Jokowi-Ahok Banyak Sama Sedikit Beda

2
59

Ahok.Org – Joko Widodo asli Solo dan Basuki Tjahaja Purnama asli Belitung Timur. Mereka mengenal satu sama lain dari dunia maya. Politik Jakarta mempertemukan keduanya sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dengan nomor urut tiga, yang kini masuk putaran kedua.

Meski berbeda latar belakang, keduanya banyak kesamaan. Basuki yang akrab disapa Ahok mengakui kesamaan dirinya dengan Jokowi. Untuk urusan pakaian, dia suka kemeja kotak-kotak. Ia mengaku, lemarinya dipenuhi kemeja kotak-kotak, tren mahasiswa geologi.

Saking klopnya urusan pakaian, Jokowi sampai tahu ukuran kemeja Ahok, tanpa bertanya. Itu diakui Ahok ketika mendaftar bakal cagub dan cawagub di KPUD Jakarta. Mulanya Ahok tak yakin, kemeja kotak-kotak yang disodorkan Jokowi bakal pas di badannya. Tapi ternyata memang pas.

“Terus pakai jeans kita sama. Pak Jokowi kan orangnya cuek. Dan kita enggak memusingkan untuk jalan kaki, enggak ada protokoler,” ujar Ahok membagi cerita perihal kesamaannya dengan Jokowi di Cava Cafe, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (12/7/2012).

Jokowi dari Jawa, dan Ahok dari Sumatera, untuk karakter memang berbeda. Jokowi santai, kalem, dan tidak meletup-letup, kebalikannya Ahok. Ia memuji patnernya pintar. Jokowi sudah menunjukkan ide brilian dengan memakai baju kotak-kotak ke KPUD, sebagai strategi marketing yang kreatif.

Cara Ahok memuji Jokowi juga tanpa tedeng aling-aling khas Sumatera. Ia kaget ketika diundang JakTV, Jokowi mengeluarkan dua foto pasar, yang satu kumuh dan satu lainnya bersih, dengan ibu-ibu pakai celemek menutupi separuh bagian muka badannya. Ahok berpikir pasar yang bagus itu diambil di Thailand.

“Saya tanya, Mas itu gambar contoh dari mana? Loh ini di Solo. Saya sudah bikin 17 seperti ini. Loh kenapa enggak bilang kalau ini Solo. Inilah kultur orang Jawa. Semakin pintar semakin humble, dia enggak pernah ngomongin ke-aku-an. Kalau Sumatera masih ngomongin aku,” tukasnya.

Tapi jangan tanya soal prinsip dan disiplin. Pembawaan Jokowi boleh saja terlihat kalem dan tenang. Di balik itu, soal prinsip, dia keras. Begitu juga Ahok. Keduanya sama-sama keras, jika apa yang mereka amini untuk dilaksanakan adalah benar.

“Kalau kita putuskan A, kamu penggal kepala kami untuk geser kita tetap tidak akan geser. Kita sama-sama keras kepala. Kita berdua keras banget. Kalau ngomong keras ya kita keras. Bedanya cuma style. Makanya tensinya saya turunin,” terang Ahok lagi.

Dari banyak kesamaan, Ahok mengakui ada satu hal yang tidak bisa dikompromikan, yaitu makan. Jokowi kuat tidak makan, tapi tidak bagi Ahok. Satu kali waktu acara debat di KPUD, Ahok terang-terangan ijin ke Jokowi mau makan dulu. “Soal makan ini yang membedakan kami,” kelakarnya.[Tribunnews]

2 COMMENTS

  1. Dengan melihat profile pasangan idola ini saya yakin kedua orang inilah yang bakalan membawa perubahan kota Jakarta. Saya sangat percaya dengan membaca track record dan kiprah para beliau ini didaerahnya masing2. Semoga kepercayaan atau trust ini terbangun dengan sendirinya dalam menghadapi putaran kedua pilkada. Putaran kedua pasangan ini tentu akan menghadapi gelombang serangan dengan pengaruh birokrasi, uang, ras, maupun agama, tapi ternyata masyarakat sudah semakin cerdas mereka akan memilih orang yang mempunyai kejujuran, kesederhanaan, semangat kerja tanpa pamrih. Selama ini pasangan lawan di sosialisasika sudah karatan dalam birokrasi pemda dki sehingga lebih megetahui jakarta. Tapi kenyataannya belum mampu berbuat banyak bahkan mengatasi kemacetan lalulintas saja hanya mampu melaksanakan ide yang sama sekali tidak menyelesaikan masalah yaitu Trans Jakarta. kemana ide monorail,MRT, ataupun subway? Yang terjadi malahan peninggalan tiang2 karatan yang merusak keindahan kota Jakarta. Jakarta menginginkan pemimpin yang penuh integritas tanpa mengumbar janji tapi bekerja keras menyelesaikan masalah dengan bertahap. Bravo Jokowi Ahok kami rakyat jakarta percaya dan menantikan sentuhan karyamu yang akan dikenang sepanjang masa. Ingat kami tidak ingin pemimpin yang bergelimang harta bermilyar milyar yang sesungguhnya sebagai pegawai negri itu adalah hal yang pantas untuk dipertanyakan asal usulnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here