BTP Soal Kecelakaan di JLNT

18
160

Ahok.Org – Ulah tidak taat aturan pengendara motor memasuki JLNT memakan korban satu orang penumpang motor, Senin (27/1/2014). Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menegaskan sudah ada larangan motor dilarang melewati JLNT karena itu berbahaya.

“Kami sudah bilang kamu jangan masuk (JLNT), kamu masuk (celaka) mati,” kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (28/1/2014).

Ahok pun menyayangkan pengendara motor yang tidak taat dengan aturan, padahal sudah terdapat peringatan motor dilarang masuk. Alhasil sudah melanggar memasuki JLNT, mengetahui ada razia polisi di ujung jalan pengendara melawan arus.

“Semua sudah bilang nggak boleh motor lewat jalan layang, udah segede gitu tulisanya, mereka sudah tahu terus lawan arus lagi,” keluhnya.

Mantan Bupati Bangka Belitung Timur ini meminta tindakan tegas harus dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan di JLNT. Terlalu banyak pelanggaran yang dilakukan pengendara motor terutama melawan arus.

“Di jakarta lawan arus itu banyak, jadi tindakan hukum mesti tegas, kalau nggak berani tegas ya gitu kejadianya,” ujarnya. [Detikcom]

18 COMMENTS

  1. Kebanyakan pengendara2 motor di DKI menganggap jln2 di DKI nga beda dgn suasana di dlm hutan, bisa kemana2 tanpa ada jalur dan peraturan.
    Sudah dilarang msk jalur khusus roda empat demi keselamatan, nekat lg nyelonong melawan arus nga peduli laju kenderaan kencang dr arah berlawanan. Ini mah namanya menantang maut. Yg nabrak jg nga salah krn ada di jalur yg semestinya dan sdh coba utk mengelak tabrakan, malah penabrak jd korban trauma yg mempengaruhi jiwa seseorang apalagi sampai ada korban jiwa. Saatnya motor2 pelanggar aturan di beri sangsi denda semahal2nya, kl nga nga akan tuntas, ada saja korban jiwa. Peraturan dibuat utk keamanan kenyamanan mereka, tp mereka lbh memilih mengabaikan keamanan, diujung maut sdh menunggu korban berikutnya. Kl yg jd korban si pengendara sendiri msh mending, jgn yg dibonceng jg jd korban, malah lbh telak akibatnya dr si pengendara.

  2. mobil yg nabrak jelas TIDAK salah…dah dilarang/melanggar aturan + ngilangin nyawa istrix lg…

    bener2 bahaya bt bikers…angin samping+jalan sempit+evakuasi jauh+ketinggian>15m…

    mobil aja kadang2 suka geser kl kena angin samping

  3. Wah ini berita soal istrinya yg tewas sedang hamil 7 bulan benar gak sih?
    Korban alias suaminya tidak bisa dimaafkan.. tidak usah dikasihani.. goblok bener! Saya penasaran bagaimana proses hukum utk si pendendara mobil.. bisa bisa disalahkan dan diperas oleh oknum polisi yang mencari kesempatan dalam kesempitan.. pdhal sama sekali bukan salah dia.
    Harapan saya supaya ada undang2 yang membebaskan pengendara mobil menabrak pengendara motor yang lawan arus. Hahahahahaha…

  4. Sekarang udah tidak ada POLISI ATAUPUN DISHUB di jalan dan udah tak aturan lagi di jalan mau lawan arus atau lampu merah baik mobil atau motor semua sama aja. SUDAH TAK ADA ATURAN BERLALULINTAS di jalan.

    Di jakarta utara, daerah pasar ikan dan jalan pakin raya penjaringan, juga sama, baik mobil atau motor setiap hari berlawanan arus di jalan kakap dan JEMBATAN JALAN KAKAP penjaringan Jakarta utara, ini mengakibatkan terjadi kemacetan yang parah di sekitar situ. kemana aparat lalu lintas untuk menertibkan nya sepertinya udah tak ada hukum dan aparat. udah beberapa kali di tulis ke pak ahok juga tak ada penyelesaian.

  5. Seberang MTA ada jln layang masuk tol tangerang, truk besar dilarang naik, ada rambu disitu, ada jg sejarah bbrp kali celaka, nimpa mbl dan mati…kenapa gak dipasang portal atas saja sih? Gak usah tiap saat dijaga 2-3 polantas, kucing2an disitu…
    Urus saja daerah macet di roxy, cideng, ngapain jaga jembtn?
    Sdh lapor berkali2 gak ada hasil, nunggu korbannya pejabat kali ya?

