Penjelasan BTP Soal Tundingan DPRD…

13
170

Ahok – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) gerah dengan tudingan Pansus DPRD DKI Jakarta yang menyebut pembelian sebagian lahan RS Sumber Waras tidak sesuai dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Ini penjelasan Ahok.

Menurut Ahok, pembelian itu sudah sesuai aturan dengan harga pasar (appraisal) berdasarkan Keppres. “Aturannya bilang boleh appraisal kok, kita malah beli di bawah appraisal. Oh dia mengincar saya lagi nih sekarang, NJOP kita tetapkan di bawah appraisal enggak? Di bawah appraisal. Terus dia bilang jalan ini bukan Jalan Tomang, dari dulu itu dianggap kavling Jalan Kiai Tapa,” ujar Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (29/10/2015).

Ahok menekankan harga NJOP akses menuju RS Sumber Waras melalui Jalan Kiai Tapa sudah benar menggunakan zonasi. Dia juga menegaskan zonasi tersebut dibuat oleh Dirjen Pajak, bukan oleh Pemprov sehingga, tidak ada menyalahi aturan.

Adapun NJOP yang digunakan Pemprov untuk pembelian sebagain lahan RS Sumber Waras menggunakan zonasi Jalan Kiai Tapa seharga Rp 20,775 juta. Sedangkan menurut BPK lokasi tersebut harusnya mengikuti harga NJOP Jalan Tomang Utara senilai Rp 7 juta.

Pansus DPRD juga menyatakan apabila Jalan Kiai Tapa ditutup maka satu-satunya akses jalan menuju RS Sumber Waras hanya bisa melalui Jalan Tomang Utara, sehingga harus mengikuti harga NJOP Tomang. BPK juga membandingkan harga NJOP Jalan Kiai Tapa yang digunakan Pemprov pada 2014 dengan harga 2013 lalu saat PT Ciputra Karya Utama (PT CKU) membeli seluas 36 hektar tersebut seharga Rp 755.689.550.000, sehingga terdapat selisih Rp 191 miliar.

Ahok menegaskan pihaknya telah mengikuti aturan yang berlaku. “Ya sudah ini namanya tendensius. Buat saya DPRD begitu mah lucu saja. Enggak apa-apa biar makin lucu mereka gitu,” kata Ahok.[Detikcom]

DPRD Laporkan Temuan Soal RS Sumber Waras ke KPK, Ahok: Ini Pansus Politik

Pansus DPRD DKI Jakarta berencana menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI terkait pembelian lahan RS Sumber Waras ke KPK. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mempersilakannya.

“Ya memang itu haknya dia kan saya pikir lapor lebih bagus ya. Tapi kenapa (soal RS Sumber Waras mereka bentuk) pansus? BPK menemukan apa? Scanner? UPS? Ada enggak dia bikin Pansus? Jadi ini sudah pansus politik. Ya sudah biasa lah,” ujar Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (29/10/2015).

Ahok kemudian membandingkan pembelian UPS (Uninterruptible Power Supply), scanner dan ESMS (Electronic System Management Sekolah) yang tidak tercantum dalam Kebijakan Umum Anggaran Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2014 tetap dibeli, tapi tidak dipermasalahkan. Sementara RS Sumber Waras yang sudah dibahas dalam KUA-PPAS justru malah dipermasalahkan.

Mantan Bupati Belitung Timur itu juga telah berkirim surat kepada Dewan Etik BPK RI untuk memeriksa dugaan adanya pelanggaran etika oleh penyidik BPK DKI. Sebab dia menilai apa yang dilakukan BPK DKI sangat tendensius.

“Kita kirim surat ke kode etiknya BPK, kita menganggap Kepala BPK DKI terlalu tendensius menjadikan ini (pembelian lahan RS Sumber Waras) untuk dibalikin. Ini barang sudah dibeli harganya juga di bawah NJOP. Balikin kerugian negara enggak? Kerugian juga,” lanjutnya.

“Kan kalau pembelian tanah nih sudah terang jelas final kalau kamu mau balikin bisa enggak balikin? Enggak bisa loh mesti jual balik, jual balik ada BPHTB lagi pajak. Siapa yang mau nanggung? Terus kalau jual balik sekarang, kan BPK perintahkan kita jual balik nih batalin, gimana mau batal sudah beli kok? Kalau kamu jual, ada kerugian negara enggak? Harga sekarang sudah lebih tinggi loh,” jelas Ahok.

Ahok merasa permintaan itu tidaklah masuk akal. Sebab lahan yang sudah dibeli Pemprov dengan harga pasar atau appraisal kala itu sudah berbeda dengan harga saat ini.

