BTP Targetkan Pemasukan Pajak DKI Rp40 triliun

9
118

Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Jakarta rupanya tidak berhenti membuat gebrakan. Kali ini soal menggenjot pajak DKI Jakarta. Rencananya Wakil Gubernur DKI Jakarta akan menargetkan pemasukan pajak sampai Rp40 triliun tahun depan.

Target ambisius ini menurut Basuki merupakan hal yang wajar karena di Jakarta banyak hal yang bisa di dorong untuk menggenjot pajak.

“Kami mau tancap gas, jadi bisa lewat Rp20 triliun,Rp30 triliun, langsung Rp40 triliun kan mantap, ngapain dikit-dikit,” jelas Ahok, Senin (3/12/2012).

Seperti diketahui dalam pertemuan dengan Dinas Pajak DKI, Jumat(301/11), Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama menolak mentah-mentah usulan dari Dinas Pajak.

Menurut Basuki, jika mulai tahun depan menggunakan sistem pajak online, Dinas Pajak akan minta tambahan anggaran lagi sebesar Rp300 miliar. Inilah yang menyulut emosi sang Wakil Gubernur.

“Kita maunya tahun depan dengan sistem online, dia (Dinas Pajak) gak sanggup kalau sistem dibayar online jadi butuh tambahan anggaran lagi Rp300 miliar untuk sistem online itu, kan itu aneh,” jelas Basuki.

Melihat hal tersebut Basuki menolak dan tidak mau menambahkan lagi. Sebagai jalan keluarnya Pemerintah akan menggandeng pihak Bank dalam menata Pajak Online.

“Kita kerja sama dengan bank saja, intinya kan mau mengetahui total omzet wajib pajak.Kita bikin surat biar wajib pajak itu harus pasang online bank yang kita tunjuk, bank mana ajalah.Dengan itu kita bisa mengatur dengan cepat berapa total penghasilannya,” jelasnya.

Menurut Basuki melalui bank bisa di buat surat pernyataan atau debet 10 % masuk ke rek pajak, dengan demikian pada 2013 diharapkan seluruh objek pajak bisa diketahui omzetnya.

“Banyak kok bank yang ditunjuk, dia dapat uang cash, salah satunya, BRI, Mandiri, BCA semua mau.

BRI sudah komit. kalau yang lain gak mau ikut, suruh BRI aja semua, ya kan. Untung kan bank..dia dapat uang cash,” tanggap Basuki.[Bisnis.com]

9 COMMENTS

  1. huaaah ini orang kok pinter banget ya …otaknya bekerja 24 jam …. semua masalah dikuasai ….. semoga Allah memberi kekuatan dan keselamatan ….JOKOWI-AHOK …..

  2. MENGUTIP kalimat Pak Wagub… : “Kami mau tancap gas, jadi bisa lewat Rp 20 triliun, Rp 30 triliun, langsung Rp 40 triliun kan mantap, ngapain dikit-dikit,” begitu katanya.

    Ini memang MANTAAAAAAP !!!
    Soal Dinas Pajak meminta tambahan “anggaran aneh” sebesar 300 milyar jika menggunakan pajak sistem online, itu bukan hal aneh, Pak Wagub. Pak Wagub pasti tau laaaaaah : mengapa Dinas Pajak atau lembaga-lembaga yang selama ini berkaitan dengan pajak-pajak tertentu serta kantor-kantor imigrasi selama ini dikenal dengan istilah “TEMPAT BASAH” — itu pasti bukan karena sekarang ini lagi musim hujan lho, Pak. Dan, seperti pernah saya katakan : “kalau Kepala Lokomotif Kota Jakarta sudah baru dengan kecepatan 100 X lebih cepat dari Kepala Lokomotif terdahulu (yang sudah kadaluarsa dan rongsokan) sebaiknya gerbong-gerbong bututnya juga diganti dengan yang baru juga — supaya Kepala Lokomotif yang baru bisa “TANCAP GAS” dan bukan malah merayap bahkan ngesot macam lokomotif zaman pra sejarah. PINDAHIN AJA ITU KANTOR DINAS PAJAK (BERIKUT ORANG-ORANGNYA) KE TENGAH-TENGAH LAUT !!!