  6. admin tlong sampaikan ke pah ahok biar nanti bisa bilang ke satlantas, sebenerya kejadiaany kan si pengendara motor balik arah karena menghindari razia di ujung jln JLNT, secara aturan si biker salah dan ane malah nyalahin suaminya udh tau isitri lagi hamil kenapa gak cari jalur save aja, tapi saya yg ane mau soroti adalh kenapa polisi ngelakuin razia di ujung jalan JLNT bukan melakukan pencegahan pas mau masuk jalan JLNT, jadi saya menilai polisi juga salah seanadainya mau negakin peraturan ya ada polisi atau petugas dishub menjelang masuk JLNT, jadi polisi jangan razia pas di ujung JLNT jadi seoalah kaya menjebak dan menunggu mangsa masuk tinggal tilang, karena selam ini polis merazia selalu di tempat2 tersembunyi pas keluar tingkungan misal, saran saya sptu itu, matur nuwun maaf jika tidak berkenan

    • Memang serba salah. Jika polisi ada diawal, memang pengendara motor tidak akan masuk tapi tidak memberikan efek jera. Ada polisi tidak melanggar, tidak ada polisi melanggar lagi. Tidak mungkin polisi untuk terus menerus menunggu. Seharusnya ada kesadaran, tapi ya itulah masalahnya. Kecuali Anda punya usul bagaimana meningkatkan kesadaran berkendaraan aman.
      Saat ini saya hanya punya usul sama dengan yang lain, denda setinggi-tingginya.

      • Lupa, jalankan rencana pasang CCTV dan hasilnya bisa dipakai untuk tilang. Ybs tidak akan balik arah tapi moga-moga kapok karena ditilang setinggi-tingginya. Mungkin hasil tilang bisa dipakai untuk pasang CCTV2 lain.

  7. Polisi sebaiknya jangan menahan atau hukum pengemudi mobil agar jadi pelajaran utk orang lain yg melanggar aturan/rambu seperti penyebrang jalan,apabila disekitarnya ada zebra cros/JPO tapi tdk nyebrang pada tempatnya yg tersedia dan penyebrang tertabrak pengemudinya juga jgn ditahan/hukum,begitu juga terhadap pengasong,pengemis dijalanan.

  8. Saran saya pak, ngak usah dipusingin. Karena memang sudah kaya gitu kok sifat2 pengemudi atau masyarakat kita. Yang namanya nerobos lampu merah, lawan arah atau apa saja ma sudah biasa tu disini. Yang hebat bukan hanya motor saja (walau motor yang tergila) mobil juga sama. Yang lebih hebat lagi, bukan hanya dari kaum level biasa saja,tapi sampai kaum level yang paling atas juga sama. Dan yang lebih gila, mereka sudah salah, selalu lebih galak and berasa benar.
    Saya paling sering hadapin yang kaya gini nich karena hampir tiap hari saya mesti teriak2 an atau ribut sama orang yang melanggar lampu merah diperempatan rumah saya dan saya rasa ko Ahok juga sering lewatin ini perempatan (perempatan pluit timur), kita ma ikutin tu lampu merah, gitu hijau kita lewat ada yang tetep ngotot lewatin lampu merahnya, kita klakson malah mereka yang teriakin kita. Atau kita nunggu tu lampu merah, malah orang dibelakang kita klakson kaya orang gila, kita cuek malah di teriakin sampai sayanya mesti bales teriakin uda gitu tetep saja mereka berasa mereka yang benar. Nah hebatkan (nah yang kaya gini ma nurut saya kalau sampai kecelakaan and mati ma ngak usah dipusingin tu, wong mereka secara sadar kok mau buat kaya gitu, biar saja mereka nanti yang jelasin sama Tuhan disana kenapa mereka bisa kecelakaan).

    Nah kenapa juga saya bilang cuek saja, ngak usah dipusingin, karena selama itu yang namanya denda (hukuman) bagi pelanggar masih kecil, ngak bakal de ada jeranya atau bisa berubah. Apa lagi buat kaum yang ada di level atas, wahhh denda cuma 500ribu, ala ini ma uang kecil doang (kaya koin). Jadi kalau ngak berubah tu yang namanya denda (hukuman) ya bapak mau pusing sampai gila (sorry) tetep saja tu ngak ada yang peduli atau berubah.