“Makanya saya bilang BPK DKI itu tendensius, menuduh sesuatu sama Pak Efdinal. Kita lapor kepada (mahkamah) etiknya BPK, makanya dia turun tim lah, termasuk dari KPK ada yang lapor dan minta BPK audit investigasi,” sambung dia.

Ahok menyebut pihak Dewan Etik BPK RI meminta waktu selama 60 hari untuk melakukan proses audit. Kemudian mereka meminta tambahan waktu lagi selama 20 hari.

Meski dibuat keheranan oleh langkah Pansus yang telah melaporkan ke BPK DKI pada Rabu (28/10) lalu. Namun dia menyambut baik langkah tim Pansus itu untuk membongkar semuanya.

“Bagaimana Pansus DPRD bisa ngelaporin? Orang ini saja masih, itu kan namanya Pansus Politik. Makanya kadang-kadang gue kasihan sama DPRD. Gue ajarin deh. UPS dan scanner itu yang mesti dipansusin bos. Sudah jelas enggak ada di KUA-PPAS,” kata Ahok sambil mengerenyitkan dahinya.

“Nah ini kalau dibawa ke pengadilan, saya kira lebih bagus. Kalau bisa diproses ya. Kerugiannya di mana coba? Aku enggak ngerti. Kalau dianggap kerugian, saya kira pembelian jalan tol dan pembebasan MRT semua salah enggak belinya harga appraisal? Kita konsinyasi salah enggak? Kalau mau gitu salah dong, kenapa enggak beli NJOP. Aturannya bilang boleh appraisal kok, kita malah beli di bawah appraisal,” pungkasnya. [Detikcom]

 

13 COMMENTS

  1. dasar DPRD OON…BPK politik,,muak liatnya…muka ” tikus….mata buta,,korupsi UPS <<SCANNER di depan mata ga di pansus…ohh,,,aq doain DPRD yg niat jelek celaka dunia akherat

  2. Itu biasaaaa Pak….nyari nyari salaaah….gas aja urusan USB di Polda, biar pada kebakaran jenggot juga tuh anggota DPRD itu, biar bikin gaduh…setelah itu minta aja pak Presiden bubarin tuh anggota dewan ….Salam…Go…JB.

  3. Lho…kalo ente merasa udahbener… kenapa ente jadi meriang dan kebakaran jenggot begitu ada pansus sumber waras…aya aya wae sumber engga waras nya…

  4. Kena jebakan batman lagi nig dprd, lha kalau kasus yg tdk ada di KUA-PPAS diselidiki sama Dewan etik BPK, bisa2 banyak anggota dprd (selain lulung)bisa keserempet, ayo Dewan etik BPK kerja yg bener ya hahahaha.

  5. Coba scan semuanya pembebasan lahan apa itu kepentingan TOL atau MRT, suruh mereka itu buat pansus. Logikanya yah mana mungkin mereka bikin pansus segala tdp anggotanya sendiri?
    Tuhan akan selalu melindungi anda dalam proses ini. Kejujuran selalu akan menang. Apalagi dirjen pajak yg membuat zonasi melalui Jalan Kiai Tapa dan bukan Jalan Tomang Utara sbg dasar perhitungannya. Berarti selama ini juga pajak bangunan Sumber Waras juga dibayar berdasarkan zonasi Jl. Kiai Tapa kan?

  6. Emas walaupun dibakar dengan api tetap akan jadi emas, Pak Ahok tidak perlu ditanggapi dengan emosi, pak Ahok bisa minta second opinion ke Direktorat Pajak tentang Zonasi PBB kalo second opinionnya uda ada umumkan aja ke publik jadi tidak akan jadi biang keributan lagi.

  7. kalau hal d’hewan 2015 kagak aneh-aneh seperti itu, itu baru namanya keajaiban !!!
    kalau seperti itu, tk juga tahu !!! . . .
    .
    yang kagak ngeh, kan cuma para
    wni, yang d’hewasa, yang syeh at , yang menyebabkan dagelan itu bisa naik panggung !!!
    .
    maka pada gelar pakai-hak berikut ini, saya akan perhatikan n bilang :
    ngono yo ngono neng ojo ngono !! hak memang hak mu masing-2, tapi kalo ngaco (lagi), harus jentel, dng busung dada berani bilang : itu pilihan ku !!!
    tidak seperti selama ini : dng ekor dijepit paha, muka n pantat nyungsep kedalam tanah, pura pura kagak tahu n kagak salah. atau dengan berang teriak-2 cari-2
    penyalahan kepada pihak lain !!!
    .
    salam,

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here