakarta Sehat (KJS).

Jokowi lalu bertanya kepada petugas loket soal alasan kedua wanita itu harus membayar obat. “Itu suplemen, Pak. Tidak termasuk obat yang ditanggung KJS,” kata petugas loket.

Mendengar penjelasan dari petugas loket, Jokowi memberi pengertian kepada kedua pasien. “Ini suplemen Bu, bukan obat. Ini hanya untuk penambah asupan makanan saja,” ucap Jokowi.

Lantaran kedua pasien tersebut tidak sanggup membayar, Jokowi menyuruh stafnya untuk membayar suplemen seharga Rp 65 ribu itu. “Terima kasih, Pak Jokowi,” kata salah satu pasien.

Setelah itu, Jokowi yang kehadirannya menarik perhatian para pengunjung meninggalkan RSUD. Namun, seperti biasa, perjalanannya ke mobil dinas sedikit terhambat karena orang-orang ingin memotret dia dan berjabat tangan dengannya.[Tempo.co]

4 COMMENTS

  1. Kasihan 65ribu tidak bisa bayar ..
    .
    Ini menunjukkan KJS sudah memberikan fasilitas maksimal namun dirasa masih kurang.
    .
    Rasanya platform mesti dinaikkan utk kasus-kasus tertentu saja.
    .
    Setelah pak Jokowi mengetahui kasus ini, langsung membayarkan, dan ini perlu dimengerti dan ditindaklanjuti oleh dokter terkait atau manajernya sehingga pasien bisa terbantukan.
    .
    Bukan soal uang, tetapi soal kesehatan atau nyawa.
    .
    Dalam kasus-kasus tertentu, biaya tambahan itu bisa di-klaim ke pemprov (asal benar, bukan mau korup).

  2. Sebaiknya disosialisasikan mana obat, mana suplemen agar jangan banyak komentar miring mengenai KJS hanya karena tidak mengerti perbedaannya. Sebaiknya dokter/perawat ikut mensosialisasikannya. Jangan2 dokter mendapat “komisi” ??? Moga2 tidak. Sebaiknya depkes melarang “komisi” untuk dokter, baik berupa uang cash, biaya perjalanan, biaya seminar, thr dll.

  3. ini kesalahan sistem kesehatan Indonesia, suplemen kalau dirasa gak di butuh kan bagi kepentingan pasien yah gak usah kasih, sarankan saja ke pasien untuk membeli sendiri, jgn kasih obatnya trus paksa orang bayar, kalau memang kebutuhan , ubah donk masukkan ke sistem bahwa suplemen itu wajib, jgn cari cari celah buat orang keluar uang membayar yang gak wajib

  4. Tidak. Pemerintah sudah menolong sampai batas maksimal yang bisa dilakukan. 2 pasien itu wajib juga menolong dirinya sendiri dengan mengganti supplemen obat tsb dengan makanan2 yang sederhana tapi kaya gizi. Kalau mereka tidak tahu ucap syukur terima kasih sudah ditolong pemerintah dan masih berani lagi kurang ajar ke Gubernur mengeluh harga obat supplemen itu mahal dan tak sanggup bayar, lalu ketika Gubernur bantu belikan, itu 2 warga pasien terima, sungguh sangat keterlaluan tak tahu malu dan tak tahu diri itu warga.

    Warga memang harus dididik untuk bisa mandiri. bukan ambil untung dari kebaikan pemerintah. sama seperti pengemis. Pak Gubernur jangan terlalu bersikap baik pak. nanti warga lain jadi ikutan minta2 begitu. Kan pak Gubernur sendiri yang ajarin masyarakat untuk tidak kasih uang kepada pengemis. kenapa bapak tidak kasih teladan ke kami ??? 🙁

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here