    Sebenarnya nurut saya orang Indo tu paling taat (takut) sama hukum (peraturan) asal saja hukumannya jelas and dendanya gede sekali. Contohnya tu orang2 Indo yang kalau pas keluar negeri contohnya yang paling gampang ke Singapore, orang2 Indo itu akan menjadi orang2 yang paling taat ikutin semua peraturan negara tersebut, bahkan saya sering perhatikan orang Indo nya jadi malah lebih taat dibanding sama orang Singaporenya. Kenapa bisa gitu, alasananya cuma satu, dendanya booooo…. kalau ketangkep, bisa mesti bayar sampai jutaan kalau di rupiah in.
    Saya juga bisa ngertiin sih dilema yang selalu terjadi di sini, alesannya pasti petugasnya yang masih terima suap “walau selalu pemimpinnya ngotot yakinin orang2 kalau staffnya pada bersih (ini lagi salah satu sifat orang Indo yang hebat, ngak bisa atau ngak mau lihat kenyataan)”.
    Nah untuk masalah ini nich, kalau saran saya ma cuek saja dulu, yang penting peraturannya dibuat and dijalanin (baik peraturan buat masyarakat maupun aparatnya).
    Contoh, kendaraan nerobos lampu merah denda 5 juta atau kerja sosial misalnya sapu jalanan tiap hari dari jam 7 malem sampai jam 9 malem (kalau siang pan alesannya kerja) selama 3 bulan. Nah pasti pada mau bilang wah kalau dendanya 5 juta pasti aparatnya enak dong terima suapnya. Nah untuk masalah ini, seperti yang saya bilang aturan buat aparat juga sudah ada and jelas, misalnya ketahuan suap, dipecat dengan tidak hormat, akan dimuat dalam media cetak dan TV(biar semua masyarakat tahu muka2, serta nama orang yang melanggar) serta didenda 100 kali lipat dari nilai suap nya. Tapi ada juga manfaat buat petugas kalau sampai mereka ngak terima suap, contoh seperti diatas, denda 5 juta, maka petugas yang menangkap akan mendapat komisi sebesar misalnya 40% dari nilai denda (2 juta), toh pada dasarnya denda2 dari melanggar ini pan kaya pendapatan tambahan buat negara, sooo ya dibagi sama aparat yang jalanin saja, anggap bonus la…

    Nah pasti orang akan bilang lagi wah, percuma dibuat juga aparatnya ngak takut karena mungkin pemimpinnya juga sama. Nurut saya pak, buat saja karena logikanya kalau pelanggar di buat hukuman yang keras atau besar (denda yang tinggi sekali), nah kalau sampai ketangkep and coba nyuap petugasnya, petugas otomatis juga ngak bakal mau terima uang kecil, wong petugasnya tahu kalau denda aslinya misalnya 5 juta, masa sih mau terima 100 ribu, apalagi kalau sampai apes ketahuan suap, belon lagi pan kalau secara resmi ketangkep, petugas juga akan mendapat komisi yang lumayan besar (misalnya kasus seperti diatas yang dendanya 5 juta berarti petugasnya akan dapat komisi 2 juta).
    Nah logikanya semua masyarakat secara pelan tapi pasti akan takut (takut karena didenda yang super gede) and ikutin semua aturannya. Jadi ngak usah pikir ini, itu. Wong di dunia ini dari jaman dulu sampai sekarang akar masalah ya cuma satu, duit saja. Orang mau kerja mati matian ya karena duit, orang mau terima suap ya karena duit juga, orang mau lakukan apa saja ya karena duit.

    Sedikit tambahan, dengan adanya peraturan yang berujung dengan denda yang sangat besar, secara pelan atau pasti orang2 di Jakarta ini akan terseleksi secara natural, dimana orang yang tidak mampu mengikuti aturan akan pindah ke daerah. Sehingga ujung2 nya orang2 di Jakarta ini adalah orang2 yang taat hukum atau aturan.

    • Setuju sekali dengan usulan anda RSW ! :)Ide bagus banget tuh. daripada gendutin para pelanggar hukum, mending aparatnya saja yang kerja menegakkan hukum yang dibikin gendut. toch, alasan digendutin karna ia memang layak atas pekerjaan baik yang dilakukan aparat tsb. Orang yang melanggar hukum jangan pernah dibujuk2, dirayu2 supaya mau pindah atau dikasih pengampunan. karna nyawa orang lain bisa jadi taruhannya atas kecerobohan si pelanggar hukum tsb. Bersikap tegas tanpa kompromi itu harganya mahal sekali loh pak Jokowi & pak Ahok.

  9. Surat Tilang, cuma diisi no pol kendaraan, nama dan no ID-SIM, khusus pelanggaran rambu masuk jalur busway dan jalan layang tertulis 500rebu, bayar di bank, surat yg disita ambil di balaikota (sediain bus lantas)…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here