  3. Saya sangat yakin Pengusaha akan mengikuti aturan sepanjang uang pajak di redistribusikan kembali ke rakyat tanpa di korupsi dan transparansi penggunaannya..
    Biasanya pengusaha cuma bayar 1/4 bagian masuk kas daerah.. 1/4 lagi bagian oknum pajak… 1/2nya ada saving krn deal dg oknum…
    Salam Jakarta Baru

  4. Rada sulit jg lho .. Krn pemilik hotel/restoran biasanya punya rekening lebih dari satu. Nah yg di laporin ke wagub cuman 1 rekening. Jdnya ya gak semua omzet bisa ketahuan ..
    Trus nama rekening jg blm tentu sesuai nama PT nya, bisa pake nama pribadi gitu …

    Pengusaha pinter lah urusan nipu2 pajak .. Hehe .. Bahkan yg dipasang sistem online di cash register bisa di akalin kok. Pasang aja diem2 dua cash register. Yg satu ya online pajak dan yg lainnya gak online pajak.

    Hal itulah yg hrs dicermati ..

    • nga sulit lah. wong lgsung konek online dg mesin cash register-nya resto kok 😀 yg susah dilacak, yg pasang kereta2 di spanjang lorong koridor mall. pastinya sulit utk online. mrka lebih suka cash n carry. hehehee…..

  5. usul pak (banyak rekan2 saya juga nebeng ingin usul dan butuh hal yg sama spt saya juga), kalau bisa PBB yg dibayar online lewat bank juga menampilkan data spt SPPT PBB kertas yg dikirim ke kelurahan/RT utk menagih WP, dan bisa kita cetak sendiri juga lewat bank yg melayani pembayaran PBB online itu juga lewat internet-banking.
    Tidak spt sekarang, contohnya bayar lewat BCA internet-banking yg keluar datanya cuma besar tagihan PBB. kemana itu data2 NJOP dan perhitungan pajak2nya spt dicetak di SPPT PBB kertas, kan seharusnya bisa ditampilkan sekalian spt data meteran KWh PLN online, jadi kita bisa hitung sendiri valid apa tidak besar tagihannya tsb.
    Bukan apa2, kadang mendapatkan SPPT PBB kertas itu suka sulit dan merepotkan, jika tidak dikirim2 tepat waktu, juga sulit ketemu ketua RTnya cuma utk ambil kertas SPPT PBB, jika minta ambil langsung ke Kelurahan tidak bisa krn dikirim langsung ke RT, ke KPP juga tidak bisa dgn alasan sama (langsung ke Kelurahan trus ke RT), kita jadi serba salah, kecuali minta copy SPPT PBB stlh bayar tagihan PBB itupun 3 hari baru bisa dapet. Ini gimana jombloers yg punya tanah/rumah di tempat lain sedang dia sedang tugas luar kota setahun lebih, bakal lebih sulit/repot lagi musti bolak balik cuma utk ambil kertas tagihan SPPT PBB saja yg seharusnya bisa ditampilkan/dicetak scr online di bank yg melayani PBB online itu juga sekalian. Ini cukup aneh bagi saya. Sudah bisa bayar PBB online lewat bank tapi kesannya tidak bisa FULL online layanannya (1/2 hati, tidak efisien, bayar sudah online tapi masih kirim kertas cetakan tanpa bisa distop dgn cara apapun), kenapa tidak bisa bikin SPPT PBB Online via bank, jadi WP bisa cetak sendiri kalau perlu SPPT PBBnya scr fisik cukup dgn akses online ke bank utk pembayaran PBB, toh sudah disahkan lewat UU ITE soal bukti bayar lewat perangkat bayar bank ini.
    Mohon bapak Ahok memperhatikan usul tambahan saya ini agar kita WP PBB juga nyaman dan rajin tepat waktu membayar PBB.
    Seharusnya sih KPP bisa melayani soal ini, tapi katanya semua SPPT PBB otomatis dikirim ke Kelurahan terus ke RT dan tidak bisa distop biar gempa sekalipun dan tidak ada opsi lainnya, contohnya spt WP ambil langsung ke KPP shg SPPT PBB tidak perlu dikirim ke Kelurahan/RT lagi, ini tidak bisa dilakukan menurut mereka (KPP), ini kan jadi pemborosan kertas/tinta kalau WP tetap lebih suka ambil langsung ke KPP meski dgn cara alternatif “3 hari nunggu copy PBB” yg terkesan konyol spt itu.

    • oh iya lupa…
      kirim SPPT PBB via pos juga tidak bisa kata KPP, entah kenapa, padahal ada infonya di website resmi ditjen pajak.
      padahal ini alternatif yg terbaik (sampai di tujuan tepat waktu tanpa masalah) selain akses cetak SPPT PBB online via bank.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here